Berkah di Tengah Pandemi

Berkah di Tengah Pandemi

Dia perempuan sederhana dengan semangat kuat untuk menata hidup menjadi lebih baik. Siti Nur, 43 tahun, bergabung di komunitas Pekka sejak 3 tahun lalu. Saat ini ia menjadi ketua kelompok Pekka Anugerah di Desa Baka Jaya, Kabupaten Dompu, NTB. Pada saat digelar musyawarah besar Serikat Pekka Dompu beberapa waktu lalu, Siti Nur terpilih sebagai Badan pengawas Serikat Pekka tingkat Kabupaten.

Selain kader Pekka, Siti juga menjadi kader Posyandu. Untuk menopang ekonomi keluarga, ia menjual Nasi kuning, dan menjahit. Menjahit inilah salah satu andalannya dalam menambah penghasilan keluarga. Keterampilan menjahit ini ia dapatkan secara otodidak dari pengalamannya bekerja pada perusahaan garmen di Jakarta selama hampir 15 tahun. Meski dengan pengalaman yang cukup lama, dia tidak mau dikatakan sudah profesional.

Siti Nur tidak hanya bisa menyatukan pola dari bahan/kain baru menjadi sebuah produk, namun juga bisa memanfaatkan kain perca menjadi gorden, taplak meja, keset juga masker, bahkan permak pakaian dan lainnya. Soal tarif permak dia tidak mematok harga, katanya, “Terserah pelanggan yang sepantasnya menurut mereka saja.”

Saat pandemi melanda pada awal tahun 2020, terjadi kelangkaan masker di kampung tempat ia tinggal dan puncak penyebarannya terjadi di berbagai wilayah. Jadi, pemerintah desa membuat program pengadaan masker kain dengan menggunakan jasa para penjahit di desa tersebut. Salah satu penjahit terpilih adalah ibu Siti Nur, masker dibeli Rp.6000 per lembar dengan jumlah pesanan sebanyak 200 lembar.

Ibu Nur menyelesaikan pesanan itu dengan gigih dan melibatkan keluarga dengan berbagi tugas. Dia sendiri pemotong pola, anak yang menyetrika dan mengemas dan suami yang ikut merapikan hasil jahitannya. Dengan semangat ia mengerjakan orderan itu dalam waktu kurang lebih 10 hari. Lelah, penat tak menjadi penghalang karena berkah itu mungkin akan terkenang menjadi kisah menarik.

Ibu Nur penjahit sederhana, mengukir asa ingin berkembang agar ekonomi keluarga jadi berimbang. Hasil penyatuan perca tak butuh pengakuan,  hanya berproses ingin menjadi lebih baik. Menjahit telaten tanpa butuh hak paten.

Kontributor: Marlia, kader Pekka kab. Dompu, NTB

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *