KLIK PEKKA Menjadi Jembatan bagi Masyarakat Marginal

KLIK PEKKA Menjadi Jembatan bagi Masyarakat Marginal

Mentari pagi mulai menyinari dunia, diiringi dengan kicauan burung-burung di atas pepohonan. Saya yang lebih awal memulai aktivitas dari biasanya segera menjemur pakaian di jemuran, lalu memasak nasi dan lalapan buat keluarga ketika saya mengikuti pelaksanaan KLIK PEKKA di Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kuok.

Setelah semuanya beres, Saya bersiap-siap, tepat pukul 07.00, saya berangkat dari rumah. Setiba saya di lokasi, kader lainnya juga berdatangan. Kami lalu menyusun bangku, menata meja dan kursi di bawah tenda untuk melayani masyarakat yang akan berkonsultasi.

Seorang ibu paruh baya juga datang lebih awal yang ingin melakukan perekaman KTP. Karena selama ini dia belum memiliki KTP elektronik, yang dimiliki hanyalah KTP non elektronik. Karena acara belum dimulai, saya sempatkan untuk mewawancarai seorang nenek tersebut. Ternyata namanya Nenek Zainab, berusia 85 tahun. Panggilan sehari- hari di rumah adalah Uwuo Bagak (Nenek yang Kuat). Kenapa demikian? karena pekerjaan sehari-harinya adalah buruh tani. Dia mengerjakan sawah milik orang lain, dan mendapatkan upah dengan cara bagi hasil panen. Sawah seluas 2 jenjang ia kerjakan sendiri. Karung berisi padi seberat 50 kg ia angkat sendiri dan disimpan di rumahnya. Ketika beras  hampir habis, padi itu dijemur sebelum diolah menjadi beras. Setelah padi dijemur, ia membawanya sendiri le tempat penggiling padi.

Benar-benar seorang nenek yang tangguh sekali. Tidak hanya itu, ternyata nenek tersebut datang ke lokasi KLIK PEKKA dengan berjalan kaki, jarak yang cukup jauh ia tempuh menuju kantor Desa Pulau Jambu. Ibu Zainab seorang janda yang memiliki 6 orang anak, 4 diantaranya sudah meninggal dunia. Anak-anaknya sudah berkeluarga dan tinggal di desa yang lain. Ia tinggal seorang diri di rumahnya.

Tepat pukul 08.30 berhubung para dinasnya belum datang, warga pun sudah banyak yang hadir, kami berinisiatif untuk membuka pendaftaran terlebih dahulu, agar nanti ketika para dinasnya berdatangan, para warga tidak berbondong-bondong menyerbu meja pendaftaran.

Para petugas KLIK duduk di meja masing-masing, yang telah disiapkan. meja konsultasi dibagi dua bagian. Satu meja Adminduk dan meja BPJS. Saya dan teman saya bertugas di meja Adminduk. Satu untuk mengisi daftar hadir dan satu untuk mengisi data klien.

Tepat pukul 09.00 petugas dari dinas terkait sudah tiba di lokasi, berbekal dengan peralatannya masing-masing. Acara pun di mulai. Ibu Datmi Widayanti Pengurus Federasi Serikat Pekka yang bertugas di Kampar. Ia langsung membuka acara, kemudian mempersilahkan Bapak Kades Pulau Jambu untuk memberikan sambutan. Para Dinas-dinas juga diberikan kesempatan untuk berbicara.

Selanjutnya acara KLIK PEKKA resmi dibuka. Masyarakat mulai memadati meja pendaftaran, warga yang selesai mengisi daftar hadir dan data klien, serta menyerahkan berkas persyaratan permohonannya, diminta menunggu sesuai dengan nomor antrian masing-masing.

Selama acara KLIK PEKKA berlangsung, saya melihat kebanyakan dari masyarakat Desa Pulau Jambu rata-rata Para lansianya belum memiliki KTP elektronik. Mulai pendaftaran dibuka, hingga hampir selesai. Semua yang mendaftar di bagian KTP adalah orang tua yang berumur 60 lebih, baik laki-laki maupun perempuan.

Pukul 12.30 petugas KLIK pun istirahat, sholat dan makan. Dibuka kembali pada pukul 13.30. “Ayo-ayo bapak dan ibu semuanya, sebentar lagi pendaftaran akan ditutup”. Kata kami kepada mereka. Mendengar hal itu, masyarakat langsung bergegas ke meja pendaftaran. Mereka yang dari tadi duduk santai sambil menunggu acara kembali dimulai,  sekarang mulai memadati meja pendaftaran. Hiruk pikuk kembali terdengar.

Tiba-tiba datang seorang bapak tua ke arah kami dan berkata. “Ini Bu foto copy KK saya. Saya mau bikin KTP, Bu.”  “Aduh bapak, kenapa sudah sore begini baru datang kesini? Sekarang pendaftarannya sudah tutup”. Kata Ibu Datmi. “Tadi pagi saya sudah ke sini, Bu, sudah mendaftar juga. Tapi saya tidak bawa apa-apa. Kata mereka saya harus bawa foto copy KK, terus saya pulang untuk mengambil KK saya. Sesampai di rumah, saya cari-cari KK tersebut tapi tidak ketemu juga. Dan ini baru dapat,” katanya. Kami semua mulai panik, karena sebagian Dinas sudah berangsur-angsur memindahkan peralatannya ke mobil mereka. Ibu Datmi lalu berkata kepada bapak tersebut,” bapak, kalau misalnya KTP bapak tidak bisa diselesaikan di sini, besok pagi bapak bersedia ya saya ajak ke Capil, biar saya bonceng, Pak. Belum sempat bapak itu ngomong, tiba-tiba salah seorang dari petugas Capil lewat hendak ke mobil untuk mengantarkan peralatannya dan bertanya, “Ini ada apa ya, Bu? Bapak ini mau bikin KTP, kata ibu Datmi.

Sambil bergegas cepat, petugas Capil tadi menghampiri si bapak dan berkata, “Mari bawa sini KKnya, Pak” petugas langsung berlari ke dalam ruangan. Sambil menunggu, bapak tersebut kami persilahkan untuk duduk. Wajahnya tampak penuh harap. Sesekali diintipnya di balik jendela kaca untuk melihat situasi di dalam ruangan. Kemudian kembali duduk. Melihat sang bapak duduk, saya pun mewawancarainya. Namanya Pak Anis, usia 65 tahun, warga Desa Pulau Jambu. Ia tidak memiliki KTP sejak 5 tahun yang lalu lantaran KTPnya hilang.

Pak Anis memiliki 3 orang anak yang sudah berkeluarga semuanya. Sekarang dia hanya tinggal berdua dengan istrinya. Sehari- hari dia bekerja sebagai tukang penjual bensin eceran. Dia mengisi botol minum Aqua yang kosong dengan bensin. Lalu menaruh di atas meja di depan rumahnya dan menjualnya. Bensin tersebut ia beli di Pom bensin terdekat. Semangat yang kuat di usia yang sudah senja. Demi menghidupi dirinya dan istrinya. Dia juga tidak pernah mengharapkan bantuan uang dari anak-anak nya.”Cukup untuk makan sehari-hari saya dan istri saya udah bersyukur sekali,” katanya.

Selama ini dia ingin sekali membuat KTP, tapi jarak yang cukup jauh membuatnya tidak bisa pergi seorang diri. Anaknya sibuk bekerja sehingga tidak bisa membantu bapaknya untuk mengurus KTP yang hilang. Selama proses tanya jawab berlangsung, tiba-tiba datang dari pihak Capil memanggil namanya dan memberikan sebuah KTP.  Bapak tersebut pun terharu dan berucap syukur. Kegembiraan pun terlihat dari raut wajahnya. Kami semua pun juga senang melihat bapak itu bahagia karena telah memiliki KTP. Tak lupa kami foto bersama untuk mengabadikan momen dengan bapak tersebut. Pak Anis tak henti-hentinya bersyukur, dengan adanya KLIK PEKKA, dia bisa memiliki KTP lagi, katanya. Selama ini tidak ada orang yang mau mendampingi nya untuk membawa nya ke dinas sosial, karena jarak yang terlalu jauh. Pengurusan nya pun dia juga tidak bisa sendiri.

 

Pukul 15.00 pendaftaran KLIK PEKKA sudah ditutup tetapi di dalam ruangan, para petugas dari dinas terkait masih terlihat bekerja. Kecuali di bagian perekaman yang telah selesai dari setengah jam yang lalu.

Sambil menunggu semuanya selesai, kami membereskan bagian di luar meja pendaftaran. Mengumpulkan berkas-berkas dan menyatukannya. Setelah itu tak lupa saya wawancarai salah seorang warga desa yang datang untuk berkonsultasi.

Dia adalah Pak Yayan (50 tahun) seorang petani yang bekerja di lahan sawit milik orang lain. Dia juga yang paling banyak mengurus data identitas untuk anaknya. Mulai dari akte kelahiran untuk ketiga anaknya, KIA dan juga perbarui KTP dia dan istrinya. Selain itu dia juga berkonsultasi dengan Perlinsos. Karena selama ini dia tidak sempat untuk pergi ke kantor Capil untuk mengurusnya. Karena kerjanya yang terikat dengan orang lain. Hari libur juga tidak ada. Jarak yang jauh pun juga menjadi kendala untuk mengurusnya. Tapi dia merasa puas sekali karena tidak sampai sehari, semua hal yang ia konsultasikan di KLIK PEKKA selesai dan bahkan langsung dibawa pulang.  “Sangat meringankan beban saya,” katanya. Harapan Pak Yayan “Semoga tahun depan acara KLIK PEKKA seperti ini masih ada lagi di desa kami, karena saya yakin, masih banyak masyarakat yang belum berkonsultasi,” katanya.

 

Kontributor: Herlina, Kader Pekka Kabupaten Kampar

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *