Berdayakan Pekka lewat Radio Komunitas

Berdayakan Pekka lewat Radio Komunitas

“Selamat sore para pendengar setia radio Pekka FM yang kami cintai dimana saja anda berada. Selamat berjumpa kembali dengan saya Riri ditemani oleh Ira disini. Salam kami sampaikan untuk ibu-ibu pekka di kecamatan Gerung, Jonggat, Lingsar, dan Labuapi. Hallo….ibu-ibu pekka, bagaimana kabarnya? Selamat sore ibu-ibu pekka yang saat ini sedang pertemuan kelompok dan transaksi simpan pinjam, atau….kelompok Al Hawa yang sedang diskusi masalah hukum….” begitulah sapaan Riri membahana di udara dari radio Pekka FM saat memulai siaran. Radio Pekka FM adalah sebutan radio komunitas (rakom) Pekka yang berada di desa Batu Mulik, kecamatan Gerung. Rakom ini dikelola oleh ibu-ibu Pekka bekerjasama dengan masyarakat, anak-anak remaja putus sekolah dan anak-anak yang masih sekolah.

Siaran radio Pekka FM mengudara setiap hari antara jam 2 siang – 10 malam, bahkan kadang-kadang bila acara sedang asyik baru tutup tengah malam. Di sore hari biasanya dimanfaatkan kelompok pekka memberikan informasi berbagai tema seperti : hukum, kesehatan, pendidikan, kegiatan kelompok Pekka, HIV Aids, trafficking, pilkada, atau tips-tips praktis yang berguna bagi masyarakat. Di malam hari, setelah jam 9 biasa diisi dengan lawasan Sasak (lagu-lagu daerah Sasak), acara favorite para pendengar usia matang alias lanjut. Tidak heran bila acara radio Pekka FM selalu ditunggu-tunggu, mulai dari anak remaja sampai yang tua.

Kader Pekka seperti Kasirah, Suharni, Ekawati, Siti Aminah secara bergantian berperan sebagai penyiar dibantu oleh anak-anak remaja putus sekolah seperti Wiranti, Edo dan Yudi yang dulu pernah menerima dana beasiswa Pekka dan masih aktif di KPD hingga sekarang ini, Husein yang bekerja sebagai buruh, Nurul yang masih duduk di SMA. Mereka aktif membantu ibu-ibu pekka meramaikan acara rakom Pekka FM. Walau radio Pekka FM berusia relatif masih baru, namun telah mampu merebut hati para pendengarnya dan telah menjadi milik masyarakat Desa Batu Mulik dan sekitarnya. Kehadiran radio Pekka menambah suasana desa menjadi lebih ceria.

Bagi Riri – nama udara Ria, PL Pekka Gerung – yang sesekali diminta mengisi acara, Radio Pekka FM memberi arti tersendiri bagi dirinya. Dia suka tertawa sendiri bila ingat kejadian lucu saat dirinya memberikan informasi isu kesehatan tentang keputihan. Dia tahu persis, isu ini merupakan favorit ibu-ibu di NTB karena banyak yang mengalaminya, namun mereka tidak pernah mendapatkan informasi. Sore itu hari Kamis, Ria baru saja selesai membahas isu keputihan dan keluar ruang untuk mencari udara segar, tiba-tiba datang beberapa ibu-ibu berkata “Mbak Ria…mbak Ria…..saya sudah tahu obatnya keputihan sekarang….terima kasih ya”. Ria balik bertanya pada mereka….”Dimana ibu dengar itu?”. Mereka menjawab: “Dari radio Pekka FM, tadi sewaktu kami sedang di masjid”. Ria bingung: “Apa yang terjadi, apa hubungannya antara siaran radio dengan masjid?”. Dengan gembira ibu-ibu menjawab: “Iya….mbak Ria, kami tadi sedang gotong royong di masjid, karena jamnya bersamaan dengan jam siaran radio Pekka FM, maka suara radio kami sambungkan ke speaker yang ada di masjid, sehingga kami semua dapat mendengarkan sementara kami membersihkan masjid”. “Ya ampun….” teriak Ria dan wajahnya berubah memerah seperti udang rebus, karena malu. Dia membayangkan, begitu banyak orang di masjid, perempuan laki-laki, tua muda berkumpul mendengarkan suaranya yang dengan lantang keluar melalui speaker masjid membahas keputihan. Nasi sudah jadi bubur, tidak ada yang dapat dilakukannya untuk menghapus peristiwa memalukan itu. Rupanya ibu-ibu tahu perasaan Ria, dan mereka berkata: “Tidak usah malu mbak Ria, kami semua merasa senang dengan informasi itu, bapak-bapak juga pada ikut mendengarkan….”.

Kader dan PL merasa senang dengan kesempatan mereka mengelola rakom. Mereka dapat menyebarkan informasi, berbagi ilmu ataupun menghimbau masyarakat tentang satu isu penting yang sedang in di masyarakat. Misalnya saat membahas HIV Aids, terdengar pesan-pesan sebagai berikut : “Buat kamu…anak-anak remaja yang ceria dan happy, jagalah alat reproduksi kita ya….. jangan lupa kontrol diri, dan yang penting jangan malu untuk periksa diri ke dokter. Daripada nanti kalau sudah terkena….bisa bahaya dan menyesal tiada guna”. Atau pesannya untuk isu trafficking : “Hati-hati kalau ada tawaran menjadi TKW atau TKI….. selidiki dulu perusahaan yang menawarkan pekerjaan, cari informasi ke Disnaker, …jangan sampai kena tipu karena banyak orang yang sudah jadi korban”.

Radio Pekka FM selain sebagai sumber informasi juga merupakan hiburan murah bagi warga sekitar. Melalui radio ini, masyarakat saling berkirim kabar, salam dan lagu kepada teman atau kerabat. Bagi anak muda atau remaja, radio ini menjadi tempat mereka saling berkenalan dan berkirim salam. Sesuai dengan acaranya, maka yang membawakan biasanya anak-anak muda. Bajang Uget, Edo atau PBM (Putra Batu Mulik) adalah nama udara yang sering muncul di acara hiburan ini. Meski koleksi lagu terbatas, mereka tetap PD dan tanpa malu membawakan acara kiriman lagu. Akal mereka cukup panjang, bila lagu yang diminta pendengar tidak mereka miliki, dengan gaya mudanya berujar lantang “Yah….maaf para pendengar semuanya…ternyata lagu “Kutunggu Jandamu” yang dinyanyikan oleh Irwansyah belum ada di koleksi kami…..bagi para pendengar dimana saja berada yang memiliki CD atau kaset lagu tersebut, kami mau pinjam, sehingga dapat diputar di radio kesayangan kita ini”. Sudah biasa radio Pekka FM ini kekurangan lagu-lagu, terutama lagu hits seperti lagu Matahariku yang dinyanyikan Agnes Monika, belum ada dalam koleksi mereka. Beruntung masyarakat sangat mendukung, sehingga tidak akan lama datang anggota masyarakat yang membawa CD atau kaset dengan lagu yang mereka minta. Mereka yang datang bukan hanya dari desa setempat, tapi dari desa lain bahkan dari kecamatan tetangga. Pengelola radio Pekka FM tidak khawatir, meskipun hanya mengandalkan dana swadaya dan tenaga sukarela, mereka tetap optimis dan jalan terus…..

Dibalik keberhasilan radio Pekka FM, ternyata tidak terlepas upaya keras dari para pengelola dan penyiarnya. Misalnya, sebelum siaran dimulai Ria sebagai penanggung jawab, mengontrol kesiapan para pembawa acara, materi yang akan dibawakannya, dan memastikan hal tekhnis lainnya. Tidak jarang Ria memberikan pengarahan kilat sesaat sebelum “radio on air”. Dirinya juga dengan tekun membesarkan para penyiar agar tetap PD membawakan acara. Karena mereka memiliki pendidikan dan pengetahuan terbatas, sehingga kadangkala tidak PD untuk membawakan suatu materi melalui radio. Ria meyakinkan mereka bahwa radio Pekka FM adalah radio komunitas, tidak sama dengan radio komersiil. Di rakom, informasi yang disampaikan adalah informasi yang sederhana, menggunakan bahasa yang sederhana, karena harus mengukur kemampuan pendengar yang hanya dapat menyerap informasi yang disampaikan dalam bahasa sederhana. Ria harus berkata seperti itu, walau dalam hatinya dia masih bertanya-tanya tidak yakin, apakah yang dia lakukan untuk memfasilitasi radio ini sudah betul, apakah metode mereka menyampaikan informasi sudah benar ataukah cara menyapa pendengar sudah pas? Dia berharap, agar dalam waktu dekat pelatihan pengelolaan radio komunitas akan dia dapatkan, sehingga dapat memfasilitasi ibu-ibu Pekka mengelola rakom ini dengan lebih baik lagi. Semoga…….

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *