Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini, kader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa Wlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar 50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan lain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang taruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya dimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua perwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka di Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana Rp 10.000.000,- untuk sanitasi/Arisan toilet.
Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga karena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar – besar. Misalnya PKK mengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna usulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian pemuda.
Semua usulan ditampung oleh fasilitator dan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama Pekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi usulan. Meski setelah bercerita kepada teman – temannya ada yang senang dan ada yang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?
Sebulan kemudian Kartini diminta datang ke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes. Saat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan jika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan Dana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya menjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka diminta membuat proposal selama seminggu.
Kartini memutar otak untuk membuat usulan apa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap Dian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke pemerintah desa Wlahar.
Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini diminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka sebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi tentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha pembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga kelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD Wlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya benar.
Kini kelompok-kelompok Pekka di desa Wlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi Siliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan membuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena selambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.