Dialah Asmawati, seorang perempuan tangguh yang lahir di Kabupaten Sambas, 23 April 1977. Ia adalah seorang ibu dari empat orang putri, sekaligus seorang kepala keluarga di keluarga kecilnya. Ia telah bergabung di organisasi Pekka (Perempuan Kepala Keluarga) sejak 8 Januari 2011. Di awal ia bergabung dengan Pekka, ia ditunjuk menjadi ketua Kelompok Parwa di Desa Sungai Itik, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Sekarang, perempuan paruh baya ini menjadi Ketua Serikat Pekka Kabupaten Kubu Raya, sekaligus Ketua Serikat Pekka Provinsi Kalimantan Barat. Ia terpilih pada saat Musyawarah Besar Luar Biasa (Mubeslub) Serikat Pekka tahun 2016, menggantikan Mahdalena yang saat itu juga terpilih menjadi Ketua Federasi Serikat Pekka di tingkat nasional.
Walau tidak tamat SMA, rasa percaya dirinya patut diacungi jempol. Rasa percaya dirinya perlahan-lahan muncul sejak ia rajin mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh Yayasan PEKKA. Tak hanya pelatihan di tingkat daerah, ia juga sering dilibatkan di pelatihan-pelatihan tingkat nasional bersama kader-kader Pekka terpilih yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.
Ilmu yang telah ia dapatkan di Pekka telah membawa banyak manfaat, tak hanya bagi dirinya, namun juga bagi orang lain. Sebagai Ketua Serikat Pekka di tingkat provinsi dan kabupaten, ia disibukkan dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Serikat Pekka di wilayahnya, seperti menghadiri undangan dari Dinas dan Organisasi Massa (Ormas), mengadakan rapat koordinasi, melakukan advokasi kebijakan ke pemerintah, melakukan kegiatan sosial masyarakat, melaksanakan pendampingan kelompok dan juga pendampingan kasus hukum, mengikuti pelatihan-pelatihan, dll.
Tak cukup dengan segudang kegiatan yang ia ikuti di Pekka, ia juga telah terpilih menjadi ketua RT (Rukun Tetangga) selama dua periode di lingkungan tempat tinggalnya di Dusun Mawar, Parit Wakbibah, Desa Sungai Itik. Di waktu luangnya, Asmawati masih bekerja sebagai tukang ojek untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Rasa tanggung jawab sebagai seorang ibu dan kepala keluarga semakin membulatkan tekadnya untuk berjuang demi bisa menyelesaikan pendidikan bagi keempat putrinya, bahkan kalau bisa sampai ke jenjang sarjana.
“Perempuan tidak boleh cengeng, bersedih, dan menyesali nasib. Kita harus bangkit dan tetap berjuang untuk kehidupan hari ini dan masa depan“, ucap Asmawati.
Di masa pandemi Covid-19 ini, kegiatan Asmawati pun tidak serta-merta langsung terhenti. Bersama kader-kader Pekka Kabupaten Kubu Raya dan juga dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kubu Raya, ia terus bergerak ke desa-desa yang menjadi target kegiatan Yandu Isbat Nikah. Ia juga masih aktif mengikuti pelatihan-pelatihan secara virtual yang diselenggarakan oleh Yayasan PEKKA. Selain aktif mengikuti pelatihan, ia juga aktif melatih para kader Pekka dan pengurus Serikat Pekka dengan ilmu yang ia dapatkan dari pelatihan-pelatihan yang sudah ia ikuti.
Kebersamaan dan persaudaraan yang telah terjalin erat, baik dengan sesama kader Pekka dan juga Pendamping Lapang membuatnya tidak merasa sendiri. Bersama Pekka, dibuangnya jauh-jauh rasa takutnya. Keputusan untuk menceraikan suaminya yang ingin berpoligami dengan resiko harus menafkahi keempat putrinya seorang diri, tentu menjadi cerita pahit dan juga pengalaman yang tidak terlupakan bagi dirinya. Bersama Serikat Pekka, Asmawati kini tumbuh menjadi sosok perempuan yang tangguh dan percaya diri, serta di tahun 2021 lalu, ia memutuskan untuk semakin meningkatkan potensi yang ada di dalam dirinya dengan mengikuti program penyetaraan paket C, dan ia juga telah lulus ujian. Ia juga mengajak para perempuan lain untuk menggali segala potensi yang ada di dalam dirinya, agar mereka dapat menjadi perempuan yang semakin bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya.
Penulis: Karmani, Kader Pekka Kabupaten Kubu Raya
Editor: Capella Latief