Sudah satu minggu Fika Sari anggota Serikat Pekka Kabupaten Ogan Ilir merasa tak enak badan, dia mengeluhkan bahwa sedang tidak nafsu makan dan mual-mual, saya menyarankan agar Fika pergi ke bidan dan memeriksa kondisi kesehatannya.
Setelah diperiksa ternyata Fika sedang hamil anak ketiga, suka-cita menyelimuti Fika dan keluarga setelah mengetahui hal tersebut, karena kondisinya yang lemah pagi itu tanggal 20 Januari 2021, Fika dan suami memutuskan untuk berobat ke Puskesmas Tanjung Raja. Keduanya sedang dalam kondisi demam, karena suhu tubuh mereka tinggi, pihak puskesmas merujuk keduanya ke rumah sakit Tanjung Senai untuk pemeriksaan lebih lanjut dan di rumah sakit Tanjung Senai mereka menjalani tes swab untuk memastikan terinfeksi Covid atau tidak.
Sebelumnya Fika dan suami ada riwayat pergi ke Kota Pagar Alam untuk membeli bahan dagangannya, akhirnya merekapun memutuskan untuk ke rumah sakit. Pukul 09.15 mereka langsung berangkat ke Tanjung Senai dengan membawa surat rujukan dari puskesmas. Setibanya di rumah sakit Tanjung Senai mereka kembali dicek suhu tubuhnya dan hasilnya suhu tubuh mereka masih tinggi mencapai 38 derajat, kemudian pihak rumah sakit melanjutkan dengan tes swab antigen, setelah menunggu kurang lebih satu jam pihak rumah sakit memberi hasil tes bahwa mereka berdua positif Covid-19.
Fika terduduk lesu, tak pernah membayangkan bahwa dia akan mengalami hal itu. Pihak rumah sakit meminta mereka segera pulang dan mengemasi pakaian bersiap melakukan isolasi ke Rumah Sakit Bari Palembang. Fika dan suami berusaha tegar dan bersemangat untuk sembuh, mereka pulang menyiapkan segala kebutuhan, karena tak ingin membuat keluarganya kawatir, mereka meminta izin pergi ke Jambi. Mereka menitipkan anaknya yang berumur 9 tahun ke ibunya yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Fika, setelah siap mereka langsung berangkat menuju rumah sakit Bari Palembang tanpa satupun anggota keluarga yang tahu tentang kodisi dan vonis Covid yang menimpa mereka.
Keesokan harinya, Fika mendapat telpon dari ibunya bahwa semua orang membicarakan Fika dan suaminya terkena virus corona dan warga kampung meminta ibu dan anak anak Fika untuk tidak keluar rumah dan menjalani isolasi mandiri di rumah mereka. Ibunya syok mendengar omongan orang tentang anak dan menantunya, dan mengkonfirmasi ke Fika apa yang sebenarnya terjadi.
Sambil menangis Fika menceritakan kepada ibunya bahwa dia dan suami sedang melakukan isolasi di Rumah sakit Bari Palembang. Ia sengaja tidak memberi tahukan kondisinya kepada keluarga karena tidak ingin membuat keluarga khawatir ditambah kondisi ibunya yang sakit diabetes, Fika tidak mau kondisinya mempengaruhi kesehatan Ibunya.
Namun apalah daya ternyata berita itu cepat tersebar, karena ternyata perawat di rumah sakit Tanjung Senai ada yang pulang ke Desa Penyandingan, dari situlah semua duka itu bermula. Sejak Fika dan suami menjalani isolasi, warga desa terus mengusik keluarga Fika, mulai dari ibunya yang tidak boleh keluar, anak perempuanya yang baru saja menikah tidak boleh lagi berjualan keliling di sekitar kampungnya, bahkan anaknya yang berumur 9 tahun bernama Arya tak luput dari perundungan. Arya diejek sebagai anak corona bahkan tidak diperbolehkan bermain bersama teman-temannya dengan alasan takut tertular virus.
Sebagai teman sekaligus kader Pekka yang mengetahui hal ini, saya berusaha membantu menyemangati Fika untuk selalu berfikir positif, bersabar melewati semua ini dengan tenang dan ikhlas, mungkin ini ujian dari Allah untuk Fika dan keluarga. Akhirnya setelah 14 hari melakukan isolasi di Rumah Sakit Bari Palembang, alhamdulillah tepatnya tanggal 2 Februari 2021 setelah 3 kali melakukan tes swab akhirnya mereka dinyatakan negatif Covid-19 dan bisa pulang.
Mereka disambut haru oleh keluarga, dan hari ini saat saya berkunjung ke rumahnya. Mereka bercerita banyak tentang pengalaman mereka selama isolasi, dan bagaimana keluarganya harus menerima semua kejadian yang kurang menyenangkan dari masyarakat sekitar dan berharap kejadian yang menimpa mereka jangan sampai terjadi pada orang lain. Fika juga menyarankan agar selalu menjalani pola hidup sehat dan terus berpikir positif.
Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi buat sahabat Pekka, menghindari melakukan hal-hal yang tidak baik yang bisa membuat seseorang yang terkena suatu musibah makin terpuruk, apalagi saat pandemi seperti sekarang ini, seseorang yang sedang mengalami sakit sudah sangat tidak nyaman akan kondisi dirinya ditambah dengan bully-an yang terjadi di sekitar, semoga kita bisa lebih bijaksana dalam berucap dan bertindak karena Covid-19 bukan penyakit yang harus ditakuti, tapi justru sesuatu yang harus kita ketahui agar kita bisa mengatasinya dan menyembuhkannya dan jika menjalani protokol kesehatan yang baik dan benar maka bisa membuat kita terhindar dari virus tersebut. Tetap Semangat menjalani hidup.
Endang Estaurina (JWP Serikat Pekka Ogan Ilir)