\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n
\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Selama  pandemi Covid\n-19 ini ada mendapatkan bantuan sosial sosial baik itu sembako,uang BST\n(Bantuan Sosial Tunai) sebanyak 600.000 yang diterima,<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Sejak Covid -19 ini bapak Zulkifli kadang bekerja dan kadang\nTidak,serta membuat penghasilan berkurang \nsejak bulan Maret 2020,<\/p>\n\n\n\n

Selama  pandemi Covid\n-19 ini ada mendapatkan bantuan sosial sosial baik itu sembako,uang BST\n(Bantuan Sosial Tunai) sebanyak 600.000 yang diterima,<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Dari pagi jam 8.00 wib dimulai wawancara dari rumah ibu Dasmawati, 45 tahun, ia juga anggota kelompok Pekka Sumber jaya Desa Cacang, ia hanya menjadi nara sumber waktu diwawancara,yang kepala keluarganya Zulkifli berumur 53 tahun ,bekerja sebagai buruh bangunan ,mempunyai KTP dan penduduk dalam Desa .Dan mempunyai\u00a0 tanggungan keluarga 5 orang yang tinggal dalam satu rumah <\/p>\n\n\n\n

Sejak Covid -19 ini bapak Zulkifli kadang bekerja dan kadang\nTidak,serta membuat penghasilan berkurang \nsejak bulan Maret 2020,<\/p>\n\n\n\n

Selama  pandemi Covid\n-19 ini ada mendapatkan bantuan sosial sosial baik itu sembako,uang BST\n(Bantuan Sosial Tunai) sebanyak 600.000 yang diterima,<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Pemantauan ini sebanyak 49 KK,Dusun Barat 1 ,Desa Cacang ,kecamatan Labuhanhaji Kabupaten Aceh Selatan.<\/p>\n\n\n\n

Dari pagi jam 8.00 wib dimulai wawancara dari rumah ibu Dasmawati, 45 tahun, ia juga anggota kelompok Pekka Sumber jaya Desa Cacang, ia hanya menjadi nara sumber waktu diwawancara,yang kepala keluarganya Zulkifli berumur 53 tahun ,bekerja sebagai buruh bangunan ,mempunyai KTP dan penduduk dalam Desa .Dan mempunyai\u00a0 tanggungan keluarga 5 orang yang tinggal dalam satu rumah <\/p>\n\n\n\n

Sejak Covid -19 ini bapak Zulkifli kadang bekerja dan kadang\nTidak,serta membuat penghasilan berkurang \nsejak bulan Maret 2020,<\/p>\n\n\n\n

Selama  pandemi Covid\n-19 ini ada mendapatkan bantuan sosial sosial baik itu sembako,uang BST\n(Bantuan Sosial Tunai) sebanyak 600.000 yang diterima,<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Pada tanggal 21 Mei 2020 saya melakukan tugas sebagai\npendata pemantauan Bantuan  Covid -19\nkerjasama Serikat Pekka dan Yayasan PEKKA.<\/p>\n\n\n\n

Pemantauan ini sebanyak 49 KK,Dusun Barat 1 ,Desa Cacang ,kecamatan Labuhanhaji Kabupaten Aceh Selatan.<\/p>\n\n\n\n

Dari pagi jam 8.00 wib dimulai wawancara dari rumah ibu Dasmawati, 45 tahun, ia juga anggota kelompok Pekka Sumber jaya Desa Cacang, ia hanya menjadi nara sumber waktu diwawancara,yang kepala keluarganya Zulkifli berumur 53 tahun ,bekerja sebagai buruh bangunan ,mempunyai KTP dan penduduk dalam Desa .Dan mempunyai\u00a0 tanggungan keluarga 5 orang yang tinggal dalam satu rumah <\/p>\n\n\n\n

Sejak Covid -19 ini bapak Zulkifli kadang bekerja dan kadang\nTidak,serta membuat penghasilan berkurang \nsejak bulan Maret 2020,<\/p>\n\n\n\n

Selama  pandemi Covid\n-19 ini ada mendapatkan bantuan sosial sosial baik itu sembako,uang BST\n(Bantuan Sosial Tunai) sebanyak 600.000 yang diterima,<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Ernawati<\/strong><\/p>\n","post_title":"Mewawancara Narasumber","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mewawancara-narasumber","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:36:05","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:36:05","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=277","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":273,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:26:54","post_date_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content":"\n

Pada tanggal 21 Mei 2020 saya melakukan tugas sebagai\npendata pemantauan Bantuan  Covid -19\nkerjasama Serikat Pekka dan Yayasan PEKKA.<\/p>\n\n\n\n

Pemantauan ini sebanyak 49 KK,Dusun Barat 1 ,Desa Cacang ,kecamatan Labuhanhaji Kabupaten Aceh Selatan.<\/p>\n\n\n\n

Dari pagi jam 8.00 wib dimulai wawancara dari rumah ibu Dasmawati, 45 tahun, ia juga anggota kelompok Pekka Sumber jaya Desa Cacang, ia hanya menjadi nara sumber waktu diwawancara,yang kepala keluarganya Zulkifli berumur 53 tahun ,bekerja sebagai buruh bangunan ,mempunyai KTP dan penduduk dalam Desa .Dan mempunyai\u00a0 tanggungan keluarga 5 orang yang tinggal dalam satu rumah <\/p>\n\n\n\n

Sejak Covid -19 ini bapak Zulkifli kadang bekerja dan kadang\nTidak,serta membuat penghasilan berkurang \nsejak bulan Maret 2020,<\/p>\n\n\n\n

Selama  pandemi Covid\n-19 ini ada mendapatkan bantuan sosial sosial baik itu sembako,uang BST\n(Bantuan Sosial Tunai) sebanyak 600.000 yang diterima,<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Pada tanggal 03 Juli 2020 setelah musyawarah di kantor Keuchik ia melihat nama suaminya ada dikertas yang ditempel di kios-kios kecil peserta penerima BLT DD ,ia sangat senang sekali.<\/p>\n\n\n\n

Ernawati<\/strong><\/p>\n","post_title":"Mewawancara Narasumber","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mewawancara-narasumber","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:36:05","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:36:05","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=277","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":273,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:26:54","post_date_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content":"\n

Pada tanggal 21 Mei 2020 saya melakukan tugas sebagai\npendata pemantauan Bantuan  Covid -19\nkerjasama Serikat Pekka dan Yayasan PEKKA.<\/p>\n\n\n\n

Pemantauan ini sebanyak 49 KK,Dusun Barat 1 ,Desa Cacang ,kecamatan Labuhanhaji Kabupaten Aceh Selatan.<\/p>\n\n\n\n

Dari pagi jam 8.00 wib dimulai wawancara dari rumah ibu Dasmawati, 45 tahun, ia juga anggota kelompok Pekka Sumber jaya Desa Cacang, ia hanya menjadi nara sumber waktu diwawancara,yang kepala keluarganya Zulkifli berumur 53 tahun ,bekerja sebagai buruh bangunan ,mempunyai KTP dan penduduk dalam Desa .Dan mempunyai\u00a0 tanggungan keluarga 5 orang yang tinggal dalam satu rumah <\/p>\n\n\n\n

Sejak Covid -19 ini bapak Zulkifli kadang bekerja dan kadang\nTidak,serta membuat penghasilan berkurang \nsejak bulan Maret 2020,<\/p>\n\n\n\n

Selama  pandemi Covid\n-19 ini ada mendapatkan bantuan sosial sosial baik itu sembako,uang BST\n(Bantuan Sosial Tunai) sebanyak 600.000 yang diterima,<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Kemudian esok harinya terdengar lagi mengenai BST (Bantuan Sosial Tunai) yang akan disalurkan di kantor Pos Labuhanhaji, ia pun menjadi bingung namanya atau nama suaminya juga tidak ada dalam daftar penerima BST tersebut.ia sangat kecewa karena ke 2 bantuan ia tidak dapat,padahal orang yang lebih mampu dari ibu Rahma dapat bantuan Sembako dan BST dalam 1 KK malahan 2 KK dapat semuanya.sedangakan ia hanya subsidi Listrik saja,selain itu tidak dapat bantuan apa-apa.ia sangat sedih kenapa orang dapat sedangkan ia tidak dapat.<\/p>\n\n\n\n

Pada tanggal 03 Juli 2020 setelah musyawarah di kantor Keuchik ia melihat nama suaminya ada dikertas yang ditempel di kios-kios kecil peserta penerima BLT DD ,ia sangat senang sekali.<\/p>\n\n\n\n

Ernawati<\/strong><\/p>\n","post_title":"Mewawancara Narasumber","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mewawancara-narasumber","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:36:05","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:36:05","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=277","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":273,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:26:54","post_date_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content":"\n

Pada tanggal 21 Mei 2020 saya melakukan tugas sebagai\npendata pemantauan Bantuan  Covid -19\nkerjasama Serikat Pekka dan Yayasan PEKKA.<\/p>\n\n\n\n

Pemantauan ini sebanyak 49 KK,Dusun Barat 1 ,Desa Cacang ,kecamatan Labuhanhaji Kabupaten Aceh Selatan.<\/p>\n\n\n\n

Dari pagi jam 8.00 wib dimulai wawancara dari rumah ibu Dasmawati, 45 tahun, ia juga anggota kelompok Pekka Sumber jaya Desa Cacang, ia hanya menjadi nara sumber waktu diwawancara,yang kepala keluarganya Zulkifli berumur 53 tahun ,bekerja sebagai buruh bangunan ,mempunyai KTP dan penduduk dalam Desa .Dan mempunyai\u00a0 tanggungan keluarga 5 orang yang tinggal dalam satu rumah <\/p>\n\n\n\n

Sejak Covid -19 ini bapak Zulkifli kadang bekerja dan kadang\nTidak,serta membuat penghasilan berkurang \nsejak bulan Maret 2020,<\/p>\n\n\n\n

Selama  pandemi Covid\n-19 ini ada mendapatkan bantuan sosial sosial baik itu sembako,uang BST\n(Bantuan Sosial Tunai) sebanyak 600.000 yang diterima,<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Pada waktu pembagian sembako tanggal 19 kemaren ia melihat dan mendengar saja kenapa dia tidak dapat,sedangkan orang yang lebih mampu dari dia dan serba berkecukupan dapat, diwaktu pagi itu juga ia sudah sibuk menyuruh suaminya untuk bertanya mengenai bantuan ini,ia pun sibuk bertanya kesana kemari nama suaminya apakah ada dalam daftar nama\u00a0 penerima Bansos tersebut.Pada waktu siang ibu Rahma bertanya pada Sekdes mengenai bantuan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian esok harinya terdengar lagi mengenai BST (Bantuan Sosial Tunai) yang akan disalurkan di kantor Pos Labuhanhaji, ia pun menjadi bingung namanya atau nama suaminya juga tidak ada dalam daftar penerima BST tersebut.ia sangat kecewa karena ke 2 bantuan ia tidak dapat,padahal orang yang lebih mampu dari ibu Rahma dapat bantuan Sembako dan BST dalam 1 KK malahan 2 KK dapat semuanya.sedangakan ia hanya subsidi Listrik saja,selain itu tidak dapat bantuan apa-apa.ia sangat sedih kenapa orang dapat sedangkan ia tidak dapat.<\/p>\n\n\n\n

Pada tanggal 03 Juli 2020 setelah musyawarah di kantor Keuchik ia melihat nama suaminya ada dikertas yang ditempel di kios-kios kecil peserta penerima BLT DD ,ia sangat senang sekali.<\/p>\n\n\n\n

Ernawati<\/strong><\/p>\n","post_title":"Mewawancara Narasumber","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mewawancara-narasumber","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:36:05","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:36:05","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=277","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":273,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:26:54","post_date_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content":"\n

Pada tanggal 21 Mei 2020 saya melakukan tugas sebagai\npendata pemantauan Bantuan  Covid -19\nkerjasama Serikat Pekka dan Yayasan PEKKA.<\/p>\n\n\n\n

Pemantauan ini sebanyak 49 KK,Dusun Barat 1 ,Desa Cacang ,kecamatan Labuhanhaji Kabupaten Aceh Selatan.<\/p>\n\n\n\n

Dari pagi jam 8.00 wib dimulai wawancara dari rumah ibu Dasmawati, 45 tahun, ia juga anggota kelompok Pekka Sumber jaya Desa Cacang, ia hanya menjadi nara sumber waktu diwawancara,yang kepala keluarganya Zulkifli berumur 53 tahun ,bekerja sebagai buruh bangunan ,mempunyai KTP dan penduduk dalam Desa .Dan mempunyai\u00a0 tanggungan keluarga 5 orang yang tinggal dalam satu rumah <\/p>\n\n\n\n

Sejak Covid -19 ini bapak Zulkifli kadang bekerja dan kadang\nTidak,serta membuat penghasilan berkurang \nsejak bulan Maret 2020,<\/p>\n\n\n\n

Selama  pandemi Covid\n-19 ini ada mendapatkan bantuan sosial sosial baik itu sembako,uang BST\n(Bantuan Sosial Tunai) sebanyak 600.000 yang diterima,<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Pada mulanya ibu Rahma sangat senang dengan kedatangan saya ia berharap mendapat bantuan ,setelah semua didengar penjelasannya baru ia mengerti dan bercerita sedikit mengenai bantuan Covid 19 yang ada diDesa ini.Selama pandemi Covid 19 keluarganya hanya dapat bantuan sosial dari subsidi Listrik.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pembagian sembako tanggal 19 kemaren ia melihat dan mendengar saja kenapa dia tidak dapat,sedangkan orang yang lebih mampu dari dia dan serba berkecukupan dapat, diwaktu pagi itu juga ia sudah sibuk menyuruh suaminya untuk bertanya mengenai bantuan ini,ia pun sibuk bertanya kesana kemari nama suaminya apakah ada dalam daftar nama\u00a0 penerima Bansos tersebut.Pada waktu siang ibu Rahma bertanya pada Sekdes mengenai bantuan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian esok harinya terdengar lagi mengenai BST (Bantuan Sosial Tunai) yang akan disalurkan di kantor Pos Labuhanhaji, ia pun menjadi bingung namanya atau nama suaminya juga tidak ada dalam daftar penerima BST tersebut.ia sangat kecewa karena ke 2 bantuan ia tidak dapat,padahal orang yang lebih mampu dari ibu Rahma dapat bantuan Sembako dan BST dalam 1 KK malahan 2 KK dapat semuanya.sedangakan ia hanya subsidi Listrik saja,selain itu tidak dapat bantuan apa-apa.ia sangat sedih kenapa orang dapat sedangkan ia tidak dapat.<\/p>\n\n\n\n

Pada tanggal 03 Juli 2020 setelah musyawarah di kantor Keuchik ia melihat nama suaminya ada dikertas yang ditempel di kios-kios kecil peserta penerima BLT DD ,ia sangat senang sekali.<\/p>\n\n\n\n

Ernawati<\/strong><\/p>\n","post_title":"Mewawancara Narasumber","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mewawancara-narasumber","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:36:05","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:36:05","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=277","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":273,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:26:54","post_date_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content":"\n

Pada tanggal 21 Mei 2020 saya melakukan tugas sebagai\npendata pemantauan Bantuan  Covid -19\nkerjasama Serikat Pekka dan Yayasan PEKKA.<\/p>\n\n\n\n

Pemantauan ini sebanyak 49 KK,Dusun Barat 1 ,Desa Cacang ,kecamatan Labuhanhaji Kabupaten Aceh Selatan.<\/p>\n\n\n\n

Dari pagi jam 8.00 wib dimulai wawancara dari rumah ibu Dasmawati, 45 tahun, ia juga anggota kelompok Pekka Sumber jaya Desa Cacang, ia hanya menjadi nara sumber waktu diwawancara,yang kepala keluarganya Zulkifli berumur 53 tahun ,bekerja sebagai buruh bangunan ,mempunyai KTP dan penduduk dalam Desa .Dan mempunyai\u00a0 tanggungan keluarga 5 orang yang tinggal dalam satu rumah <\/p>\n\n\n\n

Sejak Covid -19 ini bapak Zulkifli kadang bekerja dan kadang\nTidak,serta membuat penghasilan berkurang \nsejak bulan Maret 2020,<\/p>\n\n\n\n

Selama  pandemi Covid\n-19 ini ada mendapatkan bantuan sosial sosial baik itu sembako,uang BST\n(Bantuan Sosial Tunai) sebanyak 600.000 yang diterima,<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Setelah persetujuannya dimulai dari narasumber ibu Rahma sendiri dengan kepala keluarga Khairul Fajri yang berumur 30 tahun,mempunyai KTP,ia tamatan SMA,pekerjaan sehari-harinya buruh bangunan dengan tanggungan 3 orang ,istri dan 2 orang anaknya,1 berumur 6 tahun ,satu lagi 3 tahun.<\/p>\n\n\n\n

Pada mulanya ibu Rahma sangat senang dengan kedatangan saya ia berharap mendapat bantuan ,setelah semua didengar penjelasannya baru ia mengerti dan bercerita sedikit mengenai bantuan Covid 19 yang ada diDesa ini.Selama pandemi Covid 19 keluarganya hanya dapat bantuan sosial dari subsidi Listrik.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pembagian sembako tanggal 19 kemaren ia melihat dan mendengar saja kenapa dia tidak dapat,sedangkan orang yang lebih mampu dari dia dan serba berkecukupan dapat, diwaktu pagi itu juga ia sudah sibuk menyuruh suaminya untuk bertanya mengenai bantuan ini,ia pun sibuk bertanya kesana kemari nama suaminya apakah ada dalam daftar nama\u00a0 penerima Bansos tersebut.Pada waktu siang ibu Rahma bertanya pada Sekdes mengenai bantuan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian esok harinya terdengar lagi mengenai BST (Bantuan Sosial Tunai) yang akan disalurkan di kantor Pos Labuhanhaji, ia pun menjadi bingung namanya atau nama suaminya juga tidak ada dalam daftar penerima BST tersebut.ia sangat kecewa karena ke 2 bantuan ia tidak dapat,padahal orang yang lebih mampu dari ibu Rahma dapat bantuan Sembako dan BST dalam 1 KK malahan 2 KK dapat semuanya.sedangakan ia hanya subsidi Listrik saja,selain itu tidak dapat bantuan apa-apa.ia sangat sedih kenapa orang dapat sedangkan ia tidak dapat.<\/p>\n\n\n\n

Pada tanggal 03 Juli 2020 setelah musyawarah di kantor Keuchik ia melihat nama suaminya ada dikertas yang ditempel di kios-kios kecil peserta penerima BLT DD ,ia sangat senang sekali.<\/p>\n\n\n\n

Ernawati<\/strong><\/p>\n","post_title":"Mewawancara Narasumber","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mewawancara-narasumber","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:36:05","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:36:05","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=277","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":273,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:26:54","post_date_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content":"\n

Pada tanggal 21 Mei 2020 saya melakukan tugas sebagai\npendata pemantauan Bantuan  Covid -19\nkerjasama Serikat Pekka dan Yayasan PEKKA.<\/p>\n\n\n\n

Pemantauan ini sebanyak 49 KK,Dusun Barat 1 ,Desa Cacang ,kecamatan Labuhanhaji Kabupaten Aceh Selatan.<\/p>\n\n\n\n

Dari pagi jam 8.00 wib dimulai wawancara dari rumah ibu Dasmawati, 45 tahun, ia juga anggota kelompok Pekka Sumber jaya Desa Cacang, ia hanya menjadi nara sumber waktu diwawancara,yang kepala keluarganya Zulkifli berumur 53 tahun ,bekerja sebagai buruh bangunan ,mempunyai KTP dan penduduk dalam Desa .Dan mempunyai\u00a0 tanggungan keluarga 5 orang yang tinggal dalam satu rumah <\/p>\n\n\n\n

Sejak Covid -19 ini bapak Zulkifli kadang bekerja dan kadang\nTidak,serta membuat penghasilan berkurang \nsejak bulan Maret 2020,<\/p>\n\n\n\n

Selama  pandemi Covid\n-19 ini ada mendapatkan bantuan sosial sosial baik itu sembako,uang BST\n(Bantuan Sosial Tunai) sebanyak 600.000 yang diterima,<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Ketika sampai pada rumah yang ke 5 saya menjumpai ibu Rahmawati yang berumur 25 tahun yang tinggal di Dusun Barat 1,Desa Cacang Kecamatan Labuhanhaji,Kabupaten Aceh Selatan. Saya menjelaskan terlebih dahulu kedatangan kerumahnya pada sore itu,saya dari Pekka akan mewawancara ibu untuk pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Covid -19, yang sedang melanda didaerah kita ini,dan saya pun bertanya apakah ibu mau untuk diwawancara menjadi narasumber dan menjawab beberapa pertanyaan yang akan dibacakan nantik,lalu ibu Rahma menjawab setuju.<\/p>\n\n\n\n

Setelah persetujuannya dimulai dari narasumber ibu Rahma sendiri dengan kepala keluarga Khairul Fajri yang berumur 30 tahun,mempunyai KTP,ia tamatan SMA,pekerjaan sehari-harinya buruh bangunan dengan tanggungan 3 orang ,istri dan 2 orang anaknya,1 berumur 6 tahun ,satu lagi 3 tahun.<\/p>\n\n\n\n

Pada mulanya ibu Rahma sangat senang dengan kedatangan saya ia berharap mendapat bantuan ,setelah semua didengar penjelasannya baru ia mengerti dan bercerita sedikit mengenai bantuan Covid 19 yang ada diDesa ini.Selama pandemi Covid 19 keluarganya hanya dapat bantuan sosial dari subsidi Listrik.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pembagian sembako tanggal 19 kemaren ia melihat dan mendengar saja kenapa dia tidak dapat,sedangkan orang yang lebih mampu dari dia dan serba berkecukupan dapat, diwaktu pagi itu juga ia sudah sibuk menyuruh suaminya untuk bertanya mengenai bantuan ini,ia pun sibuk bertanya kesana kemari nama suaminya apakah ada dalam daftar nama\u00a0 penerima Bansos tersebut.Pada waktu siang ibu Rahma bertanya pada Sekdes mengenai bantuan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian esok harinya terdengar lagi mengenai BST (Bantuan Sosial Tunai) yang akan disalurkan di kantor Pos Labuhanhaji, ia pun menjadi bingung namanya atau nama suaminya juga tidak ada dalam daftar penerima BST tersebut.ia sangat kecewa karena ke 2 bantuan ia tidak dapat,padahal orang yang lebih mampu dari ibu Rahma dapat bantuan Sembako dan BST dalam 1 KK malahan 2 KK dapat semuanya.sedangakan ia hanya subsidi Listrik saja,selain itu tidak dapat bantuan apa-apa.ia sangat sedih kenapa orang dapat sedangkan ia tidak dapat.<\/p>\n\n\n\n

Pada tanggal 03 Juli 2020 setelah musyawarah di kantor Keuchik ia melihat nama suaminya ada dikertas yang ditempel di kios-kios kecil peserta penerima BLT DD ,ia sangat senang sekali.<\/p>\n\n\n\n

Ernawati<\/strong><\/p>\n","post_title":"Mewawancara Narasumber","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mewawancara-narasumber","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:36:05","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:36:05","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=277","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":273,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:26:54","post_date_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content":"\n

Pada tanggal 21 Mei 2020 saya melakukan tugas sebagai\npendata pemantauan Bantuan  Covid -19\nkerjasama Serikat Pekka dan Yayasan PEKKA.<\/p>\n\n\n\n

Pemantauan ini sebanyak 49 KK,Dusun Barat 1 ,Desa Cacang ,kecamatan Labuhanhaji Kabupaten Aceh Selatan.<\/p>\n\n\n\n

Dari pagi jam 8.00 wib dimulai wawancara dari rumah ibu Dasmawati, 45 tahun, ia juga anggota kelompok Pekka Sumber jaya Desa Cacang, ia hanya menjadi nara sumber waktu diwawancara,yang kepala keluarganya Zulkifli berumur 53 tahun ,bekerja sebagai buruh bangunan ,mempunyai KTP dan penduduk dalam Desa .Dan mempunyai\u00a0 tanggungan keluarga 5 orang yang tinggal dalam satu rumah <\/p>\n\n\n\n

Sejak Covid -19 ini bapak Zulkifli kadang bekerja dan kadang\nTidak,serta membuat penghasilan berkurang \nsejak bulan Maret 2020,<\/p>\n\n\n\n

Selama  pandemi Covid\n-19 ini ada mendapatkan bantuan sosial sosial baik itu sembako,uang BST\n(Bantuan Sosial Tunai) sebanyak 600.000 yang diterima,<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Pada hari kedua melakukan pendataan Bansos pada tanggal 22\nMei 2020,saya mengunjungi rumah-rumah calon yang akan menjadi narasumber,sudah\nbeberapa rumah saya mengetuk pintu tetapi tidak ada orang entah karena waktu\nsore orang pada sibuk memasak untuk persiapan buka puasa.<\/p>\n\n\n\n

Ketika sampai pada rumah yang ke 5 saya menjumpai ibu Rahmawati yang berumur 25 tahun yang tinggal di Dusun Barat 1,Desa Cacang Kecamatan Labuhanhaji,Kabupaten Aceh Selatan. Saya menjelaskan terlebih dahulu kedatangan kerumahnya pada sore itu,saya dari Pekka akan mewawancara ibu untuk pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Covid -19, yang sedang melanda didaerah kita ini,dan saya pun bertanya apakah ibu mau untuk diwawancara menjadi narasumber dan menjawab beberapa pertanyaan yang akan dibacakan nantik,lalu ibu Rahma menjawab setuju.<\/p>\n\n\n\n

Setelah persetujuannya dimulai dari narasumber ibu Rahma sendiri dengan kepala keluarga Khairul Fajri yang berumur 30 tahun,mempunyai KTP,ia tamatan SMA,pekerjaan sehari-harinya buruh bangunan dengan tanggungan 3 orang ,istri dan 2 orang anaknya,1 berumur 6 tahun ,satu lagi 3 tahun.<\/p>\n\n\n\n

Pada mulanya ibu Rahma sangat senang dengan kedatangan saya ia berharap mendapat bantuan ,setelah semua didengar penjelasannya baru ia mengerti dan bercerita sedikit mengenai bantuan Covid 19 yang ada diDesa ini.Selama pandemi Covid 19 keluarganya hanya dapat bantuan sosial dari subsidi Listrik.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pembagian sembako tanggal 19 kemaren ia melihat dan mendengar saja kenapa dia tidak dapat,sedangkan orang yang lebih mampu dari dia dan serba berkecukupan dapat, diwaktu pagi itu juga ia sudah sibuk menyuruh suaminya untuk bertanya mengenai bantuan ini,ia pun sibuk bertanya kesana kemari nama suaminya apakah ada dalam daftar nama\u00a0 penerima Bansos tersebut.Pada waktu siang ibu Rahma bertanya pada Sekdes mengenai bantuan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian esok harinya terdengar lagi mengenai BST (Bantuan Sosial Tunai) yang akan disalurkan di kantor Pos Labuhanhaji, ia pun menjadi bingung namanya atau nama suaminya juga tidak ada dalam daftar penerima BST tersebut.ia sangat kecewa karena ke 2 bantuan ia tidak dapat,padahal orang yang lebih mampu dari ibu Rahma dapat bantuan Sembako dan BST dalam 1 KK malahan 2 KK dapat semuanya.sedangakan ia hanya subsidi Listrik saja,selain itu tidak dapat bantuan apa-apa.ia sangat sedih kenapa orang dapat sedangkan ia tidak dapat.<\/p>\n\n\n\n

Pada tanggal 03 Juli 2020 setelah musyawarah di kantor Keuchik ia melihat nama suaminya ada dikertas yang ditempel di kios-kios kecil peserta penerima BLT DD ,ia sangat senang sekali.<\/p>\n\n\n\n

Ernawati<\/strong><\/p>\n","post_title":"Mewawancara Narasumber","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mewawancara-narasumber","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:36:05","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:36:05","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=277","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":273,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:26:54","post_date_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content":"\n

Pada tanggal 21 Mei 2020 saya melakukan tugas sebagai\npendata pemantauan Bantuan  Covid -19\nkerjasama Serikat Pekka dan Yayasan PEKKA.<\/p>\n\n\n\n

Pemantauan ini sebanyak 49 KK,Dusun Barat 1 ,Desa Cacang ,kecamatan Labuhanhaji Kabupaten Aceh Selatan.<\/p>\n\n\n\n

Dari pagi jam 8.00 wib dimulai wawancara dari rumah ibu Dasmawati, 45 tahun, ia juga anggota kelompok Pekka Sumber jaya Desa Cacang, ia hanya menjadi nara sumber waktu diwawancara,yang kepala keluarganya Zulkifli berumur 53 tahun ,bekerja sebagai buruh bangunan ,mempunyai KTP dan penduduk dalam Desa .Dan mempunyai\u00a0 tanggungan keluarga 5 orang yang tinggal dalam satu rumah <\/p>\n\n\n\n

Sejak Covid -19 ini bapak Zulkifli kadang bekerja dan kadang\nTidak,serta membuat penghasilan berkurang \nsejak bulan Maret 2020,<\/p>\n\n\n\n

Selama  pandemi Covid\n-19 ini ada mendapatkan bantuan sosial sosial baik itu sembako,uang BST\n(Bantuan Sosial Tunai) sebanyak 600.000 yang diterima,<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

Sejak adanya pandemi \nini,kader Pekka Ernawati dipilih oleh PEKKA untuk ditugaskan sebagai\npendata Pemantauan Bantuan Sosial Covid-19 diDesanya sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari kedua melakukan pendataan Bansos pada tanggal 22\nMei 2020,saya mengunjungi rumah-rumah calon yang akan menjadi narasumber,sudah\nbeberapa rumah saya mengetuk pintu tetapi tidak ada orang entah karena waktu\nsore orang pada sibuk memasak untuk persiapan buka puasa.<\/p>\n\n\n\n

Ketika sampai pada rumah yang ke 5 saya menjumpai ibu Rahmawati yang berumur 25 tahun yang tinggal di Dusun Barat 1,Desa Cacang Kecamatan Labuhanhaji,Kabupaten Aceh Selatan. Saya menjelaskan terlebih dahulu kedatangan kerumahnya pada sore itu,saya dari Pekka akan mewawancara ibu untuk pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Covid -19, yang sedang melanda didaerah kita ini,dan saya pun bertanya apakah ibu mau untuk diwawancara menjadi narasumber dan menjawab beberapa pertanyaan yang akan dibacakan nantik,lalu ibu Rahma menjawab setuju.<\/p>\n\n\n\n

Setelah persetujuannya dimulai dari narasumber ibu Rahma sendiri dengan kepala keluarga Khairul Fajri yang berumur 30 tahun,mempunyai KTP,ia tamatan SMA,pekerjaan sehari-harinya buruh bangunan dengan tanggungan 3 orang ,istri dan 2 orang anaknya,1 berumur 6 tahun ,satu lagi 3 tahun.<\/p>\n\n\n\n

Pada mulanya ibu Rahma sangat senang dengan kedatangan saya ia berharap mendapat bantuan ,setelah semua didengar penjelasannya baru ia mengerti dan bercerita sedikit mengenai bantuan Covid 19 yang ada diDesa ini.Selama pandemi Covid 19 keluarganya hanya dapat bantuan sosial dari subsidi Listrik.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pembagian sembako tanggal 19 kemaren ia melihat dan mendengar saja kenapa dia tidak dapat,sedangkan orang yang lebih mampu dari dia dan serba berkecukupan dapat, diwaktu pagi itu juga ia sudah sibuk menyuruh suaminya untuk bertanya mengenai bantuan ini,ia pun sibuk bertanya kesana kemari nama suaminya apakah ada dalam daftar nama\u00a0 penerima Bansos tersebut.Pada waktu siang ibu Rahma bertanya pada Sekdes mengenai bantuan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian esok harinya terdengar lagi mengenai BST (Bantuan Sosial Tunai) yang akan disalurkan di kantor Pos Labuhanhaji, ia pun menjadi bingung namanya atau nama suaminya juga tidak ada dalam daftar penerima BST tersebut.ia sangat kecewa karena ke 2 bantuan ia tidak dapat,padahal orang yang lebih mampu dari ibu Rahma dapat bantuan Sembako dan BST dalam 1 KK malahan 2 KK dapat semuanya.sedangakan ia hanya subsidi Listrik saja,selain itu tidak dapat bantuan apa-apa.ia sangat sedih kenapa orang dapat sedangkan ia tidak dapat.<\/p>\n\n\n\n

Pada tanggal 03 Juli 2020 setelah musyawarah di kantor Keuchik ia melihat nama suaminya ada dikertas yang ditempel di kios-kios kecil peserta penerima BLT DD ,ia sangat senang sekali.<\/p>\n\n\n\n

Ernawati<\/strong><\/p>\n","post_title":"Mewawancara Narasumber","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mewawancara-narasumber","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:36:05","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:36:05","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=277","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":273,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:26:54","post_date_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content":"\n

Pada tanggal 21 Mei 2020 saya melakukan tugas sebagai\npendata pemantauan Bantuan  Covid -19\nkerjasama Serikat Pekka dan Yayasan PEKKA.<\/p>\n\n\n\n

Pemantauan ini sebanyak 49 KK,Dusun Barat 1 ,Desa Cacang ,kecamatan Labuhanhaji Kabupaten Aceh Selatan.<\/p>\n\n\n\n

Dari pagi jam 8.00 wib dimulai wawancara dari rumah ibu Dasmawati, 45 tahun, ia juga anggota kelompok Pekka Sumber jaya Desa Cacang, ia hanya menjadi nara sumber waktu diwawancara,yang kepala keluarganya Zulkifli berumur 53 tahun ,bekerja sebagai buruh bangunan ,mempunyai KTP dan penduduk dalam Desa .Dan mempunyai\u00a0 tanggungan keluarga 5 orang yang tinggal dalam satu rumah <\/p>\n\n\n\n

Sejak Covid -19 ini bapak Zulkifli kadang bekerja dan kadang\nTidak,serta membuat penghasilan berkurang \nsejak bulan Maret 2020,<\/p>\n\n\n\n

Selama  pandemi Covid\n-19 ini ada mendapatkan bantuan sosial sosial baik itu sembako,uang BST\n(Bantuan Sosial Tunai) sebanyak 600.000 yang diterima,<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
\n

<\/p>\n\n\n\n

Sejak adanya pandemi \nini,kader Pekka Ernawati dipilih oleh PEKKA untuk ditugaskan sebagai\npendata Pemantauan Bantuan Sosial Covid-19 diDesanya sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari kedua melakukan pendataan Bansos pada tanggal 22\nMei 2020,saya mengunjungi rumah-rumah calon yang akan menjadi narasumber,sudah\nbeberapa rumah saya mengetuk pintu tetapi tidak ada orang entah karena waktu\nsore orang pada sibuk memasak untuk persiapan buka puasa.<\/p>\n\n\n\n

Ketika sampai pada rumah yang ke 5 saya menjumpai ibu Rahmawati yang berumur 25 tahun yang tinggal di Dusun Barat 1,Desa Cacang Kecamatan Labuhanhaji,Kabupaten Aceh Selatan. Saya menjelaskan terlebih dahulu kedatangan kerumahnya pada sore itu,saya dari Pekka akan mewawancara ibu untuk pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Covid -19, yang sedang melanda didaerah kita ini,dan saya pun bertanya apakah ibu mau untuk diwawancara menjadi narasumber dan menjawab beberapa pertanyaan yang akan dibacakan nantik,lalu ibu Rahma menjawab setuju.<\/p>\n\n\n\n

Setelah persetujuannya dimulai dari narasumber ibu Rahma sendiri dengan kepala keluarga Khairul Fajri yang berumur 30 tahun,mempunyai KTP,ia tamatan SMA,pekerjaan sehari-harinya buruh bangunan dengan tanggungan 3 orang ,istri dan 2 orang anaknya,1 berumur 6 tahun ,satu lagi 3 tahun.<\/p>\n\n\n\n

Pada mulanya ibu Rahma sangat senang dengan kedatangan saya ia berharap mendapat bantuan ,setelah semua didengar penjelasannya baru ia mengerti dan bercerita sedikit mengenai bantuan Covid 19 yang ada diDesa ini.Selama pandemi Covid 19 keluarganya hanya dapat bantuan sosial dari subsidi Listrik.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pembagian sembako tanggal 19 kemaren ia melihat dan mendengar saja kenapa dia tidak dapat,sedangkan orang yang lebih mampu dari dia dan serba berkecukupan dapat, diwaktu pagi itu juga ia sudah sibuk menyuruh suaminya untuk bertanya mengenai bantuan ini,ia pun sibuk bertanya kesana kemari nama suaminya apakah ada dalam daftar nama\u00a0 penerima Bansos tersebut.Pada waktu siang ibu Rahma bertanya pada Sekdes mengenai bantuan tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian esok harinya terdengar lagi mengenai BST (Bantuan Sosial Tunai) yang akan disalurkan di kantor Pos Labuhanhaji, ia pun menjadi bingung namanya atau nama suaminya juga tidak ada dalam daftar penerima BST tersebut.ia sangat kecewa karena ke 2 bantuan ia tidak dapat,padahal orang yang lebih mampu dari ibu Rahma dapat bantuan Sembako dan BST dalam 1 KK malahan 2 KK dapat semuanya.sedangakan ia hanya subsidi Listrik saja,selain itu tidak dapat bantuan apa-apa.ia sangat sedih kenapa orang dapat sedangkan ia tidak dapat.<\/p>\n\n\n\n

Pada tanggal 03 Juli 2020 setelah musyawarah di kantor Keuchik ia melihat nama suaminya ada dikertas yang ditempel di kios-kios kecil peserta penerima BLT DD ,ia sangat senang sekali.<\/p>\n\n\n\n

Ernawati<\/strong><\/p>\n","post_title":"Mewawancara Narasumber","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mewawancara-narasumber","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:36:05","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:36:05","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=277","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":273,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:26:54","post_date_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content":"\n

Pada tanggal 21 Mei 2020 saya melakukan tugas sebagai\npendata pemantauan Bantuan  Covid -19\nkerjasama Serikat Pekka dan Yayasan PEKKA.<\/p>\n\n\n\n

Pemantauan ini sebanyak 49 KK,Dusun Barat 1 ,Desa Cacang ,kecamatan Labuhanhaji Kabupaten Aceh Selatan.<\/p>\n\n\n\n

Dari pagi jam 8.00 wib dimulai wawancara dari rumah ibu Dasmawati, 45 tahun, ia juga anggota kelompok Pekka Sumber jaya Desa Cacang, ia hanya menjadi nara sumber waktu diwawancara,yang kepala keluarganya Zulkifli berumur 53 tahun ,bekerja sebagai buruh bangunan ,mempunyai KTP dan penduduk dalam Desa .Dan mempunyai\u00a0 tanggungan keluarga 5 orang yang tinggal dalam satu rumah <\/p>\n\n\n\n

Sejak Covid -19 ini bapak Zulkifli kadang bekerja dan kadang\nTidak,serta membuat penghasilan berkurang \nsejak bulan Maret 2020,<\/p>\n\n\n\n

Selama  pandemi Covid\n-19 ini ada mendapatkan bantuan sosial sosial baik itu sembako,uang BST\n(Bantuan Sosial Tunai) sebanyak 600.000 yang diterima,<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak cerita dan pengaduan yang\ndidapati dari narasumber .Dalam satu Dusun sebanyak 49 yang ada data awal,tapi\nsetelah didata selama 4 hari maka ditemui 54 KK yang ada di Dusun Barat 1 desa\nCacang.<\/p>\n\n\n\n

Pada waktu pendataan banyak yang mengira ada bantuan  dan ada yang memohon agar kedepan nya\nmendapatkan bantuan untuknya.pertama saya sebagai enumerator yang ditugaskan\nmendengar dan mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan dari\nnarasumber,Setelah itu baru saya jelaskan tentang tujuan pendataan ini,dan\nmenerima pengaduan tersebut,saya hanya pemantauan Bantuan sosial tanggap\nDarurat Covid -19,yang ditugaskan dari Pekka .Pada waktu wawancara itu juga ada\nterdapat bantuan pada warga yang menerima double bantuan Sosial,pengelola\nbantuan tidak transparan,Penerima bansos tidak sesuai kriteria,bahkan ada yang\ntidak dapat satu pun dari bansos tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Masyarakat mau mengadu akan tetapi warga banyak tidak tau\ndimana tempat pengaduan.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat pendataan ini juga banyak didapati saat Pandemi\nCovid -19 ini banyak perubahan terhadap pengekuaran rumah tangga bertambah\nsedangkan penghasilan berkurang.Dampak dari pandemi Covid 19 ini banyak\ndidapati dari pebdidikan karena anak-anak tidak sekolah tapi belajar dirumah\nmemakai hp secara online,sedangkan online butuh biaya pulsa hp dari situ juga\nsebuah penambahan bagi keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Ini adalah pengalaman pertama menjadi petugas pendataan ,dan setelah didata harus di entri lagi ke geogle Form, Pada saat mendata berbagai kasus yang ditemui,keluhan masyarakat terkait bantuan ini,pada saat Covid 19 ini bantuan yang disalurkan ada yang dari APBK, APBA, dan BST (Bantuan sosial Tunai).Terkadang dari banyaknya bantuan\u00a0 datang ada masyarakat yang tidak mendapatkan sama sekali bantuan tersebut. (Ernawati<\/strong>). <\/p>\n","post_title":"Hari Pertama Menjadi Enumerator Pendataan Pemantauan Bantuan Tanggap Darurat Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"hari-pertama-menjadi-enumerator-pendataan-pemantauan-bantuan-tanggap-darurat-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:26:54","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:26:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=273","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":265,"post_author":"4","post_date":"2020-09-16 09:04:37","post_date_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content":"\n

Ketika waktu mau Jum'at 2 orang\nkader Pekka, Ernawati sebagai kader lintas kabupaten dan Cut Putri ketua\nserikat Pekka Simpang Peut pergi bersilaturahmi ke Desa Peulanteu LB, Kecamatan\nArongan Lambalek, Aceh Barat. Sesampai di Desa tersebut berhenti di rumah kak\nRusni ternyata kak Halimah sudah menunggu kedatangan kami. Setelah melihat ada\nperubahan pada kak Rusni dalam beberapa bulan ini.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang pengurus  kelompok \nSerikat Pekka Peulanteu, kak Rusni sebagai Sekretaris kelompok.<\/p>\n\n\n\n

\"\"<\/figure>\n\n\n\n

Pada tahun 2019 kak Rusni\npernah membuat proposal tentang rumah bantuan yang ditujukan ke Dinas Sosial.\nSebelumnya kak Rusni ada juga membuat proposal \nrumah juga, Dari 2 proposal tersebut kak Rusni lebih dulu mendapatkan\nDana Rehab rumah dari  Desa pada tahun\n2019. Yang mengerjakan rumah rehab tersebut adalah orang yang telah disiapkan\noleh desa, dan akhirnya Kak Rusni mempunyai rumah.<\/p>\n\n\n\n

Setelah selang beberapa bulan\nyang awalnya bulan Agustus 2019 dinaikkan proposal, setelah beberapa bulan\nmenunggu maka pada bulan Januari 2020 kak Rusni terpanggil lagi untuk menerima\nsebuah rumah bantuan, selang beberapa bulan mendapatkan informasi di bulan\nMaret rumah sudah mulai dibangun.<\/p>\n\n\n\n

Pada awal bulan Juli  tanggal 1 Juli 2020 kak  Rusni baserta 2 orang putri manisnya sudah\nmenempati rumah baru tersebut. Dalam 1 tahun kak Rusni mendapatkan 2 bantuan\nyaitu Dana Rehab rumah dan sebuah rumah bantuan. Disamping itu juga kak Rusni\njuga mendapatkan bantuan PKH. Bantuan yang ditujukan untuk anak yang masih\nsekolah, yang pertama anaknya di kelas 2 SMK, yang kedua di bangku MIN.<\/p>\n\n\n\n

Kak Rusni seorang perempuan\nkepala  keluarga yang sehari-harinya\nbertani. Kak Rusni juga seorang kelompok pengerajin dari Enceng gondok. Selama\nini kak Rusni pernah juga mengikuti pelatihan tentang kerajinan Enceng gondok\nseperti tas, plasnent, keranjang, semua itu kalau sudah siap dipasarkan.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum masuk Pekka kak Rusni anggota kelompok dari Enceng gondok. Sekarang dipasarkan dengan harga yang sangat murah. Padahal kalau dibandingkan dari cara pembuatan yang masih manual membuat ibu- ibu sangat tidak semangat untuk membuatnya. Karena butuh waktu yang lama pada saat proses pengolahan bahan yang sudah dicari. Sebenarnya kalau harga terjangkau dapat membantu pengeluaran ekonomi bagi perempuan khususnya perempuan kepala keluarga. (Enawati<\/strong>)<\/p>\n","post_title":"Perjuangan Seorang Ibu Mendapatkan Bantuan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"perjuangan-seorang-ibu-mendapatkan-bantuan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-16 09:04:37","post_modified_gmt":"2020-09-16 09:04:37","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=265","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":75,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 09:43:38","post_date_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content":"\n

<\/p>\n\n\n\n

Angin menyapa\nlembut. Beberapa muda-mudi berkumpul. Tawa ria terdengar bersahutan. Mereka\nseakan larut dalam suka cita. <\/p>\n\n\n\n

Sore itu langit\nnampak mulai gelap  Namun Sumaini belum\nberanjak dari tempat duduknya. Seolah tak mau menyudahi kebersamaan itu.<\/p>\n\n\n\n

Sumaini,\nperempuan asal Dusun Montong Obok, Desa Jelantik, Kecamatan Jonggat, pergi ke\ntaman itu bersama Habib, kakak kelasnya di MTsN Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Semula,\nmereka berdua hanya berencana menghadiri peringatan Maulid Nabi di Dusun\nLengkong, Desa Puyung, 8 kilometer dari rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Acara pun\nusai, namun Sumaini tidak segera pulang ke rumah. Ia bersama teman-temannya\nmenuju Taman Leneng di Mandalika. Orangtua Sumaini mulai gelisah karena anak\nkesayangannya tak kunjung sampai di rumah. <\/p>\n\n\n\n

Diliputi perasaan campur aduk, mereka segera mencari Sumaini. Sesampainya di ujung kampung, sang ayah melihat anaknya bersama teman laki-laki itu, kemudian mencegat Sumaini yang hendak mengantarkan Habib menuju Kampung Tenges-enges, Desa Jelantik, Lombok Tengah. <\/p>\n\n\n\n

Melihat Sumaini\nbersama laki-laki, muka sang ayah langsung merah padam, seolah tak dapat\nmenahan amarah. Entah karena jengkel, sang ayah malah melarang Sumaini pulang\nke rumah. seketika Ia kaget dengan sikap sang ayah. Ia mulai gelisah, yang  dipikirnya, jika tidak pulang ke rumah, harus\ntinggal di mana lagi. <\/p>\n\n\n\n

Bagi sang\nayah, Sumaini sudah mempermalukan keluarga karena pergi bersama laki-laki bukan\nmuhrim hingga malam tiba. konon, selama ini masyarakat NTB masih memegang teguh\naturan adat yang melarang anak perempuan keluar rumah sampai malam hari.  Sumaini ternyata sudah melanggar ketentuan adat\nbumi Sasak ini. <\/p>\n\n\n\n

Sebab itulah, sanksi adat menjerat Sumaini. Ia harus pulang ke rumah laki-laki itu, dan memanggil Kepala Dusun masing-masing.  \"Ke mana kalian pergi dan apa yang kalian lakukan,\" tanya Kepala Dusun Tenges-Enges Dangah, Desa Jelantik, Jonggat kepada perempuan kelas II MTsN. <\/p>\n\n\n\n

Dengan wajah tertunduk dengan mata berkaca-kaca, Sumaini mengaku pergi ke taman Mandalika di Praya bersama teman-temannya setelah menghadiri acara Maulid. Meski sebatas ngobrol biasa, namun perbuatan mereka sudah melewati batas aturan yang dibolehkan oleh adat.<\/p>\n\n\n\n

Mendengar pengakuan Sumaini, orangtua Habib dan kepala dusun berharap agar tidak memberatkan keduanya dan bisa pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Sanksi adat tetap berlaku bagi mereka. Jika tidak, Sumaini akan menjadi bahan gunjingan masyarakat.<\/p>\n\n\n\n

Kuatnya\naturan adat membuat Sumaini tak kuasa menolak. Ia pasrah dengan keputusan adat.\nMereka segera menikah lantaran Sumaini tidak diterima oleh keluarganya. <\/p>\n\n\n\n

Sanksi adat\npun dijatuhkan. Derai tangis menyesakkan sanak famili saat menyaksikan akad nikahnya.\nSumaini terpaksa menerima kenyataan ini, sesuatu yang belum pernah terlintas\ndalam benak gadis itu. Sayangnya, pernikahannya tidak tercatat di KUA sebab mereka\nmasih di bawah umur. <\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi\nsuami istri, sumaini justru menjadi minder karena tak lagi bebas layaknya\ntemannya yang asyik bermain dan bersekolah. Setiap pagi, ia hanya bisa melihat\nteman-temannya berangkat ke sekolah dari kejauhan. Sementara suaminya harus\nbekerja di sawah sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.\n<\/p>\n\n\n\n

Habib lahir\ndari keluarga sederhana. Pada saat musim tanam, mereka ikut bekerja sebagaimana\npara buruh tani yang lain. Jika tidak ada pekerjaan di sawah, suaminya bekerja\nsebagai buruh bangunan. <\/p>\n\n\n\n

Sungguh pernikahan\nini menghancurkan cita-citanya yang pernah ia junjung setinggi langit. Namun, kerasnya\naturan adat membuat impiannya menjadi pupus. <\/p>\n\n\n\n

Disadur dari cerita perkawinan anak yang dikisahkan oleh Miwarni asal NTB <\/em><\/p>\n","post_title":"Cita-cita Kandas Terhalang Adat","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"cita-cita-kandas-terhalang-adat","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 09:43:38","post_modified_gmt":"2020-09-08 09:43:38","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=75","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":70,"post_author":"4","post_date":"2020-09-08 06:31:46","post_date_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content":"\n

Pagi itu, untuk pertama kalinya Kartini,\nkader Pekka Brebes diundang untuk mewakili kelompok Pekka di Musrenbangdes Desa\nWlahar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saat itu ada sekitar\n50 orang yang hadir. Selain perwakilan dari Pekka ada juga perwakilan perempuan\nlain dari kader Posyandu, bidan, tutor PAUD, dari BPD, ketua RT dan RW, karang\ntaruna dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat, tanggal 23 Januari 2017.<\/p>\n\n\n\n

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya\ndimana kesannya musrenbang ini hanya formalitas, di tahun 2017 ini semua\nperwakilan lembaga masyarakat yang hadir diminta memberi usulan. Karena Pekka\ndi Wlahar cukup dikenal dengan arisan toiletnya, maka Kartini mengusulkan Dana\nRp 10.000.000,- untuk sanitasi\/Arisan toilet.<\/p>\n\n\n\n

Setelah mengusulkan, Kartini kaget juga\nkarena usulan dari lembaga lain dananya cukup besar \u2013 besar. Misalnya PKK\nmengusulkan dana sebesar Rp 70.000.000 untuk usaha, bahkan karang taruna\nusulannya hingga Rp 150.000.000,- untuk sarana olahraga dan usaha pertanian\npemuda.<\/p>\n\n\n\n

Semua usulan ditampung oleh fasilitator\ndan untuk pertama kalinya Kartini merasa gembira karena setelah sekian lama\nPekka kini diakui sebagai salah satu Lembaga di desa dan bahkan diminta memberi\nusulan. Meski setelah bercerita kepada teman \u2013 temannya ada yang senang dan ada\nyang berkomentar, mengapa usulannya tidak Rp 50.000.000,- sekalian?<\/p>\n\n\n\n

Sebulan kemudian Kartini diminta datang\nke balai desa untuk menindaklanjuti usulan yang diberikan saat musrenbangdes.\nSaat itu Kartini menghadap ke Pak Yanto (perangkat desa). Pak Yanto mengatakan\njika usulan tentang sanitasi untuk Arisan Toilet tidak bisa dianggarkan dengan\nDana Desa karena akan ada anggaran lain. Pekka disarankan merubah usulannya\nmenjadi usulan usaha karena sesuai dengan Program Desa Tepat Guna. Pekka\ndiminta membuat proposal selama seminggu.<\/p>\n\n\n\n

Kartini memutar otak untuk membuat usulan\napa yang akan dibuat proposalnya, waktu itu dengan konsultasi dengan faslap\nDian, akhirnya dibuatlah proposal usaha membuat minyak kelapa dan diserahkan ke\npemerintah desa Wlahar. <\/p>\n\n\n\n

Tanggal 13 Juli 2017 lalu, Kartini\ndiminta ke balai desa untuk menandatangani realisasi dana usaha untuk Pekka\nsebesar Rp 10.000.000,-. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Kartini untuk berdiskusi\ntentang usaha yang akan dijalankan. Karena ibu-ibu Pekka melihat usaha\npembuatan minyak kelapa kurang layak dijalankan di desa Wlahar karena harga\nkelapa cukup mahal. Kartini mengatakan bagaimana jika usahanya diganti membuat\nbrondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Oleh Bapak Kirno (BPD\nWlahar), hal itu tidak menjadikan masalah asal laporan pertanggungjawabannya\nbenar.<\/p>\n\n\n\n

Kini kelompok-kelompok Pekka di desa\nWlahar seperti kelompok Anggrek, Mawar Berkembang, Tunas Harapan, Candi\nSiliwangi, Padi dan Jagung sudah berharap akan adanya pelatihan dan peralatan\nmembuat brondong jagung, keripik singkong dan keripik pisang. Karena\nselambat-lambatnya awal September 2017 dana itu akan cair.<\/p>\n","post_title":"Kesempatan Berharga Memberi Usulan di Musrenbang Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kesempatan-berharga-memberi-usulan-di-musrenbang-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-08 06:31:46","post_modified_gmt":"2020-09-08 06:31:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=70","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":12},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 12 of 12 1 11 12
Page 12 of 12 1 11 12