Siang itu tanggal 20 November 2019, tepat jam 13.00 WIB, kami sampai di desa Tanggaran yang bersebelahan dengan desa Karanganyar. Hati kami sudah sedikit lega dan tidak lagi berdebar kencang karena jalannya relative lebih baik dari desa Karanganyar.
Pertemuan dilaksanakan di rumah salah satu anggota kelompok Ibu Endang dan hanya dihadiri 13 orang anggota kelompok. Menurut Rini, pengurus kelompok Pekka Tanggaran, memang di Tanggaran lebih sulit mengajak anggota berkelompok karena letak rumah yang berjauhan dan anggota sibuk dengan mengurus pekerjaan sehari – hari.
Kamipun selanjutnya melanjutkan pertemuan dengan kegiatan Diskusi kesehatan tentang stunting dan pentingnya menjaga kesehatan meski di desa Tanggaran sekarang banyak anggota kelompok yang kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehari – hari.
Meski diskusi berjalan lancar, namun beberapa anggota kelompok masih nampak kebingungan dan kurang bersemangat di kelompok. Setelah kami tanyakan, kenapa dia menjawab masih bingung apa sebenarnya tujuan kelompok.
Lalu kamipun mencoba mengingatkan materi motivasi berkelompok saat peragaan dengan sapu lidi. Untuk mengikat kelompok, kelompok perlu mengadakan kegiatan rutin, lalu kami contohkan di kelompok desa lain seperti desa Karanganyar, sudah menggiatkan tabungan. Tabungan ini akan bermanfaat dan bisa diambil saat kebutuhan mendesak.
Kelompok akhirnya membuat kesepakatan memulai tabungan sebagai kegiatan pengikat kelompok. Ke depan mereka menginginkan diadakannya pelatihan usaha seperti pelatihan membuat kue – kue atau kerajinan. Kami mengingatkan kembali untuk disesuaikan dengan potensi yang ada mengingat di Tanggaran banyak ibu-ibu yang memerah susu sapi sebagai penghasilan sehari – hari. Susu sapi dijual murah hanya Rp 5.500/liter.
Dalam perjalanan pulang, kami diminta pengurus kelompok untuk kembali melibatkan Pemerintah Desa Tanggaran dalam memotivasi ibu-ibu Pekka sehingga kelompok Pekka di desa Tanggaran bisa maju seperti kelompok Pekka di desa lain.
Kontributor: Susan, kader Pekka Trenggalek