Nama saya Hilmiani, 31 tahun, saya sudah berkeluarga punya 1 anak perempuan, suami saya merantau ke Malaysia 2 tahun yang lalu dan pekerjaan saya sebagai guru honorer. Saya juga kader Pekka yang menjadi enumerator di RT 04 dusun Ketejer Desa Suka Makmur, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat-NTB. Pada saat platihan enumertor saya merasa sangat semangat dan senang karena akhirnya bisa menggunakan aplikasi Zoom untuk yang pertama kali dan bisa bertemu juga dengan teman Serikat Pekka dan Faslap dari provinsi lain serta Tim PEKKA Jakarta yang memfasilitasi pelatihan walaupun lewat zoom.
Adapun cerita yang ingin saya bagi di kesempatan kali ini yaitu pengalaman saya ketika di lapangan melakukan pemantauan bansos darurat Covid -19 di dusun ketejer RT 04 tempat saya tinggal. Tepatnya pada tanggal 21 Mei 2020 jam 4.00 sore pertama kali saya turun ke lapangan, kenapa sore.,?? karena siang jam 11.00-13.00 saya mengantar surat tugas sekaligus melapor kegiatan tersebut ke rumah kades dan kadus. Saya pun berkunjung kerumah tetangga terdekat, Ketika saya menyampaikan bahwa saya akan melakukan wawancara pemantauan bantuan sosial tanggap darurat covid-19,warga langsung menjawab saya dengan ‘’kita akan dikasih bantuan ya dari pekka.,??’’ bantuanya apa.,??’’ disambut warga yang lain menjawab ‘’ya kita belom dapat bantuan apa2 neh dari pemerintah’’ saya bengong lanjut senyum mendengar jawaban mereka dan langsung menjelaskan bahwa ‘’ saya bukan memberikan sumbangan apapun tetapi saya ditugaskan memantau dan mendata masyarakat bagaimana kondisinya setelah ada virus corona apakah cide semua tetap bisa bekerja atau tidak, dan bantuan apa yang sudah didapat dari pemerintah desa’’. Mereke pun paham sambil mengatakan ‘’ayo dah kami didata,ibu butuhnya apa dari kami KTP atau apa.,?? ’’ saya pun mulai melakukan wawancara dengan warga sampai selesai. Sore itu saya hanya mendapat 5 narasumber dan memang tanggapan mereka sama seperti narasumber yang pertama saya kunjungi.
Pada hari Jumat 22 Mei saya pergi mendata lagi tetapi saya menyampaikan tujuan wawancara yaitu pemantauan kondisi masyarakat setelah ada wabah corona karena ketika saya mengatakan itu pada warga mereka lebih antusias untuk diwawancarai karena mereka penasaran kondisi seperti apa yang akan didata tanpa mengharap ada bantuan yang akan didapat.
Pengalaman berkesan Saat melakukan wawancara pemantauan pada hari Selasa 26 mei 2020 sekitar jam 5 sore,ketika saya mewancarai seorang ibu rumah tangga namanya Sofia biasa dipanggil Inaq Dina karena anak sulungnya bernama Dina, tapi dicerita ini saya sebut saja nama aslinya. Sofia seorang pedagang sayur keliling yang berumur sekitar 32 tahun dia sudah menikah dan mempunya 3 anak perempuan, 2 putrinya masih klas 3 di sekolah dasar karena umur mereka hanya berbeda 1 tahun sehingga mereka bersamaan masuk SD. Dan putri ketiga ibu sofia berumur 3 tahun. Suami sofia tidak bekerja semenjak 1 tahun lalu berjualan bakso cilok keliling karena rumahnya yang ambruk akibat gempa. Semnjak itu pula sofia berjualan sayur keliling di sekitar dusun ketejer mengganti suaminya supaya jualanya lebih laris karena walaupun dulu berjualan sayur dirumah sepi pembeli dan sering masih banyak sayur yang tidak laku.
Saat saya mewawancarai Sofia siapa yang menjadi kepala keluarga ? dia menjawab ‘’tetap suami saya walaupun dia tidak bekerja tetapi suami saya yang menjaga dan mengurus anak-anak ketika saya berjualan keliling, kami berbagi tugas’’ jawabnya. Saya pun lanjut menanyakan bantuan apa yang diterima Covid ?? jawabnya ‘’tidak ada Hilmi, walaupun di RT saya ada pembagian sembako kopi gula dan minyak seminggu lalu saya tidak dapat apa-apa, padahal semua orang di sini dapat dan yang memberi itu juga rumahnya di sebelah saya, itu rumahnya,’’ curhatnya bu Sofia sambil menunjukkan saya rumah seorang warga yg dimaksud. Saya pun mengiyakan cerita bu sofia karena saya juga pernah mendengar dari bibik saya yang mendapat sembako dari seorang keluarga TKW yang bekerja di malaysia. Tidak sampai disitu bu sofia melanjutkan curhatnya ‘’ hil saya mungkin dianggap mampu atau kaya ya makanya tidak dikasih padahal kondisi rumah saya seperti ini makan tidur masak hanya diruangan ini sama keluarga’’ saya senyum saja menanggapi bu sofia sampai wawacara saya pun selesai. Tetapi sebelum saya pulang bu sofia bercerita lagi ‘’ semoga saya dapat bantuan dari pemerintah ya hil’’ saya mengaminkan harapan bu sofia dan pamit pulang.
Malam Kamis, 27 Juni sekitar jam 20.30 diadakan rapat kepala dusun bersama semua RT yang ada di dusun ketejer tempatnya di rumah saya karena ayah saya salah satu anggota BPD, agenda rapat kadus tentang verifikasi data penerima BST yang double, yang meninggal dan yang berada di luar negeri, ketika itu juga saya usulkan beberapa warga yang saya kunjungi ketika mendata belum mendapat bantuan apa-apa termasuk bu Sofia. Saya pun langsung diberikan data penerima BST oleh kadus dan ternayata nama bu Sofia ada di daftar penerima bantuan tersebut. Sedangkan nama warga yang lain akan diajukan lewat penerima bantuan BLT –DD.
Kamis pagi sekitar jam 10.00 bu Sofia datang berjualan sayur ke rumah saya dia langsung menemui saya, sambil bercerita ‘’Hil, saya dikasi tahu pak RT tadi pagi saya mendapat bantuan uang 600.000 diambil di Kantor Pos besok, saya senang sekali dapat bantuan, berkat saya sabar hil ya ternyata rizki datang juga,’’ ‘’Ya bu Sofia, saya sudah dengar semalam dari kadus yang rapat,’’ jawab saya singkat.
Dari pengalaman pemantauan ini saya berfikir ternyata kita sebaiknya melakukan apa yang bisa kita lakukan dan tetap menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain itulah yang terbaik.
Penulis: Hilmiani, kader Pekka Lombok Barat–NTB