Belum genap 2 bulan aku bergabung di kelompok Pekka. Hari itu Rosita memberitahuku bahwa tanggal 23 Agustus 2019 ada undangan pelatihan Jurnalis Warga Pekka bertempat di Bogor. Aku dan Anggar Kasih dipilih dan kesempatan itu tidak aku sia- siakan. Banyak ilmu jurnalis yang kudapat selama 5 hari pelatihan. Aku yang tadinya malas menulis akhirnya dituntut untuk berlatih menulis dan terus menulis.
Sepulang dari pelatihan, tekadku harus buktikan bahwa aku bisa. Berita pertamaku, ku angkat tentang profil Pekka Siwe Tangguh. Alhamdulillah, selanjutnya aku membuat berita. Baik yang aku kirim ke Seknas Pekka maupun menulis khusus di media sosial. Aku suka menulis tentang cerita-cerita rakyat Samili dan kehidupan para perempuan Pekka.
Sejak saat itu, aku mulai dikenal di lingkungan masyarakat baik lewat tulisan maupun lewat kegiatan Pekka. Aku mulai dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan baik di tingkat desa maupun di tingkat kecamatan.
Februari 2020 akupun terlibat dalam pengambilan keputusan tingkat propinsi pembahasan tunjangan kesejahteraan lansia dan disabilitas. Hmmmm. Luar biasa untukku!!!
Tidak sampai disitu. Sekarang aku merasa dihargai oleh instansi- instansi dan masyarakat karena bisa membentuk kelompok baik di desa sendiri maupun desa lainnya. Aku sering diajak bertukar pikiran bersama kades- kades yang ada kelompok Pekka.
Serunya. Partai politikpun tidak ketinggalan. Beberapa kali penguasa parpol mendatangiku. Tapi kujelaskan kelompok kami tidak terlibat dalam politik kami serahkan semua keputusan pilihan pada masing- masing individu.
Aku yang tadinya bukan siapa- siapa dan orang tidak mengenalku, disamping aku lama menetap diluar daerah. Sejak bersama Pekka orang mulai mengenalku sebagai perintis kelompok kelompok perempuan. Orang tahu aku memiliki banyak kelompok dan teman. Setiap aku jalan bukan namaku yang dipanggil tetapi mereka memanggilku “ibu Pekka” hmmm aku suka sebutan itu.
Beberapa kali aku menerima telepon dari dusun tetangga di desaku “Kak ayo dong, kami juga mau berkelompok. Tolong bentuk kelompok di dusun kami. Saya akan kumpulkan perempuan kriteria Pekka. Ayo kak. Kapan kami dibentuk” itulah permintaan mereka.
Dua dusun mengharapkan ada kelompok Pekka. Tetapi karena ini kebentur berita Corona dan larangan berkumpul. Maka permintaan itu aku pending dulu sampai masa aman dikeluarkan oleh Gubernur.
Tidak kalah hebohnya Kepala desa Kalampa Burhanuddin. Langsung turun tangan sendiri, menginformasikan kepada perempuan kriteria Pekka di Dusun Rangga agar mau berkelompok dan berkegiatan bersama pekka.
Tanggal 21 Maret 2020 jam 16.40 ponselku berbunyi. Nomor Pak Kades Kalampa “Bu Rahma, Tolong bantu saya. Saya sudah memberitahu perempuan kriteria Pekka agar berkumpul, kapan bu Rahma ada kesempatan untuk membentuk kelompok di Dusun Rangga?” pintanya.
Waoh… luar biasa penyebaran Pekka sekarang. Tapi kujawab permintaan kades itu “mohon maaf Pak Kades. Untuk saat ini saya belum berani mengajak ibu-ibu kumpul. Kita tunggu masa aman dari pemberitaan Corona. Insyaallah kita pasti bantu agar dusun Rangga memiliki kelompok Pekka, walaupun dulu pernah ada kelompok Pekka tapi karena ada satu hal. Kelompok itu fakum dari kegiatan” kataku.
Sejujurnya. Dampak dari himpauan masa darurat Corona ini. Membuat kegiatan penguatan kelompok Pekka terhambat. Sejak dikeluarkan himbauan itu kami istirahat padahal. Anggota sedang semangat-semangat berkumpul.
Disisi lain ekonomi dan pendapatan anggota berkurang bahkan lumpuh sama sekali sehingga untuk kegiatan simpan pinjampun tidak bisa dilakukan.
Jadi tudak ada yang bisa kami lakukan untuk saat ini. Semoga Corona cepat berlalu dan kita bisa beraktifitas kembali.
Kontributor: Rahmawati AB