Suatu pagi, ketika jam menunjukkan pukul 08.00, rumah Ibu Asiyah selaku Ketua Serikat Pekka di datangi anggota kelompok Pekka yang ingin mengikuti Pendidikan Kader Pekka. “Ketika saya menyampaikan tentang sekolah kader pekka, hampir semua anggota ingin ikut sekolah. Di Desa Kayakah ada 3 kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 90 orang. Tetapi untuk sekolah pertama disini yang kita terima hanya 35 orang dulu saja, ungkap Ibu Rusmini selaku penanggung jawab yang melakukan pendaftaran.
Pendidikan kader pekka di Desa kayakah Kecamatan Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara di mulai pada tanggal 4 November 2017. Mentor pendidikan adalah Norhayati, Masdalinda dan Sri Hilda. Peserta yang hadir pada hari pertama sekolah berjumlah 34 orang. Di hari pertama sekolah mereka bersepakat menentukan jadwal akan bersekolah selama 3 hari dalam seminggu yaitu hari Selasa,Sabtu dan Minggu di mulai pada pukul 08.00 – 13.00 Wit. Mentor menyampaikan bahwa waktu belajar minimal selama 5 jam.
Hari pertama sekolah terlihat peserta bersemangat, bahkan ada ibu-ibu yang menyatakan bahwa ia merasa deg-deg kan memulai sekolah hari ini karena sudah lama ia tidak bersekolah dan ada juga yang menyatakan bahwa seperti mengenang masa bersekolah dulu ketika memegang pulpen dan pensil karena sudah lama mereka tidak menulis.
Mentor meminta para peserta saling berkenalan dengan menyanyikan lagu “Hallo Apa Kabar Kawan”. Ketika memperkenalkan temannya dengan berdiri di depan, terlihat peserta masih malu-malu dan ketika ditanya perasaanya salah satu akademia berkata “ disuruh perkenalan gugupnya minta ampun”.
Di hari itu juga peserta belajar mengenai bagaimana mengdokumentasikan kegiatan yang pernah di lakukan di kelompok Pekka dan bagaimana mempublikasikannya. Untuk itu para akademia diminta untuk menuliskannya dalam bentuk cerita. “Saya harus mengingat huruf lagi ketika menulis karena sudah lama saya tidak pernah menulis”ungkap salah satu akademia. Dikarenakan hari pertama diminta untuk membuat cerita, pada hari ke 2 pendidikan kelas kader ada 2 peserta yang mengundurkan diri karena merasa tidak lancar membaca dan menulis.
Ketika mempelajari pokok bahasan perempuan dan perjalanan hidupnya serta perempuan dan ketidakadilan, terlihat akademia masih malu-malu untuk bercerita mengenai kisah hidupnya. Ada yang beranggapan bahwa semua masalah yang dialami tidak perlu diceritakan kepada oranglain, berkeluh kesah hanya dengan Allah SWT saja. Hal ini juga dirasakan oleh mentor ketika memfasilitasi kelas. “ Ada perbedaan ketika memfasilitasi kelas dimana pesertanya kebanyakan kader dan peserta yang bukan kader. Ketika pesertanya adalah kader Pekka yang sudah sering mengikuti pelatihan ketika dilontarkan pertanyaan langsung menjawab sedangkan ketika peserta adalah anggota yang tidak pernah mengikuti pelatihan hanya kegiatan di kelompok saja, saya harus bertanya dan menjelaskan berkali kali agar mereka paham apa yang saya tanyakan” tutur Hilda.
Setelah sering mengikuti pendidikan terlihat perubahan yang dialami oleh akademia, mereka sudah terbiasa presentasi depan kelas dengan percaya diri, ketika mentor melontarkan pertanyaan hampir semua akademia ingin menjawab. Mereka sudah berani untuk menyampaikan pendapatnya.