Bertempat di Desa Lapadindi, Kecamatan Tongkuno, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, kelas Paralegal Pekka resmi dibuka, pada 6 Oktober 2020. Kegiatan yang seharusnya dimulai pada bulan Februari 2020, harus tertunda karena Pandemi Covid-19.
Tepat pukul 13:00 kelas Paralegal dimulai. Satu jam sebelumnya aku sudah harus berangkat, mengingat jarak tempuh yang lumayan jauh dari rumah. Panas matahari yang sangat menyengat tidak menyurutkan semangatku untuk melaksanakan tugas sebagai Mentor. Bersama teman yang kebetulan tanteku, kami berangkat bersama naik motor menuju tempat kegiatan tersebut.
Kami usahakan tidak terlambat, karena jika terlambat kami sebagai Mentor akan menerima sanksi, yakni berjoget, dan saya tidak pernah bayangkan kalau saya menerima hukuman tersebut, karena saya tidak bisa joget. Kami tiba di tempat kegiatan, sudah ada beberapa peserta kelas Paralegal di sana. Kegiatan kelas Paralegal ini bertempat di rumah peserta kelas paralegal (Wa Ine dan Halida).
Jumlah peserta yang ikut kelas Paralegal ini berjumlah 18 orang saja karena 3 orang mengundurkan diri dengan alasan sibuk urus anak. Kelas Paralegal terdiri dari dua kelas, yakni kelas 1 berjumlah 10 orang dan kelas 2 berjumlah 8 orang. Dan hari itu kami mendapat giliran di kelas 2. Jumlah peserta yang sedikit tidak mengendurkan semangat kami. justru sebaliknya kami sangat antusias begitu pun semua peserta kelas Paralegal.
Pertemuan kelas Paralegal diawali dengan membangun suasana akrab, berkenalan satu sama lain. dan juga membentuk kesepakatan yang akan berlaku selama proses perjalanan kelas paralegal ini. Setelah berdoa yang dipimpin oleh salah satu peserta, Mentor mulai menjelaskan tujuan dan materi yang akan dipelajari bersama.
Puji Tuhan ada satu peserta yang membantu memberikan kami masukan yang sangat berguna bagi kami sebagai Mentor. Untuk semakin mengakrabkan, kami mulai bermain dengan tema “Melindungi perempuan korban kekerasan”. Dengan membentuk sebuah lingkaran dan di dalam ada peserta yang jadi korban serta di luar lingkaran ada pelaku. Permainan ini menjadi sangat seru karena peserta sangat antusias dan semangat mengikuti permainan ini.
Setelah permainan selesai, kami sebagai mentor meminta pendapat peserta bagaimana memaknai arti dari permainan tadi. Peserta memberikan jawaban yang memuaskan dalam arti mereka menyadari bahwa penting melindungi korban kekerasan agar korban merasa dikuatkan dan tidak merasa sendirian. Materi berlanjut dimana peserta diajak untuk menggambar sketsa wajah masing-masing. Kemudian berbagi cerita tentang: apa potensi dan kekuatan dalam diri, apa kelemahan dalam diri dan apa saja peran sehari – hari.
Secara umum peserta mengatakan bahwa mereka sangat bangga bisa menjadi ibu rumah tangga, bisa menjadi penopang ekonomi dalam keluarga, bangga bisa menjadi pendidik, dan juga guru ngaji. Di balik itu ada juga kelemahan-kelemahan dalam diri mereka misalnya tidak sabar, dan mengalami lemah fisik karena ada penyakit yang di derita. Selain masih banyak potensi yang mereka terus kembangkan. Kemudian materi di lanjutkan dengan permainan dengan lagu “Aku Ingin Berteman”.
Tujuannya adalah agar semakin mengakrabkan peserta satu sama yang lain. Waktu belajar terus berlanjut dan sampailah pada materi menggambar “Sungai Kehidupan”. Ada beberapa peserta yang mengalami kesulitan untuk menggambarkan sungai kehidupan yang mereka alami selama ini. Tetapi setelah mendapat penjelasan dari Mentor mereka menjadi paham dan mulai menggambar dengan semangat. Waktu 15 menit yang diberikan untuk menggambar membuat peserta agak kesulitan karena waktunya yang singkat itu Karena ada yg belum selesai maka yang sudah selesai diberikan kesempatan untuk mempersentasikan gambar nya di depan kelas. Ada beberapa peserta sampai terbata-bata ketika menceritakan apa yang dialami dalam hidup mereka, ada yang merasa sedih, kecewa dan merasa tidak dihargai, tidak adil dan bahkan diremehkan karena menjadi perempuan.
Bahkan ada satu peserta sampai meneteskan air matanya ketika menceritakan gimana sakitnya dikhianati, diduakan, diabaikan dan tidak dihargai. yang membuat hidupnya terpuruk dan mengalami kesedihan yang sangat dalam. Dia berkata bukan maksud membuka aib keluarga. Dia berharap pengalaman yang diceritakan bisa berguna untuk orang lain khususnya teman-teman di kelas Paralegal.
Setiap masalah atau cobaan hidup pasti ada hikmahnya, bisa membuat kita lebih sabar dan kuat dalam iman. Kesimpulannya kegiatan kelas Paralegal telah menambah wawasan dan juga pengalaman sebagai mentor. Kita perempuan pasti kuat dan lebih maju. Tepat pada pukul 17:00 kelas paralegal telah selesai. Kegiatan belajar hari ini dibuka dengan doa dan ditutup juga dengan doa . Hari yang melelahkan tapi bahagia karena bisa belajar bersama.
Kontributor : Regina Pasali, kader Pekka Muna, Sulawesi Tenggara