Nama saya Titin Handayani (50) warga ds Dongko kab.Trenggalek. Semenjak pelatihan enumerator tanggal 18 – 19 Mei 2020 ini secara resmi saya menjadi petugas pemantau Bansos covid -19 dari PEKKA 2020 untuk desa saya Desa Dongko Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek.
Selama saya keliling di wilayah Rt 7 Rw 2, selama beberapa hari, saya mengalami suka duka yg kadang bikin ketawa. Saya memulai mendata dari tanggal 21 Mei 2020, sempat berhenti karena Libur Lebaran lalu berlanjut dan terakhir mendata tanggal 30 Mei 2020.
Sukanya kami menjadi petugas enumerator ketika narasumber yang saya datangi menerima kita dengan baik dan kooperatif. Ketika ada pertayaan dari kami, dia menanggapi dan menjawab dengan serius. Namun ada pula yang menjengkelkan, ketika kami datang, tuan rumahnya cuek cuek, dan sepele ketika menjawab pertanyaan.
Pada hari terakhir saya keliling, tersisa tinggal beberapa KK lagi yang harus saya datangi. Ada salah satu KK yang bikin jengkel. Sewaktu saya datang ke rumahnya setelah saya mngucapkan salam dan menyampaikan maksud dan tujuan saya datang sebagai petugas pemantau Bansos covid -19. Kebetulan sy tidak bertemu sama KKnya. Beliau sedang pergi belanja ke Tulungagung dan di temui olh istrinya saja.
Setelah panjang lebar saya bicara, akhirnya istrinya bilang kalau dia tidak pernah percaya dgn program-program dari lembaga semacam itu. Malah sebaliknya dia banyak ngomong kejelekan tentang LSM dan program–program hingga saya sampai sakit hati.
Dalam hati saya jika tidak mau diwawancara bilang saja, akhirnya sampai juga pada intinya dia nggak mau diwawancarai. Dan mengatakan jika berhubungan dengan masalah penghasilan dan keuangan, pasti nanti ujung- ujungnya masalah pajak.
Padahal sebelumnya sudah coba saya jalaskan dengan sejelas-jelasnya kalau saya hanya petugas pemantau Bansos. Tetapi tetap tidak mau. Dengan berbagai alasan yang nggak mau ribet, dan seribu satu macam alasan. Meski dalam hati saya merasa jengkel, saya tetap berusaha dengan sopan minta ijin pulang.
Dalam hati saya berfikir, ternyata masih ada orang yang seperti itu di RT saya, padahal keluarganya berpendidikan cukup tinggi. Rupanya pendidikan yang tinggi tidak menjamin perilaku seseorang.
Demikian pengalaman saya selama beberapa hari mendata di RT saya, RT 7 RW 2 Desa Dongko. Pengalaman mendata ini jadi bertambah pemahaman mengenal karakter warga se RT saya yang semula hanya beberapa saja yang saya pahami.
Penulis: Titin Handayani, kader Pekka Trenggalek