Orangnya pendiam, tidak banyak berbicara yang hari-harinya bekerja sebagai kebersihan pada Dinas Kebersihan Lingkungan sebagai tenaga lepas dari tahun 2016. Ibu Maryati Idris yang ditinggalkan oleh suami tanpa satu alasan yang pasti, pada suatu hari berencana ke Kupang untuk mengambil mesin percetakan yang mau dijual oleh temannya karena selama ini ia bekerja secara manual walaupun hasilnya pas- pasan tapi bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Menjelang keberangkatannya ke Kupang, membawa uang semua yang barusan mendapat orderan dari bank BRI Kabupaten Alor, slip penyimpanan dan slip penarikan serta dari badan keuangan dan aset daerah ratusan map sehingga keuangan yang dibawa oleh suami waktu itu lumayan banyak, tutur ibu Aty panggilan akrap sehari- hari.
Rencana kekupang hanya 3 hari maka pakaian yang disiapkan juga hanya 3 pasang saja , ternyata sampai hari yang ketiga tiba, sang suami yang akrap dipanggil Mas Dana Sasmiita dari Sumedang jawa barat tidak pulang, ditlpon oleh sang istri nomor hp sudah tidak aktip lagi.
Menunggu sang suami dari hari kehari, hingga minggu berganti bulan pun sang suami tidak ada kabar berita.
Akhirnya tibalah saatnya untuk berencana mencari suami ke kampung halamannya, karena sewaktu masih hamil 3 bulan mereka bersama- sama ke Sumedang, maka sang istri memberanikan diri bersama anak yang ketiga walaupun masih kecil.
Perjalanan yang begitu jauh, tibalah mereka di rumah yang hanya satu tujuan mereka adalah membawa suaminya kembali lagi hidup bersama seperti dulu lagi. Ketika kedatangan mereka tidak ada satu keluargapun yang tahu, maka terkejutlah mereka ketika melihat kehadiran mereka. Waktu itu Mas bekerja pasang listrik agak jauh, kata mertuanya seminggu baru dia pulang atau kadang tidak pulang.
Akhirnya di hari yang ketujuh datanglah Mas Dana, sambil mengendong anaknya beliau menangis duduk di samping sang istri, maka disaat itu juga sang istri mulai berbicara, “Mas, kita harus pulang karena saya sendiri tidak mampuh hidup bersama ketiga anak kita ini,” sang suami hanya menangis dan menjawab bahwa biarlah jadwal kapal ini kamu duluan nanti selepas kerja baru saya nyusul, itu adalah jawaban yang diberikan, akhirnya kembalilah sang istri bersama anaknya dengan harapan bahwa nanti suaminya akan nyusul ternyata tidak sampai hari ini.
Mereka dikaruniai 3 orang anak. Sehari – hati ibu Aty bekerja sapu- sapu di
sepanjang jalan pasar , Puskesmas serta BRI . Gajinya sebulan Rp. 600.000 tapi
bisa mencukupi kehidupan sehari- hari bersama 3orang anak dan ibunya yang sudah
tua.
Walau dengan gaji yang pas- pasan hidup mereka
bahagia. Ibu Aty saat ditinggal oleh suaminya saat itu bersamaan dengan ada
program perumahan dari dana Pusat untuk membangun 500 unit rumah pemerintah tuk
masyarakat dari timor timur waktu pasca kerusuhaN. Dan ibu Aty juga didaftarkan
namanya oleh aparat pemerintah desa untuk mendapat sebuah unit rumah. Maka
tinggalah ibu Aty bersama keluarga kecil di desa Alor Besar hingga hari ini.
Awalnya dia merasa tak sanggup sendiri menafkahi keluarga ini, namun ia akan
mencoba bertahan hidup sendiri hingga hari ini.
Kontributor: Petronela, kader Pekka Alor, NTT