Rusmawaty atau akrab disapa Ibu Rus, adalah seorang anggota pekka yang lahir di Desa Ujungbaru Kec.Tanasitolo Kab. Wajo Sulawesi Selatan pada tanggal 10 Juli 1974.
Ibu Rus merupakan anak ke-5 dari 6 bersaudara, pasangan Semmang dan Baru. Kondisi ekonomi keluarganya saat itu yang sangat kekurangan, sehingga Ibu Rus hanya bisa bersekolah hingga tamat SD karena tidak mempunyai cukup biaya. Padahal dia bercita-cita ingin menjadi seorang guru.
Saat tahun 1995, Ibu Rus sudah menginjak usia 21 tahun, dia dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang laki-laki yang bernama Sirajuddin yang berusia 23 tahun.
Saat itu Ibu Rus hanya bisa pasrah saat keluarganya sepakat menikahkan dia dengan Sirajuddin. Takut akan merasa berdosa kalau harus menentang kemauan orang tuanya. Dan pernikahan mereka pun berlangsung di Desa Ujungbaru Kec. Tanasitolo Kab. Wajo.
Setelah menikah, Ibu Rus diboyong ke Malangke Kab. Luwu oleh suaminya dan disanalah mereka hidup mengadu nasib. Rumah tangga mereka sangat bahagia dan suaminya pun sangat sayang pada Ibu Rus, namun ada satu hal yang kurang yaitu mereka tidak dikarunia seorang anak.
Segala usaha dan upaya setelah 17 tahun mengarungi bahtera rumah tangga akhirnya Ibu Rus melahirkan anak pertamanya, seorang anak perempuan yang cantik di tahun 2012. Ibu Rus bersama suami sangat bahagia mereka merasa keluarganya telah utuh dengan kehadiran seorang bayi cantik diantara mereka.
Namun setelah 15 bulan kelahiran anak mereka, suami Ibu Rus jatuh sakit. Beliau mengalami stroke dan akhirnya harus kembali kepangkuan Sang Ilahi meninggalkannya dan si buah hati.
Kehilangan seorang suami secara mendadak membuatnya sangat terpukul, kehidupan yang tadinya ceria penuh dengan kebahagian kini berubah seketika laksana kemarau panjang yang melanda.
Sepeninggalan suaminya, Ibu Rus dan anaknya harus kembali ke Kab. Wajo. Kini dia tinggal di rumah orang tuanya bersama anak dan dua orang ponakannya.
Ibu Rus harus menjadi ibu sekaligus ayah buat putrinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah puterinya. Dia bekerja menenun sarung sutera dengan modal seadanya. Namun besar pasak daripada tiang, membuat modal tenunnya habis untuk kebutuhan sehari-hari yang mengakibatkan dia tidak bisa menenun lagi.
Penghasilan Ibu Rus saat ini hanya berasal dari hasil jualan bambu yang ditebangnya sendiri dari dalam hutan. Tak mudah menjalani semua rutinitas itu namun harus dia lakukan sendiri tanpa bantuan siapa pun,
“Setelah merasa tak enak badan, baru bisa istirahat,” katanya sambil mengusap air mata yang tetiba mengucur deras mengingat masa-masa terberat itu.
Seperti tak ada senyum terlintas di bibirnya sebab baginya dunia terasa begitu pahit, namun ia tetap jalani dengan penuh kepasrahan.
Terlebih lagi keberadaannya tidak diperhitungkan di masyarakat sekitar dan hanya dipandang sebelah mata dengan statusnya yang janda.
Pada bulan Juli 2018, setelah ada sosialisasi Pekka Ibu Rus bergabung ketika ada perluasan wilayah kerja Pekka ke Kab. Wajo. Saat itulah ia mulai belajar berbicara dan berorganisasi bersama kelompoknya, memperkuat gerakan salah satunya aktif mengorganisir masyarakat melalui KLIK (Klinik Layanan Informasi dan Konsultasi) Pekka.
Dengan kemampuan dan pengalaman ini, ia makin terlibat aktif dalam kepengurusan Pekka mulai tingkat kelompok sampai tingkat kabupaten.
Nama Ibu Rus kini mulai dikenal di masyarakat. Dan melalui pengalaman berorganisasi di Pekka inilah ia mendapatkan banyak pelajaran berharga dan banyak mendapatkan teman-teman baru yang bersama-sama memperjuangkan nasib perempuan.
Selain itu saat ini Ibu Rus sudah bisa membantu masyarakat yang punya masalah perlindungan sosial dengan memberikan informasi – informasi terkait prosedur dan cara untuk mendapatkan layanan dasar sebagai warga negara seperti KK, Akta kelahiran, KTP dan perlindungan soaial lainnya.
Kontributor: Asnidar