Sebelum bergabung dengan Pekka, saya sangat merasa rendah diri dengan status saya sebagai janda beranak yang ditinggal kawin lagi oleh mantan suami. Setiap keluar rumah, masyarakat memandang seolah saya ini perempuan yang meninggalkan aib, karena ketika perempuan meninggalkan suami, pastilah karena perempuan itu sendiri yang salah. Apalagi saya meninggalkan mantan suami di Medan, yang bagi masyarakat di kampong saya apapn sebab yang saya katakana seolah mereka tak percaya.
Semenjak bergabung dengan Program PEKKA, banyak sekali perubahan yang saya rasakan dari grogi menjadi percaya diri dan bisa berbicara dengan pejabat, dengan pinjam di LKM bisa membantu ekonomi keluarga dan biaya anak sekolah saya, namun perubahan yang paling bermakna adalah kemerdekaan untuk bisa menulis dan dimuat di bulletin buatan kami, Serikat Pekka sendiri.
Perubahan itu terjadi karena proses, awalnya saya mendapat semangat dan bimbingan dari pendamping lapang. Selain itu, saya mendapatkan banyak pelatihan baik pelatihan tingkat kabupaten hingga tingkat nasional. Kemampuan menulisawalnya kami belajar dan mendapat pelatihan dari lembaga Insist Yogyakarta untuk mengelola kegiatan bernama SMS Monitoring. Dimana kami dilatih untuk mengelola SMS baik terkait masalah maupun perkembangan di wilayah desa maupun Kecamatan, dari jurnalis warga yang sebagian besar adalah anggota Pekka dan tokoh masyarakat yang mempunyai kepedulian kepada Pekka. SMS yang dikirimkan bisa meliputi bidang Ekosoc (Ekonomi, social dan budaya).
Dari bahan SMS tersebut kami memilah mana yang akan kami jadikan bahan untuk advokasi dan sebagian kami kembangkan dengan menulis menjadi sebuah artikel. Pelatihan berikutnya di tingkat Nasional sangat berkesan sekali karena dilatih secara langsung oleh jurnalis senior dari Malaysia Bapak Jo Han Tan. Ilmu yang didapatkan dari pelatihan jika tidak diterapkan akan musnah dari otak saya. Oleh karena itu, selain mengamalkannya dengan menyampaikan ke orang lain, saya memberanikan diri untuk mulai menulis artikel.
Artikel itu dimuat dalam bulletin yang kami sepakati bernama “ Lantang “ (Lantunan Suara Batang). Buletin itu hingga kini sudah terbit empat kali dan tulisan karya saya sudah dimuat 2 kali. Untuk advokasi, kami berencana akan melakukan hearing ke DPRD bulan Januari ini.
Karena Pekka pula kini saya sering aktif di desa. Karena berani omong ceplas ceplos, saya terpilih menjadi anggota BPD di desa Wringin Gintung. Dan karena saya terpilih menjadi Ketua Serikat Pekka Jawa Tengah, saat Pileg bulan April 2014 saya dilamar untuk menjadi caleg beberapa partai, namun saya merasa belum siap. Saya yakin, jika lebih banyak perempuan kepala keluarga mengikuti Pekka, pasti akan banyak kemajuan bagi kaum perempuan.