Sarifah Aminah, biasa disapa Aminah merasa bahwa kumpul bersama teman peserta akademia dan para mentor ia tanpa beban membagi pengalaman hidupnya di usianya yang sudah 50 tahun, ia masih mengenang dimana pada waktu baru menikah suaminya belum punya pekerjaan. ia mencoba untuk mengambil batu apung untuk di jual untuk menghidupi anaknya yang masih kecil waktu itu, anaknya masih sekolah TK, dia merasa untuk bayar sekolah TK sangat mahal perbulan, sementara harga batu apung saat itu sangat murah harganya, tidak bisa untuk mencukupi bayar sekokah anaknya, untuk beli beras saja tidak cukup.
Mereka berdua mencoba untuk mencari pekerjaan lain yang lebih banyak penghasilannya untuk di tabung untuk biaya sekolah anak, suami jadi kuli bangunan.dan ibu Aminah waktu itu mulai jualan sayur keliling di sekitar tempat tinggalnya di Dusun Luk Timur Desa Sambik Bangkol Kec:Gangga yang terletak sekitar 7 km dari pusat pemerintahan Kab. Lombok Utara.
Ucapan syukur yang di lontarkan dari mulutnya, beliau bilang bahwa Alhamdulillah berkat kerja keras, ananya bisa sekolah sampai sekarang, ada yang kuliah,dan ada juga yg masih di ponpes ( Pondok Pesanteren ), ibu aminah berharap anaknya menjadi sukses dan bisa membiayai dirinya untuk berobat ( sakit sesak nafas dan darah tinggi ) yang sering di rasakan. Selain itu juga Suami ibu Aminah sekarang sudah punya pekerjaan menjadi tukang bangunan dengan sistem borongan bersama teman-temannya dan mendapat bagian upah setelah bangunan rumah selesai kisarannya 1.500.000 sampai 2.000.000.Dengan hasil tersebut anak bisa di biayai sekolah dan kebutuhan sehari-sehari bisa terpenuhi, apalagi ibu Aminah sudah tidak bisa bekerja seperti dulu lagi karena sering sakit – sakitan, sambil menghapus air mata yang menetes di pipinya dengan kerundung yang ia pakai.
Bu Aminah sempat meneteskan air mata lagi, sambil berkata ia sangat sedih apalagi mengingat kejadian di saat suaminya bekerja bersama dengannya dulu pada waktu mencari batu apung, yang sempat buah kelapa jatuh hampir menimpa suaminya, yang saat itu bu Aminah langsung mendorong suaminya sehingga dia tidak tertimpa buah kelapa.
Kehidupan ibu Aminah yang sekarang ini sehari-hari yang hanya di rumah, kadang merasa jenuh dan ingin mencari kesibukan, namun kesibukan apa yang harus ia lakukan yang bisa menghibur dirinya supaya tidak terus mengingat sakit yang di rasakan saat ini. Pertemuannnya dengan ibu Hindun tidak di duga pada waktu gempa, Bu Aminah bersama keluarganya mengungsi di lapangan Luk (muhajirin ) dusun Luk Barat, yang berdekatan tenda dengan Ibu Hindun salah satu pengurus anggota kelompok Pekka, di situ Ibu Aminah mendengar tentang Pekka, dan begitu di ajak sekolah langsung tertarik, karna ingin mengasah otak dan mendapat ilmu pengetahuan serta sedikit bisa melupakan penyakit yang selama ini di rasakan apalagi di saat sekolah di ajak bermain sehingga dia merasa terhibur.
Ibu Aminah adalah salah satu peserta yang sangat semangat dan antusias mengikuti kegiatan belajar dan tidak pernah alfa, dia selalu hadir di pertemuan kelas.
Melihat Bu Aminah sekolah paradigta, sempat di olok oleh segelintir orangdi sekitarnya, orang tersebut bilang “tua-tua ko… sekolah mau jadi apa” namun dia tidak menghiraukannya dan tidak perduli apa kata mereka, yang penting kata ibu Aminah saya merasa terhibur, senang, bahagia dan akan tetap sekolah sampai wisuda. ()
Kontributor: Netiyastuti, kader Pekka KLU, NTB