Anakku Berhasil Berkat  Pekka

Anakku Berhasil Berkat Pekka

“Harta paling berharga adalah keluarga” mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.

Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.

Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar  melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.

Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu.  Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4.  Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:

“capek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?” tanya anak saya.

Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.

“Makanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka”

Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.

Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.

Editor: Rima Widyasar

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *