Penggerak Pekka, penuh dedikasi dan serba bisa dari NTB

Penggerak Pekka, penuh dedikasi dan serba bisa dari NTB

Dengan berlinang air mata Dian menuturkan bahwa sejak kecil mengalami diskriminasi dari orang tuanya. Kelima saudaranya  yang laki-laki sekolah sampai tamat SMA, tapi Dian tidak disekolahkan oleh orang tuanya dengan alasan perempuan tidak perlu sekolah meskipun orang tuanya mampu.

Dian Mariyati lahir tanggal 3 Maret 1975 di desa Karang Bayan, Kecamatan Lingsar Nusa Tenggara Barat. Dian anak ke 5 dari 8 bersaudara. Karena kegigiannya ingin bersekolah Dian akhirnya sekolah dengan biaya sendiri yang diperoleh dari hasil kerjanya sebagai pengrajin ketak begitupun keperluan hidup lainya dipenuhinya sendiri. Ijaza SD telah  dirahinya, kemudian Dian ingin melanjutkan ke SMP, lalu keinginan tersebut disampaikan kembali ke orang tuanya, namun orang tuanya tetap menolak meski Dian telah menunjukan prestasinya. Sekolah di SMP bianya cukup tinggi karena jauh dari tempatnya dan juga belum ada SMP terbuka saat itu, akhirnya keinginan tersebut dipendamnya. Pada usia  25 tahun tepatnya tgl 3  September 1999 Dian menikah atas pilihannya sendiri. 

Pernikahan tersebut  hanya berlangsung 4 tahun tepatnya tahun 2003 Dian minta cerai dari suaminya karena suaminya peminum dan juga main perempuan bahkan telah menikah. Dian  tidak mendapatkan harta gono-gini padahal telah mempunyai sebuah rumah yang hasil jeri payah kerja bersama. Karena kebiasaan masyarakat seperti itu tidak menuntut harta gono-gini dan Dian pun tidak mengerti bahwa istri berhak atas harta gono-gini akhirnya Dian tidak menuntut harta gono-gini pada suaminya.

Dian punya kepedulian yang tinggi pada orang yang mengalami kesulitan hal tersebut dilatar belakangi kehidupannya yang sulit  sehingga Dian muda tergugah hatinya  untuk membantu orang lain dan juga membuktikan dirinya pada orang lain khususnya orang tuanya bahwa dia dapat melakukan hal yang berguna bagi orang lain meski tidak berpendidikan tinggi. Untuk itu sejak gadis sampai menikah Dian  aktif di masyarakat sebagai kader Posyandu, di program PSM, program kebersihan lingkungan dan kesehatan.,dll

Keikutannya dalam program Pekka  diawali dengan  adanya para janda dikumpulkan di rumah pak Kadus. Saat itu Dian hanya melihat dari luar rumah Pak Kadus, alasannya malu karena belum lama sekitar 3 bulan baru saja cerai dengan suaminya. Kondisi Dian saat itu tidak percaya diri, dengan statusnya janda menjadikan guncingan dan takut suaminya direbut. Perkawinannya telah dijalani sekitar 4 tahun, tepatnya menikah pada tgl 3 September 1999 cerai pada tahun 2003.

Setelah pertemuan di tempat pak Kadus esok harinya Reny sebagai PL datang ke rumah Dian. Saat itu Dian kesal kenapa PL selalu datang ke rumahnya. Pada pertemuan selanjutnya Dian diminta mengajak teman-temannya, yang kemudian mendapat penjelasan tentang program Pekka, akhirnya Dian mulai tertarik.

Pertemuan para janda dilaksanakan kembali di rumah Pak Kadus, Dian tidak masuk ruangan hanya melihat dari jarak jauh. Saat pemilihan pengurus semua orang menunjuk dirinya. Dian merasa kaget, namun juga merasa dihargai, penunjukan tersebut kemudian diterimanya.

Menurut Dian  ibu-ibu menunjuk dirinya kemungkinan karena keaktifan Dian di Kampung sebagai kader yang dapat menggerakan orang dan perkatannya didengar masyarakat. Dengan keaktifannya di Pekka menjadikan Dian semakin dikenal sehingga  pada saat pemilihan Kadus Dian diminta menjadi calon Kadus, namun Dian belum berani karena Dian merasa belum pantas, tugasnya lebih berat dan juga harus tahan omongan orang.  Pada saat pemilihan ketua RT  Dian kembali ditunjuk, peran ini Dian ambil. RT yang Dian pimpin RT yang terbesar diwilayahnya berjumlah 80 KK 150 jiwa.

Pertemuan kelompok

Ketika pertama jadi pengurus kelompok Dian belum faham akan tugas dan tanggung-jawabnya sebagai pengurus, belum dapat membuat administrasi dan pembukuan simpan-pinjam juga belum bisa memimpin rapat dan bicara didepan orang banyak. Namun setelah mendapat pelatihan tentang kepemimpinan, management kelompok yang didalamnya menjelaskan tentang tugas-tugas pengurus, administrasi dan pembukuan menjadikan Dian memahami perannya sebagai pengurus.

Suka-duka dan tantangan yang dihadapi dalam perannya sebagai pengurus yaitu menyadarkan masyarakat sekitar untuk mau berkelompok. Pada awal kegiatan  mengumpulkan para pekka, saat itu yang hadir sekitar 40 orang, namun kemudian menyusut sekitar 26 orang dengan alasan menikah lagi, kerja ke luar negeri, bosan dan tidak mengerti. Dengan kondisi tersebut Dian mencoba berulang kali memberi semangat  dan pengertian kepada teman-temannya akan manfaat berkelompok dan memberikan pengertian bahwa selama ini kita terjerat rentenir yang menyusahkan kehidupan kita, maka dengan berkelompok dapat membantu ketika kesulitan uang  dengan pinjam ke kelompok. Akhirnya teman-temannya mulai faham dan keanggotaanya mulai tetap.

Berbagai peran dan tanggung jawab yang Dian emban dalam Pekka yaitu sebagai pengurus kelompok, kader LKM. Pada saat ada penguatan hukum dan program pendidikan meski bukan Dian yang langsung jadi kader hukum dan pendidikan tapi Dian turut serta memberikan penguatan hukum dan mendata pendidikan.

Tanggung jawab Dian pada kelompok Pekka tidak saja dikelompoknya juga dua kelompok di desa lainnya. Pertemuan bulanan yang dilaksanakan sebulan sekali di tiga kelompok dilakukan pada malam hari, dari habis magrib sampai jam 22.00. Dua kelompok yang berada di desa lain cukup jauh  untuk menempuhnya dengan jalan kaki. Rasa lelah dan takut pergi dimalam hari Dian coba singkirkan karena Dian merasa bertanggung jawab pada kelompok pekka. Pertemuan kelompok tidak tergantung pada kedatangan PL, meski PL tidak hadir pertemuan tetap berjalan dengan berbagai agenda dan pemberian materi disampaikan olehnya dengan dibantu dua temannya yaitu Alimin dan Musina. Materi yang sering Dian sampaikan adalah tentang bagaimana mengembangkan kelompok dengan kegiatan usaha dan simpan-pinjam, pemberian materi hukum dan juga memberi semangat pada orang tua agar menyekolahkan anaknya setinggi mungkin. Dian meskipun belum memiliki anak tapi mempunyai keinginan yang tinggi  agar para anak mempunyai pendidikan lebih tinggi dari orang tuanya. Anak-anak perempuan jangan dihalangi pendidikannya seperti yang dialaminya dulu.

Untuk memberikan penyadaran tentang hukum tidak saja diberikan di kelompok pekka, Dian manfaatkan berbagai sarana misal saat di mushola atau masjid, di tempat hajatan, ketika naik kendaraan sudomo,  dan berbagai tempat lainya Dian membawa selebaran tentang anti kekerasan terhadap perempuan, tentang hak perempuan terhadap harta gono-gini dan lain sebagainya. Kemudian masyarakat pada bertanya tentang isi selebaran tersebut Dian menjelaskannya dengan percaya diri.  Dari kegiatan tersebut ketika perempuan mendapat perlakuan kekerasan mendatangi dirinya, petugas P3NTR yang selama ini jika menikah surat nikahnya ditahan telah dibagikan, Kadus juga jika di desanya ada persoalan dan ada yang belum mendapatkan surat nikah melaporkannya ke Dian.

Pengaruh Dian untuk perubahan kehidupan di masyarakat karang Bayan cukup baik. Percaya diri, tanggung jawab, peduli terhadap orang yang kesusahan, jujur itulah yang menjadi kekuatan dirinya tutur Dian, meskipun demikian kelemahan Dian pun cukup banyak yaitu; cepat hilang moodnya ketika mengalami permasalahan, pengetahuan dan pendidikan masih terbatas,  kepercayaan diri untuk memimpin desa masih kurang.

Dalam proses pengkaderan  sulit dilakukan diwilayahnya, Dian sudah mencoba mengajak anggota yang potensial  dengan mengajari pembukuan, bicara didepan orang, namun tidak berhasil  karena yang muda punya anak kecil tidak mau untuk diajak jadi kader dan yang lainya banyak yang tua dan tidak bisa baca. Ada juga yang punya motivasi tinggi tapi buta huruf maka difungsikan untuk menggerakan anggota sambil diajari baca.

Pengalaman berharga yang didapat selama di kelompok pekka adalah;

  • Bisa membeli barang yang selama ini tidak mampu dibelinya, seperti TV
  • Dari kecil hidup susah mencari makan sendiri, dari situ tumbuh keinginan besar untuk mendidik para ibu-ibu agar peduli pada anak-anak dan tidak membedahkan laki-laki-perempuan.
  • Meski tidak punya anak rasa cintanya pada anak disalurkan juga dengan membiayai sekolah anaknya saudara.
  • Bertemu dengan orang banyak di 8 propinsi sehingga punya teman dan pengalaman banyak.
  • Naik pesawat
  • Memberikan penguatan hukum pada masyarakat umum dan pada bapak-bapak.
  • Adanya program pendidikan meningkatkan semangatnya karena sebelumnya Dian merasa sedih karena tingginya anak yang putus sekolah diwilayahnya.

Hambatan yang dihadapi untuk mencapai cita-citanya adalah Dian merasa belum punya banyak pengalaman dan pendidikan SD, pernah masyarakat mencurigai dirinya yaitu tengah buat pondasi rumahnya yang dapat bantuan dari orang tuanya setelah sekian lama berjuang keorang tuanya untuk mendapatkan hak yang sama seperti anak lainnya, kemudian bersamaan dengan itu dana BLM turun, maka terjadilah gonjang-ganjing mencurigai dana BLM digunakan untuk buat rumahnya. Dian kemudian menjelaskan pada masyarakat tentang keberadaan uang tersebut yang tersimpan dalam Bank ditunjukannya seluruh catatan pembukuan dan buku rekening Bank, akhirnya masyarakat menerima.  Sebenarnya Dian merasa sedih sekali atas tuduhan tersebut, namun karena rasa cintanya  terhadap sesama dan ingin selalu berbagi maka perasaan tersebut disingkirkannya. Hambatan lainnya adalah pengkaderan belum berjalan dengan baik, sebagian besar aktivitas kelompok dilakukan oleh dirinya  dengan dua orang temannya Alimin dan Musina inipun tidak bisa full karena temannya punya anak kecil sehingga Dian merasa kelelahan, meskipun kelelahan dapat terobati ketika berkunjung di kelompok tertawa gembira. Hambatan dari luar semula masyarakat ketika mensosialisasikan hukum tidak percaya dan tidak peduli, namun ketika ada kasus hukum kemudian Dian membantu untuk mendampinginya akhirnya lambat laun percaya pada dirinya, masyarkatpun mendukung untuk program penguatan hukum.

Cita-cita dan harapan  kedepan dalam hidupnya untuk kelompok menginginkan kelompok punya gudang beras, ada usaha ternak sapi yang mana tenaga kerjanya dengan memanfaatkan anak-anak pekka atau di luar pekka yang menganggur, pekka tidak lagi jadi buruh tapi jadi pemilik, anak-anak tidak putus sekolah punya pendidikan tinggi dibandingkan orang tuanya. Sedangkan cita-cita untuk dirinya adalah ingin menjadi pemimpin yang baik yaitu kepala desa dan ingin naik haji.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *