Canda, Tawa dan Tangis di Kelas Akademi Paradigta

Canda, Tawa dan Tangis di Kelas Akademi Paradigta

Pagi itu suasana kelas Kader mulai ramai.Akademia mulai berdatangan.Sapaan dari Akademia ke akademia yg lain dan juga Mentor menjadi penghangat suasana pagi itu, Rabu, 2 Oktober 2019 di Desa Balla Barat Kec. Balla, Mamasa, Sulawesi Barat.

Waktu menunjukkan pukul 09:15 WITA, kelas pun dimulai.Pagi itu canda dan tawa masih terlihat dari wajah-wajah Akademia. Namun di tengah pelajaran, canda dan tawa itu sejenak berubah menjadi Tangis, mengapa??

Ya…\”Sungai kehidupan\” sontak membuat Suasana kelas jadi haru,para Akademia meneteskan Air mata.Modul 2 PB 1 tentang \”Perempuan dan perjalanan hidupnya\”. Akademia ditugaskan untuk membuat \”Sungai kehidupan\”. Menggambarkan peristiwa yang paling berkesan dalam hidup yang mempengaruhi kehidupan selama ini.

Mariana, perempuan 39 tahun ini tak dapat menahan air matanya saat menceritakan peristiwa paling berkesan dalam hidupnya lewat Sungai kehidupan.Diawali dengan tahun dimana Ia dilahirkan (1980). Terlahir dari keluarga yang sederhana, Ia hanya hidup pas-pasan.

Tahun 1992, Itulah saat di mana Ia merasa terpukul, Ibu terkasih meninggal Dunia. Ia sangat sedih dan merasa tak berdaya. Ia tak mampu berbuat apa-apa. Tak bisa lagi melanjutkan sekolah.

Sepeninggalan Ibunya, ia tinggal bersama Nenek Krn ayahnya menikah lagi.

Ketika berumur 25 tahun,Ia memutuskan menikah. Ia tinggal bersama Suami di kota Parepare.Awal pernikahan,bahagia itu masih terasa. Apalagi setelah mereka punya anak laki-laki.

Namun seiring berjalannya waktu, kebahagiaan itu mulai terkikis.Tak lagi seindah dulu, semuanya berubah oleh waktu dan keadaan.Ia tak pernah menyangka suaminya akan setega itu. Takpernah terpikir olehnya hal menyakitkan itu aka terjadi hingga berujung pada perpisahan tahun 2014. Luka yang begitu dalam membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. Hanya Air mata yg terus menerus menetes.

\”Sakit yang kurasakan luar bisa saat keluargaku diperhadapkan pada satu masalah. Aku sendiri,tak ada lagi sosok Ibu yg bisa aku tempati untuk curhat,yg bisa aku ceritakan tentang masalah dalam rumah tanggaku, sampai pada saat perceraianku,\” katanya sambil Menghapus Air mata.

Seketika suasana kelas menjadi haru.Semua ikut menangis, merasakan sakit yg dialami perempuan ini.Tak ada saudara perempuan yg bisa mengantikan sosok ibu tempat mencurahkan isi hati.ditambah lagi banyaknya tanggapan dari orang lain yang mengatakan bahwa Ia cemburu buta.Orang yg dianggap bisa dipercaya malah tak mendukungnya,tak memberi support.

Putus asa, marah, kecewa, tak berdaya bercampur jadi satu. Namuan Sang anak menjadi penyemangat untuk bangkit dari keterpurukan itu.Tuhan tempat satu satunya Ia mencuhkan isi hati lewat doa. Ia bangkit dari keterpurukannya itu. Bersama dengan anak semata wayangnya ia melanjutkan hidup. Dimulai dengan usaha jual jualan di rumahnya di Desa Bulo \”Saya harus bangkit,\” ucapnya lagi dengan lantang sembari memperlihatkan senyumnya lagi.

Ia bersyukur bisa masuk Pekka. Ada pengalaman yang bisa ia dapatkan, bahwa perempuan bisa bangkit dari keterpurukan, kuat, hebat, memimpin keluarga, dan pencari nafkah utama dalam keluarga. Berharap Kedepannya ada perubahan besar yg terjadi dalam kehidupannya. (Seniwati)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *