Bakar Sampah Bakar Uang, Buang Sampah Buang Uang

Bakar Sampah Bakar Uang, Buang Sampah Buang Uang

Awal mulanya, saya terkejut saat mendengar informasi dari Pekka. Terutama mengenai informasi bahwa akan diadakan pertemuan perempuan tidak bersuami.  Singkatnya, saya diikutsertakan dalam pertemuan kelompok karena kebetulan saya memenuhi kriteria PEKKA. Saya merupakan perempuan yang sudah bercerai dan hidup tanpa anak. Setelah bercerai, saya kembali tinggal di rumah orang tua saya. Bisa dikatakan bahwa saya numpang makan dan numpang hidup. Tidak banyak yang bisa saya kerjakan kecuali membantu di dapur. Untuk kebutuhan saya setiap harinya, saya dapat dari kasih sayang seorang kakak dan dua adik saya. Artinya, saya mendapatkan makan, minum, dan semua kebutuhan saya yang lain dari kakak dan adik saya.

Saya dengar, Center Pekka itu bisa mengubah sampah menjadi uang, membakar sampah sama saja membakar uang. Saya memikirkan tentang Pekka yang begitu terkenal dalam mempromosikan itu berhari-hari dan bertanya-tanya bagaimana bisa hal tersebut terjadi. Tibalah saatnya pertanyaan saya mengenai Pekka terjawab. Dalam Pekka, terdapat cara mudah untuk mencari uang. Untuk yang pertama kalinya, saya diikut sertakan dalam pertemuan kelompok Pekka yang bertempat di rumah orang tua saya. Pada pertemuan ini, saya diberitahui bahwa bakar sampah adalah bakar uang. Pembicara pada saat itu adalah ibu Rahmawati, Ketua Koperasi Pekka Ina Mbojo. Beliau memaparkan banyak hal mengenai Pekka. Diantaranya, bahwa Pekka merupakan kelompok yang memiliki koperasi yang dalamnya terdapat program simpan dan pinjam. Terdapat pula simpanan pendidikan, simpanan hari raya, dan lain lain.

Selanjutnya, kami diberitahui bahwa di dalam kelompok harus ada kegiatan. Kegiatan yang kami lakukan adalah kegiatan saling membeli barang yang di jual anggota, saling menjual produk ke komunitas Pekka melalui group WhatsApp, dan membeli barang di toko anggota kita sendiri melainkan di toko- toko bermerek. Beliau juga menyarankan kami untuk memanfaatkan lahan pekarangan rumah seperti menanam pohon kelor sendiri melainkan membelinya di pasar. Istilahnya tanam apa yang kita makan dan makan apa yang kita tanam. Ibu-ibu juga dapat berkegiatan di persampahan. “Ibu-ibu silahkan kumpulkan sampah dari rumah ibu-ibu dan di bawakan atau di kumpulkan di satu titik yaitu di pengurus kelompok Ibu-ibu. Nanti sampah yang di bawah dari rumah ibu-ibu harus dalam keadaan sudah di pilah. Uang hasil timbang sampah ibu-ibu di tabung dulu di pengurus kelompoknya dan ini buku tabungannya” berkata Ibu Rahmawati sambil memperlihatkan buku tabungan yang berwarna ungu. Selanjutnya beliau mengatakan “Ibu-ibu boleh mengambil uang hasil jual sampahnya sewaktu-waktu di butuhkan”.  Serentak kami menjawab ” iya”.

Setelah itu, kami membentuk pengurus kelompok yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Dalam pembentukan kelompok ini, kami diberi sayarat bahwa ketua kelompok harus seorang janda yaitu perempuan tidak bersuami. Melalui kesepakatan Bersama, saya terpilih menjadi bendahara kelompok. Terjawablah pertanyaan yang ada di benak saya selama ini, yakni bakar sampah adalah bakar uang, buang sampah adalah buang uang. Alhamdulillah, saya yang selama ini tidak mempunyai penghasilan sudah masuk menjadi anggota PEKKA sekalian sebagai pengurus di kelompok bank sampah siwe kreatif di desa saya tepatnya Desa Tonggondoa Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima NTB.

Selain menjadi seorang pengurus kelompok, saya berkesempatan mencari sampah di setiap sudut kampung saya. Saya mengelilingi titik dimana warga sering buang sampah. Alhamdulillah, berkarung-karung saya dapat. Saya benar-benar membuktikan bahwa sampah adalah uang dan buang sampah adalah buang uang. Tidak hanya yang tabungan wajib yang ada rupiahnya di buku tabungan Pekka saya, tabungan sukarela pun terisi dengan rupiah yang besar, selain itu kantong sayapun tidak pernah kosong. Alhamdulillah saya sudah tidak merasa dikasihani lagi sama saudara saya, justru saya yang suka memberikan uang ke saudara saya, itu semua berkat dari hasil saya mencari rongsokan. Pada buku tabungan Pekka saya, tidak hanya tabungan wajib yang terisi, tetapi juga tabungan sukarela pun terisi dengan jumlah besar. Selain itu, saku saya pun tidak pernah kosong. Ini semua berkat dari hasil saya mencari rongsokan.

Rasa syukur dari dalam diri saya tidak pernah putus. Saya ingat dulu ketika saya mau beli ikan dan lauk pauk untuk di masak, saya harus tunggu dulu uang pemberian saudara dan bapak agar bisa masak. Sekarang kantong saya tidak pernah kosong. Saya yang dulu hanya menempatkan tangan dibawah menunggu belas kasih dari sanak saudara, kini sudah bisa menempatkan tangan diatas setelah mengenal Pekka. Terima kasih Pekka.

 

Kontributor: Siti Julaiha S.M., Kader Pekka Kabupaten Bima, NTB

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *