Entahlah apa yang terpikirkan oleh tanahku hingga bunga yang kutanam tak kunjung jua mekar walaupun kusiaram dan kuberi pupuk tatap saja berkuncup.
Inilah ibaratku dengan penguasaku,, sering aku datang sebagai tamu tak di undang dan beberapa kali datang sebagai tamu yang diundang dalam musyawarah yang atas nama Musdes dan Musrenbangdes khusus perempuan dengan harapan apa yang akan kusampaikan bisa terdengarkan, aku hanya ingin membantu melepaskan para perempuan pengerajin keranjang ini dari jeratan hutang yang berbunga, mereka adalah segelintir perempuan yang butuh perhatian dari pemerintah, kisah inilah yang selalu kubawa di setiap pertemuan di balai desa tapi belum juga terjawabkan..
Ada setitik harapan buatku, dengan datangnya Meli dan Emi dari kompak Jakarta ke Desaku pada hari Senin tanggal 14 Oktober 2019 untuk bertemu dan mewancarai Kepala Desa Lando H.zainal hamdi s.pdi, aku dan Sarfini alumni akademi Paradigta dan juga anggota KPM (kader Pembangunan Manusia) ikut mendapingi masuk keruangan kepala desa, di ruangan kami berenam dengan sekdes Safari Azhari.
Di sini Kepala Desa diwawancarai, seperti apa keterlibatan perempuan didesa apakah perempuan dilibatkan dalam menyusun rencana Desa dan berapa persen perempuan aktif terlibat dalam setiap program didesa semuanya dijawab dengan baik dan teliti oleh kepala Desa. sampailah pada titik pertanyaan apakah semua usulan perempuan itu diterima kata Meli,, sejenak kami terdiam sampai sekdes menjawab “Delapan puluh persen usulan perempuan kami terima dipertegas lagi oleh Emi apakah diterima saja tapi tidak direlisasi dengan tegas, sekdes menjawab akan terealisasi tapi di tahun 2020 dan kami tidak sekedar janji nanti bisa dibuktikan karena dalam penyusunan kami libatkan anggota KPM katanya. Terima kasih kompak kedatanganmu telah membawa angin segar buat kami.
Kontributor : Rokyal, kader Pekka Lombok Timur, NTB