Saya Yulista Martadinata kader Serikat Pekka dari wilayah kabupaten OKI, yang menjadi salah satu Enumerator Pemantauan BANSOS Covid-19, mendata sebanyak 21 KK di RT 003 Dusun I desa Ulak Balam, Kecamatan Tanjung Lubuk, Sumatera Selatan.
Pada hari Kamis tanggal 21 Mei 2020 saya mulai mendata dengan agenda harus selesai 10 KK atau narasumber dan salah satunya wawancara yang saya lakukan adalah dengan ibu Amnah sebagai kepala keluarga sekaligus menjadi narasumber beliau telah berusia 65 tahun, tinggal sendiri karena suami telah meninggal dunia pada tahun 2006 dan memiliki 5 orang anak yang telah bekerja semua di luar kota.
Ibu Amnah tidak bekerja karena sudah lanjut usia dan juga sering sakit-sakitan jadi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari beliau hanya menunggu kiriman dari anak-anaknya yang bekerja menjadi karyawan swasta dan ada yang hanya sebagai pedagang keliling, semenjak Covid-19 ini anak-anak ibu Amnah hanya bisa mengirim sedikit uang sebab penghasilan merekapun berkurang, mereka kadang bekerja kadang tidak bahkan ada yang diliburkan, jadi semenjak pandemi Covid-19 ini ibu Amnah berhemat bahkan untuk biaya berobat dikarenakan tidak memiliki BPJS dan posyandu lansia pun ditiadakan di desa, kalau mau berobat harus naik ojek menuju puskesmas di kecamatan dengan jarak yang cukup jauh.
Pada saat wawancara saya menanyakan apa Ibu Amnah pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, ibu Amnah menjawab dulu pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah yaitu program keluarga harapan namun semenjak anak-anaknya selesai pendidikan bantuan ini diputus setelah itu saya tidak mendapatkan bantuan apa pun lagi, jelas ibu Amnah. Beliau menuturkan akhir bulan April lalu panitia Covid-19 desa Ulak Balam mengadakan pendataan dan beliau termasuk salah satu yang didata untuk calon penerima BLTDD dan pada tanggal 2 Mei 2020 ibu Amnah juga menerima bantuan sembako dari Serikat Pekka karena beliau merupakan anggota Serikat Pekka dari kelompok terang bulan.
Namun walau sudah didata hampir satu bulan belum ada kabar berita kapan mau dapat bantuan BLT, malah ibu Amnah pernah tiba-tiba didatangi bapak Suharto (Kadus) dan bertanya kepada ibu Amnah siapa yang mendata ibu sehingga ada nama ibu Amnah terlampir didaftar penerima bantuan BLT dana desa? Ibu Amnah menjawab yang mendata saya adalah ibu Yuli dan bapak Hasan mereka relawan tanggap darurat Covid-19 dan mereka meminta foto copy KTP dan saya menyerahkan ke mereka, lalu bapak Suharto menegaskan ibu jangan pernah berharap untuk mendapatkan bantuan ini karena bukan saya yang mendata dan apa pun jabatan bapak Hasan itu di desa ini, tidak berpengaruh karena yang akan mendapatkan hanya 8 KK dari dusun I.
Mendengar ini ibu Amnah kaget namun tetap sabar menjawab kalau dapat Alhamdulillah, tidak dapat berarti bukan rejeki saya, tetapi setelah pak kadus pergi ibu Amnah bergegas menuju rumah ibu Yuli menanyakan apa benar tidak ada harapan atau memang tidak dapat bantuan ini, ibu Yuli menjelaskan kepada ibu Amnah bahwa nama beliau sudah terdaftar sebagai penerima bantuan BLT dana desa dengan kriteria yang pas tidak mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah, tetapi ibu harus sabar menunggu karena dana desa belum turun, nanti kalau cair bantuan ini akan diantar langsung oleh petugas ke rumah ibu, jadi tidak perlu ke kantor desa.
Setelah mendengar penjelasan dari ibu Yuli, hati saya lega berarti saya tidak ditipu atau dikasih harapan palsu. Lalu saya menjawab memang benar ibu harus bertanya kepada orang yang tepat agar mendapatkan informasi yang benar semoga ibu bisa mendapatkan dana bantuan BLTDD.
Selesai wawancara sayapun pamit dan melanjutkan pendataan kerumah lainnya. inilah hasil wawancara saya dengan salah satu narasumber di desa Ulak Balam dan kabar terakhir yang saya dengar ibu Amnah benar mendapatkan bantuan dari desa sebesar Rp 600.000 setiap bulan dan akan diterima selama 3 bulan.
Penulis: Yulista Martadinata, kader Pekka OKI-Sumsel