Sejak adanya pandemi, Julehah tidak lagi berdagang di sekolahan dan pendapatannya menjadi berkurang. Julehah tidak merasakan imbas pandemi ini sendirian hampir semua merasakan dampaknya. Tidak terkecuali ibu Slamet ( 62 th) dari kelompok Pekka Mekar Jaya.
Beliau bersuami akan tetapi suaminya tidak bekerja dan ibu Slamet menjadi tulang punggung keluarga dan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari ibu Slamet bekerja dengan berdagang makanan tradisional seperti lotek, kerawu, getuk, cenil, juga masakan lauk pauk dengan berkeliling di desa.
Sejak pandemi penghasilannya menurun. Dan bernasib sama dengan Julehah. Sebagai seorang Kader Pekka julehah banyak membantu kemajuan serikat Pekka di Pemalang dengan posisinya sebagai bendahara koperasi Perempuan Mandiri kiprahnya di dalam menjalankan tugasnya, Julehah tegas dan bertanggung jawab.
Pada awal Agustus 2020 Julehah melaksanakan tugasnya mendata Anggota Pekka Kab. Pemalang yang mempunyai usaha baik pedagang ,petani maupun dalam bidang jasa. Dan dari data tersebut diusulkan ke kementrian koperasi untuk mendapatkan dana bantuan BPUM.
Data turun pada pertengahan bulan November
Ada beberapa nama penerima bantuan termasuk ibu Slamet akan tetapi ada yang beda datanya, beda NIK dan ada yang beda nama antara lain katimah ( Penjahit ) dari kelompok kenanga no niknya beda satu angka. Dan ibu Wasriyah ( pedagang sembako ) dari kelompok Mekar jaya.
Dan perbedaan data itu menjadi beban pikiran buat Julehah, rasa tanggung jawabnya sebagai seorang kader Pekka membuat beliau putar otak melangkah lebih giat untuk membantu mengurus agar dana itu dicairkan.
Julehah bercerita kepada saya tentang perjalanannya mendampingi ibu-ibu Pekka yang mendapat bantuan BPUM.\”Langkah awal mengurus bantuan tersebut, saya datang ke kelurahan Petarukan untuk mengurus SKU (Surat Keterangan Usaha) dan meminta surat keterangan beda NIK dan beda nama.
Setelah dari kelurahan, saya mengantarkan 3 orang itu ke Bank pada hari Senin ,23 November 2020
Di sana antrian penuh dan pak satpam menyarankan untuk pulang dan datang lagi besoknya untuk mengambil antrian lebih pagi.
Keesokan harinya kami datang lagi ke bank lebih pagi, saat dipanggil saya merasa takut dan khawatir akan dipersulit karena tahu beda data.
Saya menunjukan data dari Pekka yang ada daftar penerima bantuan dan menunjukan surat keterangan beda data dari kelurahan, Alhamdulillah diproses dan disuruh menunggu 10 hari.
Tiga hari saya harus bolak balik ke bank walaupun merasa agak sedikit lelah saya mempunyai harapan besar ikut membantu agar dana tersebut bisa segera dicairkan agar ibu-ibu Pekka yang mempunyai usaha bisa menggunakan dana tersebut untuk menambah modal.\”
Saya tersenyum kagum mendengar Julehah bercerita ternyata untuk mencairkan dana itu butuh proses dan harus antri sabar menunggu, sedang Julehah sendiri tidak mendapat bantuan itu hanya membantu mengantarkan ibu-ibu agar tidak kebingungan di saat ditanya oleh pihak bank.