Kami kader Pekka Karawang akan melakukan wawancara yang pertama kepada bapak Kepala desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari. Sekitar jam 07.00 wib terdengar ponsel berbunyi, Tuuuut….tuuuut….tuuuut…, ternyata ketua serikat (Astini) yang telepon menanyakan ” Apakah pagi ini jadi melakukan wawancara ke bapak kepala desamu..?” Begitu terdengar suara bu ketua di telpon. “Jadi” jawabku,…”Jam berapa dan di mana kita ketemu? tanyanya lagi, “Jam 09.00 wib dan langsung ketemu di kantor desa saja ya” jawabku juga. ” Ok” jawab bu Astini. Selesai menerima telpon,saya (Siti Juariah) langsung bersiap-siap segala sesuatunya untuk berangkat ke kantor desa. Berhubung rumah saya terlewati oleh kawan Siti Komah, maka saya menunggu Siti Komah untuk bersama ke kantor desa Kalibuaya.
Sekitar jam 08.30 wib Siti Komah datang, dan kami langsung berangkat menuju kantor desa, dan ternyata ketua sudah ada terlebih dulu di kantor desa. Kami bertigapun kemudian langsung masuk ke dalam kantor desa, dan bertemu dengan bapak hansip (Usang) mengatakan bahwa bapak kepala desa belum datang. Kami kemudian menunggu di loby kantor desa, tetapu yang di tunggu – tunggu tak kunjung datang, maka kami memutuskan untuk pergi ke rumah bapak Kepala desa, setelah mendapat arahan dari bapak Upas kantor desa.
Setiba di rumah bapak kepala desa, kami hanya bertemu dengan istri bapak Kepala desa( ibu Oyah ), karena bapak Kepala desa sedang tidak di rumah. Untuk itu saya meminta no Hand phone pak Kades ke Istrinya. Tidak lama setelah no hp saya simpan, saya mencoba menghubungi bapak kepala desa untuk memastikan apakah ada waktu untuk bisa bertemu dengan kami. tuuuuuut…..tuuuuuut….tuuuut belum di angkat- angkat. Saya telpon ulang tuuuuuut…tuuuuuut …tuuuut “Hallo ,,assalamualaikum kataku.
” Waalaikum salam ” jawabnya.
“Siapa ya?” Katanya lagi,”saya Siti Juariah Pekka ingin bertemu bapak, apakah ada waktu untuk di bisa bertemu?” Jawabku, “oh ibu Pekka, ya ada waktu, tunggu saja sampai jam 11.00 wib di kantor desa, saya sekarang sedang menjadi saksi di akad nikah warga” jawab beliau. Setelah menutup telpon maka kami segera berpamitan ke ibu kepala desa untuk kembali lagi ke kantor desa.
Sesampai di kantor desa, sudah datang bapak bagian Kasie Umum, Kasie Kesra, RT dan tamu yang sedang di layani oleh kasie umum. Jam 11.30 wib bapak Kepala desa datang dan langsung mempersilahkan kami bertiga masuk ke ruangan Kepala desa. Beliau juga memanggil bapak Sekertaris desa (Yayan Mulyawan) untuk mendampingi. Sebelum di mulai wawancara ketua memperkenalkan diri kami bertiga. Ketua juga menyampaikan apa maksud dan tujuan kita datang ke kantor desa menemui beliu (Nana Mulyana), yaitu yang pertama Silaturahmi dan yang kedua memohon kesediaan pak Nana sebagai Kepala desa Kalibuaya untuk di wawancarai tentang BLT DD sebagai pelengkap data yang sudah di peroleh saat Enumerator mendata di satu Rt. Alhamdulillah Beliau merespon dengan sangat baik, dan siap untuk di wawancarai.
Sebelum dimulai wawancara beliau memaparkan tentang bantuan-bantuan yang ada di desa tersebut serta gendala-gendala di masyarakat ataupun dari pemerintah. Selesai bercerita kemudian di mulai wawancara dengan menjawab pertanyaan demi pertanyaan mengenai dana desa di Kalibuaya. Adapun dana desa yang di alokasikan untuk BLT DD sebanyak 30% secara bertahap dengan penerima177 KK sebesar Rp 600.000,-/ KK selama 3 bulan. Untuk penyebaran informasi terkait data penerima bantuan, desa menempel kan daftar penerima di papan informasi di kantor desa, di masjid, pemberitahuan melalui aparat desa terutama RT, dan dari mulut ke mulut. Pak Nana menyampaikan bahwa penerima BLT-DD di desa Kalibuaya adalah warga yang layak menerima seperti disabilitas, lansia, yang sakit menahun, perempuan pekka (30 kk),keluarga yang kehilangan mata pencaharian,dan yang bekerja namun tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar pangan ( 73 kk ).
Dan untuk BLT-DD tahap ke 2 pun akan segera di berikan di bulan ini.
Jam 14.30 wib seluruh pertanyaan yg saya ajukan semua di jawab dengan baik, lengkap dengan penjelasan-penjelasannya, baik oleh pak Nana sendiri ataupun oleh Pak Yayan sebagai Sekretaris desa. Banyak hal-hal yang tadinya saya tidak tahu menjadi tahu, seperti kerancuan data penerima bantuan. Karena menurut penjelasan beliau bahwa di desa saya banyak sekali penerima yg sudah meninggal, penerima yg double ( PKH dan BLT-DD ), penerima yang suami istri keduanya mendapatkan, dan ada yang kaya tetapi juga menerima. Menurut Pak Yayan, padahal untuk data yang Riil aparat desa sangat lelah mendata, tetapi data yang dari pemerintah pusat seakan -akan tidak menghargai kerja keras aparat desa. Karena data kemudian menjadi rancu, akibatnya aparat desa yang menjadi di pusingkan oleh protes-protes warga masyarakat. Sebenarnya masih banyak cerita yang ingin saya dapat, namun berhubung waktu dan masih ada tamu yang antri untuk bertemu dengan bapak kepala desa, maka kamipun berpamitan untuk pulang. Ucapan terima kasih pun tak lupa kami sampaikan sambil berpamitan. Semoga saja dengan adanya BLT- DD masyarakat di desa saya bisa terbantu dalam memenuhi kebutuhan dasar pangannya.
Penulis: Siti Juariah, kader Pekka Karawang