Dengan adanya program memanfaatkan hutan untuk tanaman palawija seperti jagung (3 bulan panen), harapannya masyarakat mempunyai penghasilan per 3-4 bulan dengan memberikan bantuan modal pinjaman KUR, pinjaman kelompok tani.
Sejak itu masyarakat ramai membabat hutan Saneo yang banyak ditanami kayu jati, kemiri, sehingga dulu hutan Saneo adalah penghasil madu.
Kini hutan Saneo ditanami jagung oleh masyarakat dengan modal pinjaman bank. Hutan Saneo kini panas kering, sumber air sudah tidak ada, sungai banyak yang kering, perlahan jagung hanya cukup ditanami satu kali masa tanam per tahun. Babi hutan musuh utama perani. Masyarakat petani membuat rumah panggung dengan kaki yang tinggi 2-4 meter tingginya, untuk tempat bermalam menjaga tanaman jagung saat berbunga dan berbuah, karena masa berbuah, banyak babi hutan yang datang untuk memakan tanaman jagung.
Nyaris perempuan tidak berani menjaga tanamannya dari serangan babi hutan, Hutan saneo bukan lagi sahabat perempuan. Dua tahun lalu ada petani laki-laki yang akhirnya meninggal karena serangan babi hutan. Petani perempuan rugi total saat serangan babi hutan. Rumah petani yang seadanya terbuat dari sebagian batu bata dan sebagian kayu (rumah panggung semi) menjadi jaminan pinjaman di Bank, pada akhirnya tersita oleh pihak Bank.
Dan hampir tidak ada lagi penghasilan lain, karena lahan tidak berpenghasilan kecuali tanaman jagung. Padi hanya ditanam pada musim hujan dan hanya 1 kali tanam, lahan tadah hujan. Sungai kering, pengguna dan pengedar narkoba banyak. Perempuan menjadi pengedar narkoba. Terbukti di lapas rumah tahanan Polsek Dompu, ada 17 perempuan karena menjadi pengedar narkoba dan 15 di antaranya adalah Pekka.
Pada 23 Oktober 2020 hari yang sangat berarti bagiku. Aku membagikan sendiri undangan rapat sekaligus Sosialisasi Pariwisata Sorinae Saneo. Ada banyak pihak yang terlibat dalam musyawarah sekaligus rapat ini di antaranya : KPPH, KPL (Komunitas Peduli Lingkungan), anggota dewan Kabupaten Dompu dari Partai Gerindra, aliansi masyarakat adat Kabupaten Dompu, Babinsa, Babinkantibmas, Kepala Desa Saneo, Ketua BPD, Pokdakwis Desa Saneo (Kelompok Sadar wisata), Ketua PKK desa, LPM, HMPDS (Himpunan mahasiswa dan Pemuda Desa Saneo), petani pembuka hutan, dan para unsur lainnya menghasilkan satu kesepakatan bersama bahwa hutan harus dilindungi dan tidak boleh ditebang lagi. Untuk hutan yang telah ditebang akan diupayakan untuk menanam kembali dengan tanaman usia panjang agar tetap lestari dan kebutuhan masyarakat akan hutan dan isinya bisa difungsikan lagi.
Air mata bahagia sempat menetes di mataku pada saat ikrar bersama untuk menjaga dan melestarikan hutan di sekitar Pariwisata Saneo karena Desa Saneo adalah desa hulu dengan dijaganya hutan, ekonomi perempuan akan bisa teratasi karena di hutanlah sehari-harinya para perempuan desa mengantungkan hidupnya.
Di hutan itu ada kemiri, kelapa, sayur- sayuran, rempah-rempah, umbi-umbian, sagu, dan ratusan jenis pohon lainnya yang bisa dimanfaatkan oleh perempuan bagi keberlangsungan pangan dan ekonomi keluarga termasuk ikan sungai yang bisa dijadikan lauk dan dijual.
Saya hadir sebagai wakil Pekka dan diberikan kehormatan untuk menjadi moderator rapat. Semua bisa terjadi karena Pekka. Pekka makin di depan dan makin berjaya.
Kontributor: Marlia, kader Pekka Dompu, NTB