Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Aku tahu dia dalam keadaan kesulitan. Suami sakit menahun. Mau ga mau dia harus menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Seketika aku bangun dari tempat duduk. Kuambil uang lembaran lima puluh ribuan dalam tasku. Kusodorkan padanya.<\/p>\n\n\n\n
Aku tahu dia dalam keadaan kesulitan. Suami sakit menahun. Mau ga mau dia harus menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\\\"berapa?\\\" Tanyaku. \\\" lima puluh ribu saja. Aku kehabisan Daia dan anak-anak minta jajan\\\". Lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
Seketika aku bangun dari tempat duduk. Kuambil uang lembaran lima puluh ribuan dalam tasku. Kusodorkan padanya.<\/p>\n\n\n\n
Aku tahu dia dalam keadaan kesulitan. Suami sakit menahun. Mau ga mau dia harus menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\\\" kak, tolobg bantu aku\\\" tanpa basa basi dia berkata. \\\" aku butuh uang kak\\\" lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"berapa?\\\" Tanyaku. \\\" lima puluh ribu saja. Aku kehabisan Daia dan anak-anak minta jajan\\\". Lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
Seketika aku bangun dari tempat duduk. Kuambil uang lembaran lima puluh ribuan dalam tasku. Kusodorkan padanya.<\/p>\n\n\n\n
Aku tahu dia dalam keadaan kesulitan. Suami sakit menahun. Mau ga mau dia harus menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Seketika perempuan muda itu masuk dan mendekatiku.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, tolobg bantu aku\\\" tanpa basa basi dia berkata. \\\" aku butuh uang kak\\\" lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"berapa?\\\" Tanyaku. \\\" lima puluh ribu saja. Aku kehabisan Daia dan anak-anak minta jajan\\\". Lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
Seketika aku bangun dari tempat duduk. Kuambil uang lembaran lima puluh ribuan dalam tasku. Kusodorkan padanya.<\/p>\n\n\n\n
Aku tahu dia dalam keadaan kesulitan. Suami sakit menahun. Mau ga mau dia harus menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\\\"Waalaikumsalam \\\" jawabku dari dalam.<\/p>\n\n\n\n
Seketika perempuan muda itu masuk dan mendekatiku.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, tolobg bantu aku\\\" tanpa basa basi dia berkata. \\\" aku butuh uang kak\\\" lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"berapa?\\\" Tanyaku. \\\" lima puluh ribu saja. Aku kehabisan Daia dan anak-anak minta jajan\\\". Lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
Seketika aku bangun dari tempat duduk. Kuambil uang lembaran lima puluh ribuan dalam tasku. Kusodorkan padanya.<\/p>\n\n\n\n
Aku tahu dia dalam keadaan kesulitan. Suami sakit menahun. Mau ga mau dia harus menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Terdengar seseorag memberi salam didepan pintu rumahku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Waalaikumsalam \\\" jawabku dari dalam.<\/p>\n\n\n\n
Seketika perempuan muda itu masuk dan mendekatiku.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, tolobg bantu aku\\\" tanpa basa basi dia berkata. \\\" aku butuh uang kak\\\" lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"berapa?\\\" Tanyaku. \\\" lima puluh ribu saja. Aku kehabisan Daia dan anak-anak minta jajan\\\". Lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
Seketika aku bangun dari tempat duduk. Kuambil uang lembaran lima puluh ribuan dalam tasku. Kusodorkan padanya.<\/p>\n\n\n\n
Aku tahu dia dalam keadaan kesulitan. Suami sakit menahun. Mau ga mau dia harus menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Terdengar seseorag memberi salam didepan pintu rumahku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Waalaikumsalam \\\" jawabku dari dalam.<\/p>\n\n\n\n
Seketika perempuan muda itu masuk dan mendekatiku.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, tolobg bantu aku\\\" tanpa basa basi dia berkata. \\\" aku butuh uang kak\\\" lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"berapa?\\\" Tanyaku. \\\" lima puluh ribu saja. Aku kehabisan Daia dan anak-anak minta jajan\\\". Lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
Seketika aku bangun dari tempat duduk. Kuambil uang lembaran lima puluh ribuan dalam tasku. Kusodorkan padanya.<\/p>\n\n\n\n
Aku tahu dia dalam keadaan kesulitan. Suami sakit menahun. Mau ga mau dia harus menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Seperti hari kemarin. Siang itu aku sibuk di dapur membuat jajanan salome.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Assalamu alaikum\\\"<\/p>\n\n\n\n
Terdengar seseorag memberi salam didepan pintu rumahku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Waalaikumsalam \\\" jawabku dari dalam.<\/p>\n\n\n\n
Seketika perempuan muda itu masuk dan mendekatiku.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, tolobg bantu aku\\\" tanpa basa basi dia berkata. \\\" aku butuh uang kak\\\" lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"berapa?\\\" Tanyaku. \\\" lima puluh ribu saja. Aku kehabisan Daia dan anak-anak minta jajan\\\". Lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
Seketika aku bangun dari tempat duduk. Kuambil uang lembaran lima puluh ribuan dalam tasku. Kusodorkan padanya.<\/p>\n\n\n\n
Aku tahu dia dalam keadaan kesulitan. Suami sakit menahun. Mau ga mau dia harus menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Kontributor: Marlia, kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Pekkamart Menuju Kesejahteraan Bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekkamart-menuju-kesejahteraan-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-11-02 09:45:13","post_modified_gmt":"2021-11-02 09:45:13","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pekkamart-menuju-kesejahteraan-bersama\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1673,"post_author":"4","post_date":"2021-10-21 03:33:24","post_date_gmt":"2021-10-21 03:33:24","post_content":"\n
Seperti hari kemarin. Siang itu aku sibuk di dapur membuat jajanan salome.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Assalamu alaikum\\\"<\/p>\n\n\n\n
Terdengar seseorag memberi salam didepan pintu rumahku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Waalaikumsalam \\\" jawabku dari dalam.<\/p>\n\n\n\n
Seketika perempuan muda itu masuk dan mendekatiku.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, tolobg bantu aku\\\" tanpa basa basi dia berkata. \\\" aku butuh uang kak\\\" lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"berapa?\\\" Tanyaku. \\\" lima puluh ribu saja. Aku kehabisan Daia dan anak-anak minta jajan\\\". Lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
Seketika aku bangun dari tempat duduk. Kuambil uang lembaran lima puluh ribuan dalam tasku. Kusodorkan padanya.<\/p>\n\n\n\n
Aku tahu dia dalam keadaan kesulitan. Suami sakit menahun. Mau ga mau dia harus menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Tidak ada usaha yang sia - sia jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, orang akan mengenal dan mengenang kita atas apa yang kita lakukan di dunia, teruslah tebar kebaikan untuk semua orang dan jangan tunda lagi , manfaatkan sisa umur dengan hal - hal yang berguna. Pekka menjadi alasan bagi sebuah ketahanan pangan keluarga menuju kesejahteraan bersama. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Pekkamart Menuju Kesejahteraan Bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekkamart-menuju-kesejahteraan-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-11-02 09:45:13","post_modified_gmt":"2021-11-02 09:45:13","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pekkamart-menuju-kesejahteraan-bersama\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1673,"post_author":"4","post_date":"2021-10-21 03:33:24","post_date_gmt":"2021-10-21 03:33:24","post_content":"\n
Seperti hari kemarin. Siang itu aku sibuk di dapur membuat jajanan salome.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Assalamu alaikum\\\"<\/p>\n\n\n\n
Terdengar seseorag memberi salam didepan pintu rumahku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Waalaikumsalam \\\" jawabku dari dalam.<\/p>\n\n\n\n
Seketika perempuan muda itu masuk dan mendekatiku.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, tolobg bantu aku\\\" tanpa basa basi dia berkata. \\\" aku butuh uang kak\\\" lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"berapa?\\\" Tanyaku. \\\" lima puluh ribu saja. Aku kehabisan Daia dan anak-anak minta jajan\\\". Lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
Seketika aku bangun dari tempat duduk. Kuambil uang lembaran lima puluh ribuan dalam tasku. Kusodorkan padanya.<\/p>\n\n\n\n
Aku tahu dia dalam keadaan kesulitan. Suami sakit menahun. Mau ga mau dia harus menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Hari ini, 17 September 2021 Pekka Mart berbelanja lagi untuk kesekian kalinya, beras beras 100 karung atau setara dengan ukuran 1 ton dan beberapa kebutuhan pokok lainnya siap mengisi toko Pekka Mart yang ada di Desa Bakajaya ini, walau tempatnya masih kecil dan berada di lorong kecil tapi tidak mengurangi fungsi dan faedahnya, kalau Pekka Mart ini sangat bermanfaat untuk semua orang bukan hanya untuk anggota Pekka saja tapi untuk masyarakat umum lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Tidak ada usaha yang sia - sia jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, orang akan mengenal dan mengenang kita atas apa yang kita lakukan di dunia, teruslah tebar kebaikan untuk semua orang dan jangan tunda lagi , manfaatkan sisa umur dengan hal - hal yang berguna. Pekka menjadi alasan bagi sebuah ketahanan pangan keluarga menuju kesejahteraan bersama. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Pekkamart Menuju Kesejahteraan Bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekkamart-menuju-kesejahteraan-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-11-02 09:45:13","post_modified_gmt":"2021-11-02 09:45:13","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pekkamart-menuju-kesejahteraan-bersama\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1673,"post_author":"4","post_date":"2021-10-21 03:33:24","post_date_gmt":"2021-10-21 03:33:24","post_content":"\n
Seperti hari kemarin. Siang itu aku sibuk di dapur membuat jajanan salome.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Assalamu alaikum\\\"<\/p>\n\n\n\n
Terdengar seseorag memberi salam didepan pintu rumahku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Waalaikumsalam \\\" jawabku dari dalam.<\/p>\n\n\n\n
Seketika perempuan muda itu masuk dan mendekatiku.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, tolobg bantu aku\\\" tanpa basa basi dia berkata. \\\" aku butuh uang kak\\\" lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"berapa?\\\" Tanyaku. \\\" lima puluh ribu saja. Aku kehabisan Daia dan anak-anak minta jajan\\\". Lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
Seketika aku bangun dari tempat duduk. Kuambil uang lembaran lima puluh ribuan dalam tasku. Kusodorkan padanya.<\/p>\n\n\n\n
Aku tahu dia dalam keadaan kesulitan. Suami sakit menahun. Mau ga mau dia harus menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Awal mula Pekka Mart hanya bermodalkan uang sebanyak Rp.7.000.000 dari hasil tabungan anggota di empat kelompok , disisihkan dari sisa uang pinjaman anggota kelompok, dari bulan ke bulan Pekka Mart terus mengalami peningkatan, modal yang dulu hanya 7 juta kini telah bertambah 100 % dari modal awal. Suatu capaian yang sulit untuk dipikirkan secara logika tapi di tangan Hj.Saodah Pekka Mart berjalan dengan lancar.<\/p>\n\n\n\n
Hari ini, 17 September 2021 Pekka Mart berbelanja lagi untuk kesekian kalinya, beras beras 100 karung atau setara dengan ukuran 1 ton dan beberapa kebutuhan pokok lainnya siap mengisi toko Pekka Mart yang ada di Desa Bakajaya ini, walau tempatnya masih kecil dan berada di lorong kecil tapi tidak mengurangi fungsi dan faedahnya, kalau Pekka Mart ini sangat bermanfaat untuk semua orang bukan hanya untuk anggota Pekka saja tapi untuk masyarakat umum lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Tidak ada usaha yang sia - sia jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, orang akan mengenal dan mengenang kita atas apa yang kita lakukan di dunia, teruslah tebar kebaikan untuk semua orang dan jangan tunda lagi , manfaatkan sisa umur dengan hal - hal yang berguna. Pekka menjadi alasan bagi sebuah ketahanan pangan keluarga menuju kesejahteraan bersama. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Pekkamart Menuju Kesejahteraan Bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekkamart-menuju-kesejahteraan-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-11-02 09:45:13","post_modified_gmt":"2021-11-02 09:45:13","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pekkamart-menuju-kesejahteraan-bersama\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1673,"post_author":"4","post_date":"2021-10-21 03:33:24","post_date_gmt":"2021-10-21 03:33:24","post_content":"\n
Seperti hari kemarin. Siang itu aku sibuk di dapur membuat jajanan salome.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Assalamu alaikum\\\"<\/p>\n\n\n\n
Terdengar seseorag memberi salam didepan pintu rumahku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Waalaikumsalam \\\" jawabku dari dalam.<\/p>\n\n\n\n
Seketika perempuan muda itu masuk dan mendekatiku.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, tolobg bantu aku\\\" tanpa basa basi dia berkata. \\\" aku butuh uang kak\\\" lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"berapa?\\\" Tanyaku. \\\" lima puluh ribu saja. Aku kehabisan Daia dan anak-anak minta jajan\\\". Lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
Seketika aku bangun dari tempat duduk. Kuambil uang lembaran lima puluh ribuan dalam tasku. Kusodorkan padanya.<\/p>\n\n\n\n
Aku tahu dia dalam keadaan kesulitan. Suami sakit menahun. Mau ga mau dia harus menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Minat belanja yang rendah karena pemasukan yang sedikit bahkan sangat menipis, dampak pandemic COVID 19 melanda dunia, dan panen yang berkurang menguntungkan karena terserang hama menyebabkan para ibu-ibu terancam kelaparan bersama, tapi Pekka Mart tampil menjadi dewa penolong bagi jiwa-jiwa yang sedang dilanda krisis keuangan. Di Pekka Mart, mereka bisa belanja bahan kebutuhan pokok dengan sistem kredit atau cicilan, bisa dalam tempo satu minggu atau satu bulan. <\/p>\n\n\n\n
Awal mula Pekka Mart hanya bermodalkan uang sebanyak Rp.7.000.000 dari hasil tabungan anggota di empat kelompok , disisihkan dari sisa uang pinjaman anggota kelompok, dari bulan ke bulan Pekka Mart terus mengalami peningkatan, modal yang dulu hanya 7 juta kini telah bertambah 100 % dari modal awal. Suatu capaian yang sulit untuk dipikirkan secara logika tapi di tangan Hj.Saodah Pekka Mart berjalan dengan lancar.<\/p>\n\n\n\n
Hari ini, 17 September 2021 Pekka Mart berbelanja lagi untuk kesekian kalinya, beras beras 100 karung atau setara dengan ukuran 1 ton dan beberapa kebutuhan pokok lainnya siap mengisi toko Pekka Mart yang ada di Desa Bakajaya ini, walau tempatnya masih kecil dan berada di lorong kecil tapi tidak mengurangi fungsi dan faedahnya, kalau Pekka Mart ini sangat bermanfaat untuk semua orang bukan hanya untuk anggota Pekka saja tapi untuk masyarakat umum lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Tidak ada usaha yang sia - sia jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, orang akan mengenal dan mengenang kita atas apa yang kita lakukan di dunia, teruslah tebar kebaikan untuk semua orang dan jangan tunda lagi , manfaatkan sisa umur dengan hal - hal yang berguna. Pekka menjadi alasan bagi sebuah ketahanan pangan keluarga menuju kesejahteraan bersama. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Pekkamart Menuju Kesejahteraan Bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekkamart-menuju-kesejahteraan-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-11-02 09:45:13","post_modified_gmt":"2021-11-02 09:45:13","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pekkamart-menuju-kesejahteraan-bersama\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1673,"post_author":"4","post_date":"2021-10-21 03:33:24","post_date_gmt":"2021-10-21 03:33:24","post_content":"\n
Seperti hari kemarin. Siang itu aku sibuk di dapur membuat jajanan salome.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Assalamu alaikum\\\"<\/p>\n\n\n\n
Terdengar seseorag memberi salam didepan pintu rumahku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Waalaikumsalam \\\" jawabku dari dalam.<\/p>\n\n\n\n
Seketika perempuan muda itu masuk dan mendekatiku.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, tolobg bantu aku\\\" tanpa basa basi dia berkata. \\\" aku butuh uang kak\\\" lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"berapa?\\\" Tanyaku. \\\" lima puluh ribu saja. Aku kehabisan Daia dan anak-anak minta jajan\\\". Lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
Seketika aku bangun dari tempat duduk. Kuambil uang lembaran lima puluh ribuan dalam tasku. Kusodorkan padanya.<\/p>\n\n\n\n
Aku tahu dia dalam keadaan kesulitan. Suami sakit menahun. Mau ga mau dia harus menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Pekka Mart Dompu berdiri awal tahun 2020 atas prakarsa Bu Hj. Saodah yang saat ini menjadi bendahara Serikat Pekka Dompu. Di tengah kesulitan ekonomi yang dihadapi bangsa ini termasuk yang ada di kabupaten Dompu, Pekka Mart ini menjadi solusi belanja bagi anggota Pekka Desa Bakajaya.<\/p>\n\n\n\n
Minat belanja yang rendah karena pemasukan yang sedikit bahkan sangat menipis, dampak pandemic COVID 19 melanda dunia, dan panen yang berkurang menguntungkan karena terserang hama menyebabkan para ibu-ibu terancam kelaparan bersama, tapi Pekka Mart tampil menjadi dewa penolong bagi jiwa-jiwa yang sedang dilanda krisis keuangan. Di Pekka Mart, mereka bisa belanja bahan kebutuhan pokok dengan sistem kredit atau cicilan, bisa dalam tempo satu minggu atau satu bulan. <\/p>\n\n\n\n
Awal mula Pekka Mart hanya bermodalkan uang sebanyak Rp.7.000.000 dari hasil tabungan anggota di empat kelompok , disisihkan dari sisa uang pinjaman anggota kelompok, dari bulan ke bulan Pekka Mart terus mengalami peningkatan, modal yang dulu hanya 7 juta kini telah bertambah 100 % dari modal awal. Suatu capaian yang sulit untuk dipikirkan secara logika tapi di tangan Hj.Saodah Pekka Mart berjalan dengan lancar.<\/p>\n\n\n\n
Hari ini, 17 September 2021 Pekka Mart berbelanja lagi untuk kesekian kalinya, beras beras 100 karung atau setara dengan ukuran 1 ton dan beberapa kebutuhan pokok lainnya siap mengisi toko Pekka Mart yang ada di Desa Bakajaya ini, walau tempatnya masih kecil dan berada di lorong kecil tapi tidak mengurangi fungsi dan faedahnya, kalau Pekka Mart ini sangat bermanfaat untuk semua orang bukan hanya untuk anggota Pekka saja tapi untuk masyarakat umum lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Tidak ada usaha yang sia - sia jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, orang akan mengenal dan mengenang kita atas apa yang kita lakukan di dunia, teruslah tebar kebaikan untuk semua orang dan jangan tunda lagi , manfaatkan sisa umur dengan hal - hal yang berguna. Pekka menjadi alasan bagi sebuah ketahanan pangan keluarga menuju kesejahteraan bersama. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Pekkamart Menuju Kesejahteraan Bersama","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekkamart-menuju-kesejahteraan-bersama","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-11-02 09:45:13","post_modified_gmt":"2021-11-02 09:45:13","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pekkamart-menuju-kesejahteraan-bersama\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1673,"post_author":"4","post_date":"2021-10-21 03:33:24","post_date_gmt":"2021-10-21 03:33:24","post_content":"\n
Seperti hari kemarin. Siang itu aku sibuk di dapur membuat jajanan salome.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Assalamu alaikum\\\"<\/p>\n\n\n\n
Terdengar seseorag memberi salam didepan pintu rumahku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Waalaikumsalam \\\" jawabku dari dalam.<\/p>\n\n\n\n
Seketika perempuan muda itu masuk dan mendekatiku.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, tolobg bantu aku\\\" tanpa basa basi dia berkata. \\\" aku butuh uang kak\\\" lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"berapa?\\\" Tanyaku. \\\" lima puluh ribu saja. Aku kehabisan Daia dan anak-anak minta jajan\\\". Lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n
Seketika aku bangun dari tempat duduk. Kuambil uang lembaran lima puluh ribuan dalam tasku. Kusodorkan padanya.<\/p>\n\n\n\n
Aku tahu dia dalam keadaan kesulitan. Suami sakit menahun. Mau ga mau dia harus menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Sulung masih kuliah. 2 orang lagi duduk dibangku sekolah dasar. Jelas saat ini dia kebinggungan.<\/p>\n\n\n\n
Berdagang butuh modal. Bertani ga mungkin karena tidak memiliki sawah. Ada juga sawah garapan di daerah NTT. Yang sekarang digarap oleh anak perempunya yang sudah berkeluarga. Hanya bantuan dari anak harapannya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Mi\u2026(panggilan nama singkatnya). Ntar sore ikut aku \\\" ajakku \\\" kemana kak\\\" tanyanya penasaran. \\\" kita cari sampah. Kan ada Bank Sampah Pekka solusi keuangan kita. Rp. 20.000,- aja kita target sehari. Di sawah sampah bekas botol peptisida banyak bahkan berserahkan. Harganya lumayan mahal. 1 kg seribuan. Kiita cari botol-boyol yang ada garis lurus ditengahnya. Tidak semua botol kita ambil\\\". Terangku sambil memperlihatkan contohnya.<\/p>\n\n\n\n
\\\" Ayo kak. Saya mau. Saya benar-benar butuh uang. Saya binggung. Mau kerja apa untuk mendapatkan uang. Sementar kebutuhan terus berjalan. Sudah 3 hari kami makan pakai ikan Sepi (sejenis udang kecil yang difermentasikan)\\\" katanya<\/p>\n\n\n\n
Sorenya kami berangkat mengendai motor. Tujuan kami wilayah persawahan tolo Manggo (sawah kering) diperbatasan desa Kalampa - Risa. Kami janjian dengan beberapa ibu Pekka Risa.<\/p>\n\n\n\n
Tidak sampai satu jam Dua karung sampah peptisida terkumpul sore itu dan langsung menjualnya di Bank Sampah Pekka Samili.<\/p>\n\n\n\n
Emi yati akhirnya mendapatkan uang sebesar Rp. 17.500,- <\/p>\n\n\n\n
Rasa syukur dan bahagia bisa memghasilkan uang dari sampah membuat ia bersemangat.<\/p>\n\n\n\n
\\\" kak, setiap sore kita cari sampah aja\\\" ajaknya.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bank Sampah adalah solusi keuangan keluarga. Uang dapat, lingjungan bebas dari sampah plastik\\\". Sorak Emi berlalu sambil melampaikan uang ditagannya.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasaka mama Dira tetangga belakang rumahku yang bekerja di warung sate soto Tente. Sejak adanya Bank Sampah Pekka Samili setiap sore membawa pulang satu kantong gelas mineral bekas<\/p>\n\n\n\n
*Uang jajan anakku Dira. Solusinya gelas plasti.\\\" Katanya.<\/p>\n\n\n\n
Sehari mama Dira bisa bawa pulang sampah gelas plastik yang sudah disusun rapi 3 kg. Bahkan lebih, Itu artinya Rp. 3000,- bisa untuk uang jajan si Dira kecil.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu tradisi budaya yang masih tumbuh subur dan berkembang subur di pedesaan - pedesaan Dompu, berlaku di kehidupan perempuan petani pedesaan Yang rata - rata berekonomi rendah ke bawah. Gotong royong jenis ini berlaku di kehidupan perempuan selama terjadinya kegiatan aktifitas pertanian di lahan berlangsung, bisa berupa tanam, panen, yiang dan beberapa kegiatan jenis bertani lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Usaha pertanian sama halnya seperti usaha lainnya pasti membutuhkan biaya yang besar. Bagi rumah tangga miskin tentu tidak bisa menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertanian mereka dan akhirnya mendorong terjadi nya transaksi hutang , baik hutang rente maupun hutang perbankan berupa pinjaman modal usaha. Biasanya, hutang tersebut akan di bayarkan setelah masa panen selesai. Namun, tidak semua rumah tangga miskin bisa mengakses pinjaman modal tersebut karena tidak memenuhi persyaratan yang di ajukan dan akhirnya bisa gagal bertanam.<\/p>\n\n\n\n
Weha Rima adalah salah satu cara perempuan pedesaan untuk mengatasi kesulitan modal usaha, caranya cukup mudah yakni dengan menggunakan kekuatan tenaga .Bila hari ini seorang perempuan ingin menanam lahannya maka seminggu sebelumnya dia sudah harus berjalan keliling desa, dari satu rumah ke rumah lainnya untuk memberitahukan sekaligus mengajak teman perempuannya yang siap bekerja di lahannya, dan bila teman perempuannya itu bersedia makadi hari berikutnya dia juga harus siap bergantian bekerja di lahan temannya.<\/p>\n\n\n\n
Untuk ukuran tanah seluas 1 hektar maka di butuhkan 20 orang perempuan tenaga untuk menanam, dengan begitu maka perempuan yang punya tanah tersebut harus siap mengerjakan lahan teman - temannya selama 20 hari ke depannya bersama teman - teman perempuan yang lainnya.<\/p>\n\n\n\n
Mencukupi kebutuhan biaya pertanian adalah tanggung jawab bersama antara suami - isteri dan anak. Weha Rima adalah cara perempuan pedesaan bertanggung jawab dan ikut meringankan beban ekonomi keluarga \/suami. Lelah dari aktifitas bertani tidak mengapa asalkan masih terus berusaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan untuk memenuhi tersedianya pangan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia, Kader Pekka Kab. Dompu, NTB<\/p>\n","post_title":"Weha Rima: Sebuah Tradisi Gotong Royong Antar Perempuan Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-10-06 04:34:49","post_modified_gmt":"2021-10-06 04:34:49","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/weha-rima-sebuah-tradisi-gotong-royong-antar-perempuan-desa\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1727,"post_author":"4","post_date":"2021-07-08 08:52:28","post_date_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content":"\n
Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.<\/p>\n\n\n\n
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\\\"Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\\\" terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Alhamdulillah\\\", hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\\\"tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.<\/p>\n\n\n\n
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\\\" tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.<\/p>\n\n\n\n
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \\\"Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\\\",celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \\\"piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\\\" tanya bu Somir. \\\"Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\\\",pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.<\/p>\n\n\n\n
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Karmani<\/p>\n","post_title":"Panen Padi di Kelompok Pekka Mawar","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-07-08 08:52:28","post_modified_gmt":"2021-07-08 08:52:28","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/panen-padi-di-kelompok-pekka-mawar\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1627,"post_author":"4","post_date":"2021-02-09 03:01:14","post_date_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content":"\n
Ayo Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). lirik peluang usaha. Putus mata rantai peredaran uang riba di Amba Ncai\u00a0 Samili.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh miris melihatnya. Dalam beberapa hari kuamati kegiatan jual beli di pasar jalan(amba ncai)\u00a0\u00a0 yang berlokasi di lapangan Dewa Rangga Samili - Woha.<\/p>\n\n\n\n
Rata-rata pedagang mulai membuka dagangan jam 5 kurang dalam keadaan masih gelap pagi, sampai jam 8 kurang dikit.<\/p>\n\n\n\n
Lampu penerang jalan yang berdiri kokoh di ujung lapangan tidak cukup menerangi.<\/p>\n\n\n\n
Terlihat beberapa pedagang sibuk mengurus dagangan diterangi lampu senter HP, lampu senter biasa dan ada juga yang menggunakan lampu emergency. Bahkan ada yang menggunakan senter lingkar kepala.<\/p>\n\n\n\n
Lebih kurang 55 orang ibu-ibu menjajakan jualannya. Ragam jualan ada disana. Nasi berserta Lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan segar, perabot rumah tangga, sembako, pakaian dan bahkan mainan anak-anak.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Terkadang musim hujan dagangan sepi, pembeli kurang. Yang biasnya laku Rp.150.000,-. Ini paling 50 rb juga udah alhamdulillah. Ga cukup untuk bayar utang harian. Tutur Juna penjual bandeng Presto sambil tersenyum. Juna menambahkan. Rata-rata kami disini punya pinjaman dari pemilik modal dengan bunga 20% yang melakukan kegiatan tiap hari disini.<\/p>\n\n\n\n
Lain lagi yang dirasakan Ina Hawu ( nama disamarkan), pedagang sayur. Sepinya pembeli dimusim hujan begini membuat saya kalang kabut. Sayuran lakunya ga seberapa, sementara saya harus angsur uang pinjaman tiap hari sebesar Rp. 30.000,-. Makanya sehabis berjualan dari sini. Saya melanjutkan jualan di pasar Tente. Kalau ga begitu uang pinjamannya bisa beranak.<\/p>\n\n\n\n
Penuturan yang sama oleh ibu penjual kue sekaligus anggota Pekka (Ga mau disebut namanya). \\\" jualan kadang ramai kadang sepi. Kalau \u013aagi rame. Daganganku juga abis terjual. Tapi kalau sepi seperti ini. Untuk modal aja ga cukup. Apalagi untuk cicil uang keliling. Yang bunganya berjalan kalau kita ga angsur. Mau ga mau aku cari pinjaman lain lagi untuk nutupin angsuran yang tertinggal\\\"<\/p>\n\n\n\n
\\\"Ini namanya gali lubang tutup lubang\\\" kataku.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila Pemerintah desa mengoptimalkan dana desa untuk pemberdayaan perempuan pelaku usaha.<\/p>\n\n\n\n
Atau BUMDES sebagai badan usaha milik desa. Bisa bersinerji dengan perempuan-perempuan pelaku usaha Amban Ncai bahkan pelaku usaha bakulan( kios-kios) yang ada di desa<\/p>\n\n\n\n
Sistim simpan pinjam bisa diterapkan oleh pengurus Bumdes. Pedagang Amba Ncai dan kios-kios di jadikan rekan kerja dalam membangun visi misi BUMDES. Bentuk tim khusus yang bertugas tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Pemilik modal dengan bunga tinggi mencapai 20-25% selama 25 hari kerja. Mereka berjualan hanya untuk bayar utang harian.<\/p>\n\n\n\n
Ini tidak saja terjadi di Amba Ncai Samili. Di Amban Ncai desa Kalampapun terjadi hal serupa.<\/p>\n\n\n\n
\\\"Bumdes bisa menerapkan 5 % kenapa tidak?\\\"<\/p>\n\n\n\n
Rahmawati AB, kader Pekka Bima, NTB<\/p>\n","post_title":"Pasar Jalan (Amba Ncai) Samili","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pasar-jalan-amba-ncai-samili","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-09 03:01:14","post_modified_gmt":"2021-02-09 03:01:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pasar-jalan-amba-ncai-samili\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};