Skip to content
\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nHari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nBerharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nHari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSemangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nTanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\n Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nPenulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSetelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSetelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nPenulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nKendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nDan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nHari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSetelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSetelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSaya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nDan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nDengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak\nsemua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan\napa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja\nsejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan\nsembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah\nselesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung\nmelaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW\n01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.<\/p>\n\n\n\n
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nPada tanggal 22 Mei 2020 saya berangkat ke Kantor Desa\nBatununggal dengan tujuan untuk minta ijin pada Bapak Dudung Iskandar sebagai\nKepala Desa guna melakukan Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid-19\npada warga masyarakat dan secara kebetulan ketemu juga dengan Ketua RT 06 Bapak\nRahman Hermansyah juga Bapak RW 01 Bapak Babas Bastian serta Bapak Kadus\nBatununggul Bapak Solihin jadi lengkap, saya minta ijin pada mereka sebagai\npemimpin lalu saya memberikan Surat Tugas dari Yayasan PEKKA untuk wilayah\npemantauan. Secara kebetulan juga pada saat itu di Desa Batununggal sedang\ndilakukan pemberian bantuan sosial dana Covid-19 dari Kementrian Sosial yang\ndilaksanakan oleh Petugas Kantor Pos Kecamatan Cibadak pada warga dengan nilai\nuang sebesar Rp. 600.000,- \/jiwa penerima bukan per KK ternyata karena saya\nmerasa gayung bersambut pas sekali pertama kali awalnya hanya minta ijin\nternyata bisa langsung melaksanakan tugas sebagai Pemantau dan Enumerator.<\/p>\n\n\n\n
Dengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak\nsemua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan\napa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja\nsejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan\nsembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah\nselesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung\nmelaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW\n01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.<\/p>\n\n\n\n
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nHari ke 2 saya mendapat surat dari Kepala Desa Batununggal\nuntuk menghadiri kegiatan pembagian insentif dan tidak boleh diwakilkan lalu\nsaya minta ijin ke faslap boleh tidak agak terlambat untuk mengikuti pelatihan\ntapi berhubung belum ada jawaban hingga jam 07.30, maka saya pun berangkat\nkembali ke rumah Bu Euis. Dan langsung mengikuti pelatihan tanpa dibantu oleh\nIlham karena sudah lancar dan bisa membuka aplikasi Zoom Metting dengan lancar.\nKegiatan hari ke 2 sampai jam 16.30. Baru selesai dan saya pun sampai ke rumah\nhingga jam 17.45 WIB.<\/p>\n\n\n\n
Pada tanggal 22 Mei 2020 saya berangkat ke Kantor Desa\nBatununggal dengan tujuan untuk minta ijin pada Bapak Dudung Iskandar sebagai\nKepala Desa guna melakukan Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid-19\npada warga masyarakat dan secara kebetulan ketemu juga dengan Ketua RT 06 Bapak\nRahman Hermansyah juga Bapak RW 01 Bapak Babas Bastian serta Bapak Kadus\nBatununggul Bapak Solihin jadi lengkap, saya minta ijin pada mereka sebagai\npemimpin lalu saya memberikan Surat Tugas dari Yayasan PEKKA untuk wilayah\npemantauan. Secara kebetulan juga pada saat itu di Desa Batununggal sedang\ndilakukan pemberian bantuan sosial dana Covid-19 dari Kementrian Sosial yang\ndilaksanakan oleh Petugas Kantor Pos Kecamatan Cibadak pada warga dengan nilai\nuang sebesar Rp. 600.000,- \/jiwa penerima bukan per KK ternyata karena saya\nmerasa gayung bersambut pas sekali pertama kali awalnya hanya minta ijin\nternyata bisa langsung melaksanakan tugas sebagai Pemantau dan Enumerator.<\/p>\n\n\n\n
Dengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak\nsemua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan\napa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja\nsejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan\nsembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah\nselesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung\nmelaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW\n01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.<\/p>\n\n\n\n
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSetelah Maghrib sekitar jam 18.30 WIB sambil santai\nistirahat ngobrol dengan suamiku karena bertanya sedang kegiatan apa hingga\npulang dalam kondisi basah kuyup juga hingga sore, lalu saya jelaskan apa yang\nsedang dikerjakan dan sekaligus melakukan pendataan yang pertama dan suamiku\npun paham dan mengerti serta mendukung kegiatan ini. Setelah selesai walaupun\nmasih dalam kondisi cuaca hujan saya mendatangi rumah Ibu Mertua dan adik\niparku karena kebetulan berdekatan hanya 2, 5 M berjarak dari rumahku.<\/p>\n\n\n\n
Hari ke 2 saya mendapat surat dari Kepala Desa Batununggal\nuntuk menghadiri kegiatan pembagian insentif dan tidak boleh diwakilkan lalu\nsaya minta ijin ke faslap boleh tidak agak terlambat untuk mengikuti pelatihan\ntapi berhubung belum ada jawaban hingga jam 07.30, maka saya pun berangkat\nkembali ke rumah Bu Euis. Dan langsung mengikuti pelatihan tanpa dibantu oleh\nIlham karena sudah lancar dan bisa membuka aplikasi Zoom Metting dengan lancar.\nKegiatan hari ke 2 sampai jam 16.30. Baru selesai dan saya pun sampai ke rumah\nhingga jam 17.45 WIB.<\/p>\n\n\n\n
Pada tanggal 22 Mei 2020 saya berangkat ke Kantor Desa\nBatununggal dengan tujuan untuk minta ijin pada Bapak Dudung Iskandar sebagai\nKepala Desa guna melakukan Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid-19\npada warga masyarakat dan secara kebetulan ketemu juga dengan Ketua RT 06 Bapak\nRahman Hermansyah juga Bapak RW 01 Bapak Babas Bastian serta Bapak Kadus\nBatununggul Bapak Solihin jadi lengkap, saya minta ijin pada mereka sebagai\npemimpin lalu saya memberikan Surat Tugas dari Yayasan PEKKA untuk wilayah\npemantauan. Secara kebetulan juga pada saat itu di Desa Batununggal sedang\ndilakukan pemberian bantuan sosial dana Covid-19 dari Kementrian Sosial yang\ndilaksanakan oleh Petugas Kantor Pos Kecamatan Cibadak pada warga dengan nilai\nuang sebesar Rp. 600.000,- \/jiwa penerima bukan per KK ternyata karena saya\nmerasa gayung bersambut pas sekali pertama kali awalnya hanya minta ijin\nternyata bisa langsung melaksanakan tugas sebagai Pemantau dan Enumerator.<\/p>\n\n\n\n
Dengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak\nsemua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan\napa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja\nsejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan\nsembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah\nselesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung\nmelaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW\n01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.<\/p>\n\n\n\n
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSetelah lancar kemudian kita mengikuti pelatihan walaupun\ndalam kondisi puasa kita tetap semangat mengikuti arahan dari para narasumber\nhingga jam 15.15 WIB selesai hari pertama dan kami dibekali Kuesioner Data\nPekka Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid - 19. Untuk bahan kami\nberlatih dan mencoba melakukan tugas awal sebagai Petugas Pendataan. Jam 15.30\nsaya pulang walau pun dalam cuaca hujan besar bahkan kadang ada petir kembali\nke rumah dan ternyata waktu perjalanan pulang macet lebih parah dan jam 16.30\nWIB saya baru sampai ke rumah dalam keadaan basah kuyup seluruh badanku agar\ntidak sakit lalu langsung mandi dengan air hangat shalat Asyar kemudian masak\nuntuk makan berbuka puasa bersama suamiku. <\/p>\n\n\n\n
Setelah Maghrib sekitar jam 18.30 WIB sambil santai\nistirahat ngobrol dengan suamiku karena bertanya sedang kegiatan apa hingga\npulang dalam kondisi basah kuyup juga hingga sore, lalu saya jelaskan apa yang\nsedang dikerjakan dan sekaligus melakukan pendataan yang pertama dan suamiku\npun paham dan mengerti serta mendukung kegiatan ini. Setelah selesai walaupun\nmasih dalam kondisi cuaca hujan saya mendatangi rumah Ibu Mertua dan adik\niparku karena kebetulan berdekatan hanya 2, 5 M berjarak dari rumahku.<\/p>\n\n\n\n
Hari ke 2 saya mendapat surat dari Kepala Desa Batununggal\nuntuk menghadiri kegiatan pembagian insentif dan tidak boleh diwakilkan lalu\nsaya minta ijin ke faslap boleh tidak agak terlambat untuk mengikuti pelatihan\ntapi berhubung belum ada jawaban hingga jam 07.30, maka saya pun berangkat\nkembali ke rumah Bu Euis. Dan langsung mengikuti pelatihan tanpa dibantu oleh\nIlham karena sudah lancar dan bisa membuka aplikasi Zoom Metting dengan lancar.\nKegiatan hari ke 2 sampai jam 16.30. Baru selesai dan saya pun sampai ke rumah\nhingga jam 17.45 WIB.<\/p>\n\n\n\n
Pada tanggal 22 Mei 2020 saya berangkat ke Kantor Desa\nBatununggal dengan tujuan untuk minta ijin pada Bapak Dudung Iskandar sebagai\nKepala Desa guna melakukan Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid-19\npada warga masyarakat dan secara kebetulan ketemu juga dengan Ketua RT 06 Bapak\nRahman Hermansyah juga Bapak RW 01 Bapak Babas Bastian serta Bapak Kadus\nBatununggul Bapak Solihin jadi lengkap, saya minta ijin pada mereka sebagai\npemimpin lalu saya memberikan Surat Tugas dari Yayasan PEKKA untuk wilayah\npemantauan. Secara kebetulan juga pada saat itu di Desa Batununggal sedang\ndilakukan pemberian bantuan sosial dana Covid-19 dari Kementrian Sosial yang\ndilaksanakan oleh Petugas Kantor Pos Kecamatan Cibadak pada warga dengan nilai\nuang sebesar Rp. 600.000,- \/jiwa penerima bukan per KK ternyata karena saya\nmerasa gayung bersambut pas sekali pertama kali awalnya hanya minta ijin\nternyata bisa langsung melaksanakan tugas sebagai Pemantau dan Enumerator.<\/p>\n\n\n\n
Dengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak\nsemua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan\napa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja\nsejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan\nsembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah\nselesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung\nmelaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW\n01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.<\/p>\n\n\n\n
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSaya pun ragu kok jauh juga ya ini tukang ojeg membawa saya\ndan ternyata rumah Bu Euis yang dituju salah, ini mah ternyata rumah Bu Euis\nGuru Madrasah. Akhirnya balik lagi dan kebetulan bertemu dengan Bu Damaris\nAlumni Akademia Paradigta yang lagi nunggu tukang sayur lalu saya bertanya\nrumah Bu Euis di mana dan dikasih tahu dengan jelas posisi lokasinya\nakhirnya masuk gang dan sampai juga ke\nrumahnya sekitar jam 08.45 WIB dan langsung buka handphone dengan dibantu Ilham\nanaknya Bu Euis. Kita berdua memulai belajar bagaimana tata cara membuka\naplikasi Zoom agar tidak gaptek. <\/p>\n\n\n\n
Setelah lancar kemudian kita mengikuti pelatihan walaupun\ndalam kondisi puasa kita tetap semangat mengikuti arahan dari para narasumber\nhingga jam 15.15 WIB selesai hari pertama dan kami dibekali Kuesioner Data\nPekka Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid - 19. Untuk bahan kami\nberlatih dan mencoba melakukan tugas awal sebagai Petugas Pendataan. Jam 15.30\nsaya pulang walau pun dalam cuaca hujan besar bahkan kadang ada petir kembali\nke rumah dan ternyata waktu perjalanan pulang macet lebih parah dan jam 16.30\nWIB saya baru sampai ke rumah dalam keadaan basah kuyup seluruh badanku agar\ntidak sakit lalu langsung mandi dengan air hangat shalat Asyar kemudian masak\nuntuk makan berbuka puasa bersama suamiku. <\/p>\n\n\n\n
Setelah Maghrib sekitar jam 18.30 WIB sambil santai\nistirahat ngobrol dengan suamiku karena bertanya sedang kegiatan apa hingga\npulang dalam kondisi basah kuyup juga hingga sore, lalu saya jelaskan apa yang\nsedang dikerjakan dan sekaligus melakukan pendataan yang pertama dan suamiku\npun paham dan mengerti serta mendukung kegiatan ini. Setelah selesai walaupun\nmasih dalam kondisi cuaca hujan saya mendatangi rumah Ibu Mertua dan adik\niparku karena kebetulan berdekatan hanya 2, 5 M berjarak dari rumahku.<\/p>\n\n\n\n
Hari ke 2 saya mendapat surat dari Kepala Desa Batununggal\nuntuk menghadiri kegiatan pembagian insentif dan tidak boleh diwakilkan lalu\nsaya minta ijin ke faslap boleh tidak agak terlambat untuk mengikuti pelatihan\ntapi berhubung belum ada jawaban hingga jam 07.30, maka saya pun berangkat\nkembali ke rumah Bu Euis. Dan langsung mengikuti pelatihan tanpa dibantu oleh\nIlham karena sudah lancar dan bisa membuka aplikasi Zoom Metting dengan lancar.\nKegiatan hari ke 2 sampai jam 16.30. Baru selesai dan saya pun sampai ke rumah\nhingga jam 17.45 WIB.<\/p>\n\n\n\n
Pada tanggal 22 Mei 2020 saya berangkat ke Kantor Desa\nBatununggal dengan tujuan untuk minta ijin pada Bapak Dudung Iskandar sebagai\nKepala Desa guna melakukan Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid-19\npada warga masyarakat dan secara kebetulan ketemu juga dengan Ketua RT 06 Bapak\nRahman Hermansyah juga Bapak RW 01 Bapak Babas Bastian serta Bapak Kadus\nBatununggul Bapak Solihin jadi lengkap, saya minta ijin pada mereka sebagai\npemimpin lalu saya memberikan Surat Tugas dari Yayasan PEKKA untuk wilayah\npemantauan. Secara kebetulan juga pada saat itu di Desa Batununggal sedang\ndilakukan pemberian bantuan sosial dana Covid-19 dari Kementrian Sosial yang\ndilaksanakan oleh Petugas Kantor Pos Kecamatan Cibadak pada warga dengan nilai\nuang sebesar Rp. 600.000,- \/jiwa penerima bukan per KK ternyata karena saya\nmerasa gayung bersambut pas sekali pertama kali awalnya hanya minta ijin\nternyata bisa langsung melaksanakan tugas sebagai Pemantau dan Enumerator.<\/p>\n\n\n\n
Dengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak\nsemua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan\napa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja\nsejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan\nsembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah\nselesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung\nmelaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW\n01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.<\/p>\n\n\n\n
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nBerangkat dari rumah jam 06.30 WIB walaupun acara Zoom meeting akan dimulai jam 08.00 WIB, sebab perjalanan dari rumah saya ke rumah Bu Euis cukup jauh harus 2 kali naik kendaraan dan yang pertama saya naik mobil angkutan umum dan ternyata macet ketika mau melewati Pasar Cibadak hampir 1,5 jam lamanya jadi jam 08.00 WIB masih di mobil. setelah lewat pasar lalu saya naik motor ojeg menuju rumah Bu Euis berhubung saya belum pernah ke rumah Bu Euis akhirnya nyasar lewat hingga daerah Perkebunan Karet Malinggut. <\/p>\n\n\n\n
Saya pun ragu kok jauh juga ya ini tukang ojeg membawa saya\ndan ternyata rumah Bu Euis yang dituju salah, ini mah ternyata rumah Bu Euis\nGuru Madrasah. Akhirnya balik lagi dan kebetulan bertemu dengan Bu Damaris\nAlumni Akademia Paradigta yang lagi nunggu tukang sayur lalu saya bertanya\nrumah Bu Euis di mana dan dikasih tahu dengan jelas posisi lokasinya\nakhirnya masuk gang dan sampai juga ke\nrumahnya sekitar jam 08.45 WIB dan langsung buka handphone dengan dibantu Ilham\nanaknya Bu Euis. Kita berdua memulai belajar bagaimana tata cara membuka\naplikasi Zoom agar tidak gaptek. <\/p>\n\n\n\n
Setelah lancar kemudian kita mengikuti pelatihan walaupun\ndalam kondisi puasa kita tetap semangat mengikuti arahan dari para narasumber\nhingga jam 15.15 WIB selesai hari pertama dan kami dibekali Kuesioner Data\nPekka Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid - 19. Untuk bahan kami\nberlatih dan mencoba melakukan tugas awal sebagai Petugas Pendataan. Jam 15.30\nsaya pulang walau pun dalam cuaca hujan besar bahkan kadang ada petir kembali\nke rumah dan ternyata waktu perjalanan pulang macet lebih parah dan jam 16.30\nWIB saya baru sampai ke rumah dalam keadaan basah kuyup seluruh badanku agar\ntidak sakit lalu langsung mandi dengan air hangat shalat Asyar kemudian masak\nuntuk makan berbuka puasa bersama suamiku. <\/p>\n\n\n\n
Setelah Maghrib sekitar jam 18.30 WIB sambil santai\nistirahat ngobrol dengan suamiku karena bertanya sedang kegiatan apa hingga\npulang dalam kondisi basah kuyup juga hingga sore, lalu saya jelaskan apa yang\nsedang dikerjakan dan sekaligus melakukan pendataan yang pertama dan suamiku\npun paham dan mengerti serta mendukung kegiatan ini. Setelah selesai walaupun\nmasih dalam kondisi cuaca hujan saya mendatangi rumah Ibu Mertua dan adik\niparku karena kebetulan berdekatan hanya 2, 5 M berjarak dari rumahku.<\/p>\n\n\n\n
Hari ke 2 saya mendapat surat dari Kepala Desa Batununggal\nuntuk menghadiri kegiatan pembagian insentif dan tidak boleh diwakilkan lalu\nsaya minta ijin ke faslap boleh tidak agak terlambat untuk mengikuti pelatihan\ntapi berhubung belum ada jawaban hingga jam 07.30, maka saya pun berangkat\nkembali ke rumah Bu Euis. Dan langsung mengikuti pelatihan tanpa dibantu oleh\nIlham karena sudah lancar dan bisa membuka aplikasi Zoom Metting dengan lancar.\nKegiatan hari ke 2 sampai jam 16.30. Baru selesai dan saya pun sampai ke rumah\nhingga jam 17.45 WIB.<\/p>\n\n\n\n
Pada tanggal 22 Mei 2020 saya berangkat ke Kantor Desa\nBatununggal dengan tujuan untuk minta ijin pada Bapak Dudung Iskandar sebagai\nKepala Desa guna melakukan Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid-19\npada warga masyarakat dan secara kebetulan ketemu juga dengan Ketua RT 06 Bapak\nRahman Hermansyah juga Bapak RW 01 Bapak Babas Bastian serta Bapak Kadus\nBatununggul Bapak Solihin jadi lengkap, saya minta ijin pada mereka sebagai\npemimpin lalu saya memberikan Surat Tugas dari Yayasan PEKKA untuk wilayah\npemantauan. Secara kebetulan juga pada saat itu di Desa Batununggal sedang\ndilakukan pemberian bantuan sosial dana Covid-19 dari Kementrian Sosial yang\ndilaksanakan oleh Petugas Kantor Pos Kecamatan Cibadak pada warga dengan nilai\nuang sebesar Rp. 600.000,- \/jiwa penerima bukan per KK ternyata karena saya\nmerasa gayung bersambut pas sekali pertama kali awalnya hanya minta ijin\nternyata bisa langsung melaksanakan tugas sebagai Pemantau dan Enumerator.<\/p>\n\n\n\n
Dengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak\nsemua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan\napa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja\nsejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan\nsembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah\nselesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung\nmelaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW\n01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.<\/p>\n\n\n\n
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nNamaku Laela Agustiah, lahir pada 17 Agustus 1969 dari Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak, Kab. Sukabumi. Pada 15 Mei 2020 saya ditunjuk oleh Yayasan PEKKA untuk mengikuti kegiatan pelatihan enumerator selama 2 hari mulai 18-19 Mei 2020 bersama Ibu Euis Ketua Serikat Pekka Sukabumi. Kami mewakili Sukabumi dan kebetulan saya juga selaku Dewan Pengawas Serikat Pekka Sukabumi juga sebagai Ketua Kelompok Pekka Kartini. Awalnya saya ragu dan tidak tahu apa itu enumerator, dan setelah dijelaskan oleh faslap Mbak Dian baru saya paham yaitu sebagai petugas pendataan. Dan saya pun mengikuti kegiatan pelatihan tersebut selama 2 hari di rumah Ibu Euis Haryati. <\/p>\n\n\n\n
Berangkat dari rumah jam 06.30 WIB walaupun acara Zoom meeting akan dimulai jam 08.00 WIB, sebab perjalanan dari rumah saya ke rumah Bu Euis cukup jauh harus 2 kali naik kendaraan dan yang pertama saya naik mobil angkutan umum dan ternyata macet ketika mau melewati Pasar Cibadak hampir 1,5 jam lamanya jadi jam 08.00 WIB masih di mobil. setelah lewat pasar lalu saya naik motor ojeg menuju rumah Bu Euis berhubung saya belum pernah ke rumah Bu Euis akhirnya nyasar lewat hingga daerah Perkebunan Karet Malinggut. <\/p>\n\n\n\n
Saya pun ragu kok jauh juga ya ini tukang ojeg membawa saya\ndan ternyata rumah Bu Euis yang dituju salah, ini mah ternyata rumah Bu Euis\nGuru Madrasah. Akhirnya balik lagi dan kebetulan bertemu dengan Bu Damaris\nAlumni Akademia Paradigta yang lagi nunggu tukang sayur lalu saya bertanya\nrumah Bu Euis di mana dan dikasih tahu dengan jelas posisi lokasinya\nakhirnya masuk gang dan sampai juga ke\nrumahnya sekitar jam 08.45 WIB dan langsung buka handphone dengan dibantu Ilham\nanaknya Bu Euis. Kita berdua memulai belajar bagaimana tata cara membuka\naplikasi Zoom agar tidak gaptek. <\/p>\n\n\n\n
Setelah lancar kemudian kita mengikuti pelatihan walaupun\ndalam kondisi puasa kita tetap semangat mengikuti arahan dari para narasumber\nhingga jam 15.15 WIB selesai hari pertama dan kami dibekali Kuesioner Data\nPekka Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid - 19. Untuk bahan kami\nberlatih dan mencoba melakukan tugas awal sebagai Petugas Pendataan. Jam 15.30\nsaya pulang walau pun dalam cuaca hujan besar bahkan kadang ada petir kembali\nke rumah dan ternyata waktu perjalanan pulang macet lebih parah dan jam 16.30\nWIB saya baru sampai ke rumah dalam keadaan basah kuyup seluruh badanku agar\ntidak sakit lalu langsung mandi dengan air hangat shalat Asyar kemudian masak\nuntuk makan berbuka puasa bersama suamiku. <\/p>\n\n\n\n
Setelah Maghrib sekitar jam 18.30 WIB sambil santai\nistirahat ngobrol dengan suamiku karena bertanya sedang kegiatan apa hingga\npulang dalam kondisi basah kuyup juga hingga sore, lalu saya jelaskan apa yang\nsedang dikerjakan dan sekaligus melakukan pendataan yang pertama dan suamiku\npun paham dan mengerti serta mendukung kegiatan ini. Setelah selesai walaupun\nmasih dalam kondisi cuaca hujan saya mendatangi rumah Ibu Mertua dan adik\niparku karena kebetulan berdekatan hanya 2, 5 M berjarak dari rumahku.<\/p>\n\n\n\n
Hari ke 2 saya mendapat surat dari Kepala Desa Batununggal\nuntuk menghadiri kegiatan pembagian insentif dan tidak boleh diwakilkan lalu\nsaya minta ijin ke faslap boleh tidak agak terlambat untuk mengikuti pelatihan\ntapi berhubung belum ada jawaban hingga jam 07.30, maka saya pun berangkat\nkembali ke rumah Bu Euis. Dan langsung mengikuti pelatihan tanpa dibantu oleh\nIlham karena sudah lancar dan bisa membuka aplikasi Zoom Metting dengan lancar.\nKegiatan hari ke 2 sampai jam 16.30. Baru selesai dan saya pun sampai ke rumah\nhingga jam 17.45 WIB.<\/p>\n\n\n\n
Pada tanggal 22 Mei 2020 saya berangkat ke Kantor Desa\nBatununggal dengan tujuan untuk minta ijin pada Bapak Dudung Iskandar sebagai\nKepala Desa guna melakukan Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid-19\npada warga masyarakat dan secara kebetulan ketemu juga dengan Ketua RT 06 Bapak\nRahman Hermansyah juga Bapak RW 01 Bapak Babas Bastian serta Bapak Kadus\nBatununggul Bapak Solihin jadi lengkap, saya minta ijin pada mereka sebagai\npemimpin lalu saya memberikan Surat Tugas dari Yayasan PEKKA untuk wilayah\npemantauan. Secara kebetulan juga pada saat itu di Desa Batununggal sedang\ndilakukan pemberian bantuan sosial dana Covid-19 dari Kementrian Sosial yang\ndilaksanakan oleh Petugas Kantor Pos Kecamatan Cibadak pada warga dengan nilai\nuang sebesar Rp. 600.000,- \/jiwa penerima bukan per KK ternyata karena saya\nmerasa gayung bersambut pas sekali pertama kali awalnya hanya minta ijin\nternyata bisa langsung melaksanakan tugas sebagai Pemantau dan Enumerator.<\/p>\n\n\n\n
Dengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak\nsemua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan\napa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja\nsejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan\nsembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah\nselesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung\nmelaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW\n01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.<\/p>\n\n\n\n
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\n<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan Bansos","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-bansos","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:51:54","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=357","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":354,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:37:12","post_date_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content":"\n
Namaku Laela Agustiah, lahir pada 17 Agustus 1969 dari Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak, Kab. Sukabumi. Pada 15 Mei 2020 saya ditunjuk oleh Yayasan PEKKA untuk mengikuti kegiatan pelatihan enumerator selama 2 hari mulai 18-19 Mei 2020 bersama Ibu Euis Ketua Serikat Pekka Sukabumi. Kami mewakili Sukabumi dan kebetulan saya juga selaku Dewan Pengawas Serikat Pekka Sukabumi juga sebagai Ketua Kelompok Pekka Kartini. Awalnya saya ragu dan tidak tahu apa itu enumerator, dan setelah dijelaskan oleh faslap Mbak Dian baru saya paham yaitu sebagai petugas pendataan. Dan saya pun mengikuti kegiatan pelatihan tersebut selama 2 hari di rumah Ibu Euis Haryati. <\/p>\n\n\n\n
Berangkat dari rumah jam 06.30 WIB walaupun acara Zoom meeting akan dimulai jam 08.00 WIB, sebab perjalanan dari rumah saya ke rumah Bu Euis cukup jauh harus 2 kali naik kendaraan dan yang pertama saya naik mobil angkutan umum dan ternyata macet ketika mau melewati Pasar Cibadak hampir 1,5 jam lamanya jadi jam 08.00 WIB masih di mobil. setelah lewat pasar lalu saya naik motor ojeg menuju rumah Bu Euis berhubung saya belum pernah ke rumah Bu Euis akhirnya nyasar lewat hingga daerah Perkebunan Karet Malinggut. <\/p>\n\n\n\n
Saya pun ragu kok jauh juga ya ini tukang ojeg membawa saya\ndan ternyata rumah Bu Euis yang dituju salah, ini mah ternyata rumah Bu Euis\nGuru Madrasah. Akhirnya balik lagi dan kebetulan bertemu dengan Bu Damaris\nAlumni Akademia Paradigta yang lagi nunggu tukang sayur lalu saya bertanya\nrumah Bu Euis di mana dan dikasih tahu dengan jelas posisi lokasinya\nakhirnya masuk gang dan sampai juga ke\nrumahnya sekitar jam 08.45 WIB dan langsung buka handphone dengan dibantu Ilham\nanaknya Bu Euis. Kita berdua memulai belajar bagaimana tata cara membuka\naplikasi Zoom agar tidak gaptek. <\/p>\n\n\n\n
Setelah lancar kemudian kita mengikuti pelatihan walaupun\ndalam kondisi puasa kita tetap semangat mengikuti arahan dari para narasumber\nhingga jam 15.15 WIB selesai hari pertama dan kami dibekali Kuesioner Data\nPekka Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid - 19. Untuk bahan kami\nberlatih dan mencoba melakukan tugas awal sebagai Petugas Pendataan. Jam 15.30\nsaya pulang walau pun dalam cuaca hujan besar bahkan kadang ada petir kembali\nke rumah dan ternyata waktu perjalanan pulang macet lebih parah dan jam 16.30\nWIB saya baru sampai ke rumah dalam keadaan basah kuyup seluruh badanku agar\ntidak sakit lalu langsung mandi dengan air hangat shalat Asyar kemudian masak\nuntuk makan berbuka puasa bersama suamiku. <\/p>\n\n\n\n
Setelah Maghrib sekitar jam 18.30 WIB sambil santai\nistirahat ngobrol dengan suamiku karena bertanya sedang kegiatan apa hingga\npulang dalam kondisi basah kuyup juga hingga sore, lalu saya jelaskan apa yang\nsedang dikerjakan dan sekaligus melakukan pendataan yang pertama dan suamiku\npun paham dan mengerti serta mendukung kegiatan ini. Setelah selesai walaupun\nmasih dalam kondisi cuaca hujan saya mendatangi rumah Ibu Mertua dan adik\niparku karena kebetulan berdekatan hanya 2, 5 M berjarak dari rumahku.<\/p>\n\n\n\n
Hari ke 2 saya mendapat surat dari Kepala Desa Batununggal\nuntuk menghadiri kegiatan pembagian insentif dan tidak boleh diwakilkan lalu\nsaya minta ijin ke faslap boleh tidak agak terlambat untuk mengikuti pelatihan\ntapi berhubung belum ada jawaban hingga jam 07.30, maka saya pun berangkat\nkembali ke rumah Bu Euis. Dan langsung mengikuti pelatihan tanpa dibantu oleh\nIlham karena sudah lancar dan bisa membuka aplikasi Zoom Metting dengan lancar.\nKegiatan hari ke 2 sampai jam 16.30. Baru selesai dan saya pun sampai ke rumah\nhingga jam 17.45 WIB.<\/p>\n\n\n\n
Pada tanggal 22 Mei 2020 saya berangkat ke Kantor Desa\nBatununggal dengan tujuan untuk minta ijin pada Bapak Dudung Iskandar sebagai\nKepala Desa guna melakukan Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid-19\npada warga masyarakat dan secara kebetulan ketemu juga dengan Ketua RT 06 Bapak\nRahman Hermansyah juga Bapak RW 01 Bapak Babas Bastian serta Bapak Kadus\nBatununggul Bapak Solihin jadi lengkap, saya minta ijin pada mereka sebagai\npemimpin lalu saya memberikan Surat Tugas dari Yayasan PEKKA untuk wilayah\npemantauan. Secara kebetulan juga pada saat itu di Desa Batununggal sedang\ndilakukan pemberian bantuan sosial dana Covid-19 dari Kementrian Sosial yang\ndilaksanakan oleh Petugas Kantor Pos Kecamatan Cibadak pada warga dengan nilai\nuang sebesar Rp. 600.000,- \/jiwa penerima bukan per KK ternyata karena saya\nmerasa gayung bersambut pas sekali pertama kali awalnya hanya minta ijin\nternyata bisa langsung melaksanakan tugas sebagai Pemantau dan Enumerator.<\/p>\n\n\n\n
Dengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak\nsemua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan\napa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja\nsejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan\nsembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah\nselesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung\nmelaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW\n01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.<\/p>\n\n\n\n
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nMungkin itu penyebab mereka keberatan untuk didata dari Ketua RT aku mendapat jawaban kenapa mereka keberatan didata selanjutnya aka meneruskan tugasku sampai selesai aku menyelesaikan tugasku sampai lima hari maklum daerah aku banyak hujan.\u00a0 Rata-rata warga menyambutku dengan beberapa pertanyaan tentang bantuan yang mereka sudah terima ada beberapa warga yang merasa seharusnya\u00a0 mereka menerima bantuan BLT Pusat tapi hanya mendapatkan bantuan APBD Provinsi yang mana jumlah tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Wah .... Aku hanya bisa menjelaskan seadanya biar mereka tenang dan menyadarkan mereka agar selalu bersyukur dengan apa yang sudah menjadi rezeki kita sendiri. Alhamdulillah\u00a0 akhirnya selesai juga menjalankan tugas aku sebagai Enumerator Data untuk Yayasa PEKKA dengan segala kerendahan hati aku ucapkan terima kasih. <\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan Bansos","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-bansos","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:51:54","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=357","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":354,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:37:12","post_date_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content":"\n
Namaku Laela Agustiah, lahir pada 17 Agustus 1969 dari Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak, Kab. Sukabumi. Pada 15 Mei 2020 saya ditunjuk oleh Yayasan PEKKA untuk mengikuti kegiatan pelatihan enumerator selama 2 hari mulai 18-19 Mei 2020 bersama Ibu Euis Ketua Serikat Pekka Sukabumi. Kami mewakili Sukabumi dan kebetulan saya juga selaku Dewan Pengawas Serikat Pekka Sukabumi juga sebagai Ketua Kelompok Pekka Kartini. Awalnya saya ragu dan tidak tahu apa itu enumerator, dan setelah dijelaskan oleh faslap Mbak Dian baru saya paham yaitu sebagai petugas pendataan. Dan saya pun mengikuti kegiatan pelatihan tersebut selama 2 hari di rumah Ibu Euis Haryati. <\/p>\n\n\n\n
Berangkat dari rumah jam 06.30 WIB walaupun acara Zoom meeting akan dimulai jam 08.00 WIB, sebab perjalanan dari rumah saya ke rumah Bu Euis cukup jauh harus 2 kali naik kendaraan dan yang pertama saya naik mobil angkutan umum dan ternyata macet ketika mau melewati Pasar Cibadak hampir 1,5 jam lamanya jadi jam 08.00 WIB masih di mobil. setelah lewat pasar lalu saya naik motor ojeg menuju rumah Bu Euis berhubung saya belum pernah ke rumah Bu Euis akhirnya nyasar lewat hingga daerah Perkebunan Karet Malinggut. <\/p>\n\n\n\n
Saya pun ragu kok jauh juga ya ini tukang ojeg membawa saya\ndan ternyata rumah Bu Euis yang dituju salah, ini mah ternyata rumah Bu Euis\nGuru Madrasah. Akhirnya balik lagi dan kebetulan bertemu dengan Bu Damaris\nAlumni Akademia Paradigta yang lagi nunggu tukang sayur lalu saya bertanya\nrumah Bu Euis di mana dan dikasih tahu dengan jelas posisi lokasinya\nakhirnya masuk gang dan sampai juga ke\nrumahnya sekitar jam 08.45 WIB dan langsung buka handphone dengan dibantu Ilham\nanaknya Bu Euis. Kita berdua memulai belajar bagaimana tata cara membuka\naplikasi Zoom agar tidak gaptek. <\/p>\n\n\n\n
Setelah lancar kemudian kita mengikuti pelatihan walaupun\ndalam kondisi puasa kita tetap semangat mengikuti arahan dari para narasumber\nhingga jam 15.15 WIB selesai hari pertama dan kami dibekali Kuesioner Data\nPekka Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid - 19. Untuk bahan kami\nberlatih dan mencoba melakukan tugas awal sebagai Petugas Pendataan. Jam 15.30\nsaya pulang walau pun dalam cuaca hujan besar bahkan kadang ada petir kembali\nke rumah dan ternyata waktu perjalanan pulang macet lebih parah dan jam 16.30\nWIB saya baru sampai ke rumah dalam keadaan basah kuyup seluruh badanku agar\ntidak sakit lalu langsung mandi dengan air hangat shalat Asyar kemudian masak\nuntuk makan berbuka puasa bersama suamiku. <\/p>\n\n\n\n
Setelah Maghrib sekitar jam 18.30 WIB sambil santai\nistirahat ngobrol dengan suamiku karena bertanya sedang kegiatan apa hingga\npulang dalam kondisi basah kuyup juga hingga sore, lalu saya jelaskan apa yang\nsedang dikerjakan dan sekaligus melakukan pendataan yang pertama dan suamiku\npun paham dan mengerti serta mendukung kegiatan ini. Setelah selesai walaupun\nmasih dalam kondisi cuaca hujan saya mendatangi rumah Ibu Mertua dan adik\niparku karena kebetulan berdekatan hanya 2, 5 M berjarak dari rumahku.<\/p>\n\n\n\n
Hari ke 2 saya mendapat surat dari Kepala Desa Batununggal\nuntuk menghadiri kegiatan pembagian insentif dan tidak boleh diwakilkan lalu\nsaya minta ijin ke faslap boleh tidak agak terlambat untuk mengikuti pelatihan\ntapi berhubung belum ada jawaban hingga jam 07.30, maka saya pun berangkat\nkembali ke rumah Bu Euis. Dan langsung mengikuti pelatihan tanpa dibantu oleh\nIlham karena sudah lancar dan bisa membuka aplikasi Zoom Metting dengan lancar.\nKegiatan hari ke 2 sampai jam 16.30. Baru selesai dan saya pun sampai ke rumah\nhingga jam 17.45 WIB.<\/p>\n\n\n\n
Pada tanggal 22 Mei 2020 saya berangkat ke Kantor Desa\nBatununggal dengan tujuan untuk minta ijin pada Bapak Dudung Iskandar sebagai\nKepala Desa guna melakukan Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid-19\npada warga masyarakat dan secara kebetulan ketemu juga dengan Ketua RT 06 Bapak\nRahman Hermansyah juga Bapak RW 01 Bapak Babas Bastian serta Bapak Kadus\nBatununggul Bapak Solihin jadi lengkap, saya minta ijin pada mereka sebagai\npemimpin lalu saya memberikan Surat Tugas dari Yayasan PEKKA untuk wilayah\npemantauan. Secara kebetulan juga pada saat itu di Desa Batununggal sedang\ndilakukan pemberian bantuan sosial dana Covid-19 dari Kementrian Sosial yang\ndilaksanakan oleh Petugas Kantor Pos Kecamatan Cibadak pada warga dengan nilai\nuang sebesar Rp. 600.000,- \/jiwa penerima bukan per KK ternyata karena saya\nmerasa gayung bersambut pas sekali pertama kali awalnya hanya minta ijin\nternyata bisa langsung melaksanakan tugas sebagai Pemantau dan Enumerator.<\/p>\n\n\n\n
Dengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak\nsemua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan\napa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja\nsejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan\nsembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah\nselesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung\nmelaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW\n01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.<\/p>\n\n\n\n
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nMulailah aku mendata warga dari rumah ke rumah ada berbagai\nmacam sambutan warga ada yang senang karena mengira akan ada lagi bantuan dan\nada juga yang bertanya untuk apalagi mendata kalau untuk bantuan lagi saya\nmenolak untuk didata. Namun aku mencoba menjelaskan secara rinci maksud dan\ntujuan aku untuk mendata warga tersebut. Bantulah dia mengerti walaupun masih\nada raut wajahnya yang murung. Akhirnya anaknya sendiri yang langsung menjadi\nnarasumber untuk warga tersebut. Setelah aku selesai mendata dari rumah warga\ntersebut aku langsung ketemu ketua RT untuk mencari jawaban dari warga yang\nsempat menolak untuk didata karena menurutku pasti ada sebabnya, menurut\njawaban Ketua RT adalah: Apalagi yang dia tidak puaskan dari bantuan yang dia\nterima, mereka itu sudah mendapatkan bantuan dobel ada yang dari Kemensos RI berupa BST , juga\nmereka terima dari APBD Provinsi , bahkan anaknya yang belum menikah dapat juga\nnamun karena hal tersebut Lurah memutuskan untuk memberikan kepada warga yang\nlain yang tidak terkaver namanya dan sudah menikah. <\/p>\n\n\n\n
Mungkin itu penyebab mereka keberatan untuk didata dari Ketua RT aku mendapat jawaban kenapa mereka keberatan didata selanjutnya aka meneruskan tugasku sampai selesai aku menyelesaikan tugasku sampai lima hari maklum daerah aku banyak hujan.\u00a0 Rata-rata warga menyambutku dengan beberapa pertanyaan tentang bantuan yang mereka sudah terima ada beberapa warga yang merasa seharusnya\u00a0 mereka menerima bantuan BLT Pusat tapi hanya mendapatkan bantuan APBD Provinsi yang mana jumlah tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Wah .... Aku hanya bisa menjelaskan seadanya biar mereka tenang dan menyadarkan mereka agar selalu bersyukur dengan apa yang sudah menjadi rezeki kita sendiri. Alhamdulillah\u00a0 akhirnya selesai juga menjalankan tugas aku sebagai Enumerator Data untuk Yayasa PEKKA dengan segala kerendahan hati aku ucapkan terima kasih. <\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan Bansos","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-bansos","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:51:54","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=357","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":354,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:37:12","post_date_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content":"\n
Namaku Laela Agustiah, lahir pada 17 Agustus 1969 dari Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak, Kab. Sukabumi. Pada 15 Mei 2020 saya ditunjuk oleh Yayasan PEKKA untuk mengikuti kegiatan pelatihan enumerator selama 2 hari mulai 18-19 Mei 2020 bersama Ibu Euis Ketua Serikat Pekka Sukabumi. Kami mewakili Sukabumi dan kebetulan saya juga selaku Dewan Pengawas Serikat Pekka Sukabumi juga sebagai Ketua Kelompok Pekka Kartini. Awalnya saya ragu dan tidak tahu apa itu enumerator, dan setelah dijelaskan oleh faslap Mbak Dian baru saya paham yaitu sebagai petugas pendataan. Dan saya pun mengikuti kegiatan pelatihan tersebut selama 2 hari di rumah Ibu Euis Haryati. <\/p>\n\n\n\n
Berangkat dari rumah jam 06.30 WIB walaupun acara Zoom meeting akan dimulai jam 08.00 WIB, sebab perjalanan dari rumah saya ke rumah Bu Euis cukup jauh harus 2 kali naik kendaraan dan yang pertama saya naik mobil angkutan umum dan ternyata macet ketika mau melewati Pasar Cibadak hampir 1,5 jam lamanya jadi jam 08.00 WIB masih di mobil. setelah lewat pasar lalu saya naik motor ojeg menuju rumah Bu Euis berhubung saya belum pernah ke rumah Bu Euis akhirnya nyasar lewat hingga daerah Perkebunan Karet Malinggut. <\/p>\n\n\n\n
Saya pun ragu kok jauh juga ya ini tukang ojeg membawa saya\ndan ternyata rumah Bu Euis yang dituju salah, ini mah ternyata rumah Bu Euis\nGuru Madrasah. Akhirnya balik lagi dan kebetulan bertemu dengan Bu Damaris\nAlumni Akademia Paradigta yang lagi nunggu tukang sayur lalu saya bertanya\nrumah Bu Euis di mana dan dikasih tahu dengan jelas posisi lokasinya\nakhirnya masuk gang dan sampai juga ke\nrumahnya sekitar jam 08.45 WIB dan langsung buka handphone dengan dibantu Ilham\nanaknya Bu Euis. Kita berdua memulai belajar bagaimana tata cara membuka\naplikasi Zoom agar tidak gaptek. <\/p>\n\n\n\n
Setelah lancar kemudian kita mengikuti pelatihan walaupun\ndalam kondisi puasa kita tetap semangat mengikuti arahan dari para narasumber\nhingga jam 15.15 WIB selesai hari pertama dan kami dibekali Kuesioner Data\nPekka Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid - 19. Untuk bahan kami\nberlatih dan mencoba melakukan tugas awal sebagai Petugas Pendataan. Jam 15.30\nsaya pulang walau pun dalam cuaca hujan besar bahkan kadang ada petir kembali\nke rumah dan ternyata waktu perjalanan pulang macet lebih parah dan jam 16.30\nWIB saya baru sampai ke rumah dalam keadaan basah kuyup seluruh badanku agar\ntidak sakit lalu langsung mandi dengan air hangat shalat Asyar kemudian masak\nuntuk makan berbuka puasa bersama suamiku. <\/p>\n\n\n\n
Setelah Maghrib sekitar jam 18.30 WIB sambil santai\nistirahat ngobrol dengan suamiku karena bertanya sedang kegiatan apa hingga\npulang dalam kondisi basah kuyup juga hingga sore, lalu saya jelaskan apa yang\nsedang dikerjakan dan sekaligus melakukan pendataan yang pertama dan suamiku\npun paham dan mengerti serta mendukung kegiatan ini. Setelah selesai walaupun\nmasih dalam kondisi cuaca hujan saya mendatangi rumah Ibu Mertua dan adik\niparku karena kebetulan berdekatan hanya 2, 5 M berjarak dari rumahku.<\/p>\n\n\n\n
Hari ke 2 saya mendapat surat dari Kepala Desa Batununggal\nuntuk menghadiri kegiatan pembagian insentif dan tidak boleh diwakilkan lalu\nsaya minta ijin ke faslap boleh tidak agak terlambat untuk mengikuti pelatihan\ntapi berhubung belum ada jawaban hingga jam 07.30, maka saya pun berangkat\nkembali ke rumah Bu Euis. Dan langsung mengikuti pelatihan tanpa dibantu oleh\nIlham karena sudah lancar dan bisa membuka aplikasi Zoom Metting dengan lancar.\nKegiatan hari ke 2 sampai jam 16.30. Baru selesai dan saya pun sampai ke rumah\nhingga jam 17.45 WIB.<\/p>\n\n\n\n
Pada tanggal 22 Mei 2020 saya berangkat ke Kantor Desa\nBatununggal dengan tujuan untuk minta ijin pada Bapak Dudung Iskandar sebagai\nKepala Desa guna melakukan Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid-19\npada warga masyarakat dan secara kebetulan ketemu juga dengan Ketua RT 06 Bapak\nRahman Hermansyah juga Bapak RW 01 Bapak Babas Bastian serta Bapak Kadus\nBatununggul Bapak Solihin jadi lengkap, saya minta ijin pada mereka sebagai\npemimpin lalu saya memberikan Surat Tugas dari Yayasan PEKKA untuk wilayah\npemantauan. Secara kebetulan juga pada saat itu di Desa Batununggal sedang\ndilakukan pemberian bantuan sosial dana Covid-19 dari Kementrian Sosial yang\ndilaksanakan oleh Petugas Kantor Pos Kecamatan Cibadak pada warga dengan nilai\nuang sebesar Rp. 600.000,- \/jiwa penerima bukan per KK ternyata karena saya\nmerasa gayung bersambut pas sekali pertama kali awalnya hanya minta ijin\nternyata bisa langsung melaksanakan tugas sebagai Pemantau dan Enumerator.<\/p>\n\n\n\n
Dengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak\nsemua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan\napa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja\nsejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan\nsembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah\nselesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung\nmelaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW\n01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.<\/p>\n\n\n\n
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nAlhamdulillah aku membawa surat permohonan izin pelaksanaan\nkegiatan pemantauan Bansos Covid-19 oleh Lurah langsung merespon kegiatan\ntersebut. Tepatnya pada tanggal 23 Mei 2020 aku mulai mendata warga Kelurahan Kaobula, Kec. Batupoaro, Kota\nBaubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Aku bertugas pada lingkungan RW 03 \/RT 01\nKel. Kaobula dengan jumlah Kepala Keluarga kurang lebih 60 KK namun yang aku\ndapat temui hanya sebanyak 54 kepala keluarga karena separuh ada yang sedang\nmerantau dan juga sudah pindah domisili. <\/p>\n\n\n\n
Mulailah aku mendata warga dari rumah ke rumah ada berbagai\nmacam sambutan warga ada yang senang karena mengira akan ada lagi bantuan dan\nada juga yang bertanya untuk apalagi mendata kalau untuk bantuan lagi saya\nmenolak untuk didata. Namun aku mencoba menjelaskan secara rinci maksud dan\ntujuan aku untuk mendata warga tersebut. Bantulah dia mengerti walaupun masih\nada raut wajahnya yang murung. Akhirnya anaknya sendiri yang langsung menjadi\nnarasumber untuk warga tersebut. Setelah aku selesai mendata dari rumah warga\ntersebut aku langsung ketemu ketua RT untuk mencari jawaban dari warga yang\nsempat menolak untuk didata karena menurutku pasti ada sebabnya, menurut\njawaban Ketua RT adalah: Apalagi yang dia tidak puaskan dari bantuan yang dia\nterima, mereka itu sudah mendapatkan bantuan dobel ada yang dari Kemensos RI berupa BST , juga\nmereka terima dari APBD Provinsi , bahkan anaknya yang belum menikah dapat juga\nnamun karena hal tersebut Lurah memutuskan untuk memberikan kepada warga yang\nlain yang tidak terkaver namanya dan sudah menikah. <\/p>\n\n\n\n
Mungkin itu penyebab mereka keberatan untuk didata dari Ketua RT aku mendapat jawaban kenapa mereka keberatan didata selanjutnya aka meneruskan tugasku sampai selesai aku menyelesaikan tugasku sampai lima hari maklum daerah aku banyak hujan.\u00a0 Rata-rata warga menyambutku dengan beberapa pertanyaan tentang bantuan yang mereka sudah terima ada beberapa warga yang merasa seharusnya\u00a0 mereka menerima bantuan BLT Pusat tapi hanya mendapatkan bantuan APBD Provinsi yang mana jumlah tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Wah .... Aku hanya bisa menjelaskan seadanya biar mereka tenang dan menyadarkan mereka agar selalu bersyukur dengan apa yang sudah menjadi rezeki kita sendiri. Alhamdulillah\u00a0 akhirnya selesai juga menjalankan tugas aku sebagai Enumerator Data untuk Yayasa PEKKA dengan segala kerendahan hati aku ucapkan terima kasih. <\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan Bansos","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-bansos","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:51:54","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=357","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":354,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:37:12","post_date_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content":"\n
Namaku Laela Agustiah, lahir pada 17 Agustus 1969 dari Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak, Kab. Sukabumi. Pada 15 Mei 2020 saya ditunjuk oleh Yayasan PEKKA untuk mengikuti kegiatan pelatihan enumerator selama 2 hari mulai 18-19 Mei 2020 bersama Ibu Euis Ketua Serikat Pekka Sukabumi. Kami mewakili Sukabumi dan kebetulan saya juga selaku Dewan Pengawas Serikat Pekka Sukabumi juga sebagai Ketua Kelompok Pekka Kartini. Awalnya saya ragu dan tidak tahu apa itu enumerator, dan setelah dijelaskan oleh faslap Mbak Dian baru saya paham yaitu sebagai petugas pendataan. Dan saya pun mengikuti kegiatan pelatihan tersebut selama 2 hari di rumah Ibu Euis Haryati. <\/p>\n\n\n\n
Berangkat dari rumah jam 06.30 WIB walaupun acara Zoom meeting akan dimulai jam 08.00 WIB, sebab perjalanan dari rumah saya ke rumah Bu Euis cukup jauh harus 2 kali naik kendaraan dan yang pertama saya naik mobil angkutan umum dan ternyata macet ketika mau melewati Pasar Cibadak hampir 1,5 jam lamanya jadi jam 08.00 WIB masih di mobil. setelah lewat pasar lalu saya naik motor ojeg menuju rumah Bu Euis berhubung saya belum pernah ke rumah Bu Euis akhirnya nyasar lewat hingga daerah Perkebunan Karet Malinggut. <\/p>\n\n\n\n
Saya pun ragu kok jauh juga ya ini tukang ojeg membawa saya\ndan ternyata rumah Bu Euis yang dituju salah, ini mah ternyata rumah Bu Euis\nGuru Madrasah. Akhirnya balik lagi dan kebetulan bertemu dengan Bu Damaris\nAlumni Akademia Paradigta yang lagi nunggu tukang sayur lalu saya bertanya\nrumah Bu Euis di mana dan dikasih tahu dengan jelas posisi lokasinya\nakhirnya masuk gang dan sampai juga ke\nrumahnya sekitar jam 08.45 WIB dan langsung buka handphone dengan dibantu Ilham\nanaknya Bu Euis. Kita berdua memulai belajar bagaimana tata cara membuka\naplikasi Zoom agar tidak gaptek. <\/p>\n\n\n\n
Setelah lancar kemudian kita mengikuti pelatihan walaupun\ndalam kondisi puasa kita tetap semangat mengikuti arahan dari para narasumber\nhingga jam 15.15 WIB selesai hari pertama dan kami dibekali Kuesioner Data\nPekka Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid - 19. Untuk bahan kami\nberlatih dan mencoba melakukan tugas awal sebagai Petugas Pendataan. Jam 15.30\nsaya pulang walau pun dalam cuaca hujan besar bahkan kadang ada petir kembali\nke rumah dan ternyata waktu perjalanan pulang macet lebih parah dan jam 16.30\nWIB saya baru sampai ke rumah dalam keadaan basah kuyup seluruh badanku agar\ntidak sakit lalu langsung mandi dengan air hangat shalat Asyar kemudian masak\nuntuk makan berbuka puasa bersama suamiku. <\/p>\n\n\n\n
Setelah Maghrib sekitar jam 18.30 WIB sambil santai\nistirahat ngobrol dengan suamiku karena bertanya sedang kegiatan apa hingga\npulang dalam kondisi basah kuyup juga hingga sore, lalu saya jelaskan apa yang\nsedang dikerjakan dan sekaligus melakukan pendataan yang pertama dan suamiku\npun paham dan mengerti serta mendukung kegiatan ini. Setelah selesai walaupun\nmasih dalam kondisi cuaca hujan saya mendatangi rumah Ibu Mertua dan adik\niparku karena kebetulan berdekatan hanya 2, 5 M berjarak dari rumahku.<\/p>\n\n\n\n
Hari ke 2 saya mendapat surat dari Kepala Desa Batununggal\nuntuk menghadiri kegiatan pembagian insentif dan tidak boleh diwakilkan lalu\nsaya minta ijin ke faslap boleh tidak agak terlambat untuk mengikuti pelatihan\ntapi berhubung belum ada jawaban hingga jam 07.30, maka saya pun berangkat\nkembali ke rumah Bu Euis. Dan langsung mengikuti pelatihan tanpa dibantu oleh\nIlham karena sudah lancar dan bisa membuka aplikasi Zoom Metting dengan lancar.\nKegiatan hari ke 2 sampai jam 16.30. Baru selesai dan saya pun sampai ke rumah\nhingga jam 17.45 WIB.<\/p>\n\n\n\n
Pada tanggal 22 Mei 2020 saya berangkat ke Kantor Desa\nBatununggal dengan tujuan untuk minta ijin pada Bapak Dudung Iskandar sebagai\nKepala Desa guna melakukan Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid-19\npada warga masyarakat dan secara kebetulan ketemu juga dengan Ketua RT 06 Bapak\nRahman Hermansyah juga Bapak RW 01 Bapak Babas Bastian serta Bapak Kadus\nBatununggul Bapak Solihin jadi lengkap, saya minta ijin pada mereka sebagai\npemimpin lalu saya memberikan Surat Tugas dari Yayasan PEKKA untuk wilayah\npemantauan. Secara kebetulan juga pada saat itu di Desa Batununggal sedang\ndilakukan pemberian bantuan sosial dana Covid-19 dari Kementrian Sosial yang\ndilaksanakan oleh Petugas Kantor Pos Kecamatan Cibadak pada warga dengan nilai\nuang sebesar Rp. 600.000,- \/jiwa penerima bukan per KK ternyata karena saya\nmerasa gayung bersambut pas sekali pertama kali awalnya hanya minta ijin\nternyata bisa langsung melaksanakan tugas sebagai Pemantau dan Enumerator.<\/p>\n\n\n\n
Dengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak\nsemua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan\napa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja\nsejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan\nsembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah\nselesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung\nmelaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW\n01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.<\/p>\n\n\n\n
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSenin, 18 Mei 2020 kami berempat : Yusnita Ashif Koordinator\nFaslap Sulawesi Selatan, dan Tenggara, Rosnani Ketua Serikat Pekka Kota Baubau,\nNetty Rusli Sekretaris Pekka Kota Baubau,Hasna Deviasi JWP Kota Baubau mengikuti pelatihan Zoom meeting di\nKota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara selama dua hari dan setelah selesai aku\nmenyerahkan surat permohonan izin \npelaksanaan kegiatan pemantauan Bansos Covid-19 kepada Lurah Kaobula\ntempat aku bertugas untuk mamantau\/mendata warga dampak Covid-19 . <\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah aku membawa surat permohonan izin pelaksanaan\nkegiatan pemantauan Bansos Covid-19 oleh Lurah langsung merespon kegiatan\ntersebut. Tepatnya pada tanggal 23 Mei 2020 aku mulai mendata warga Kelurahan Kaobula, Kec. Batupoaro, Kota\nBaubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Aku bertugas pada lingkungan RW 03 \/RT 01\nKel. Kaobula dengan jumlah Kepala Keluarga kurang lebih 60 KK namun yang aku\ndapat temui hanya sebanyak 54 kepala keluarga karena separuh ada yang sedang\nmerantau dan juga sudah pindah domisili. <\/p>\n\n\n\n
Mulailah aku mendata warga dari rumah ke rumah ada berbagai\nmacam sambutan warga ada yang senang karena mengira akan ada lagi bantuan dan\nada juga yang bertanya untuk apalagi mendata kalau untuk bantuan lagi saya\nmenolak untuk didata. Namun aku mencoba menjelaskan secara rinci maksud dan\ntujuan aku untuk mendata warga tersebut. Bantulah dia mengerti walaupun masih\nada raut wajahnya yang murung. Akhirnya anaknya sendiri yang langsung menjadi\nnarasumber untuk warga tersebut. Setelah aku selesai mendata dari rumah warga\ntersebut aku langsung ketemu ketua RT untuk mencari jawaban dari warga yang\nsempat menolak untuk didata karena menurutku pasti ada sebabnya, menurut\njawaban Ketua RT adalah: Apalagi yang dia tidak puaskan dari bantuan yang dia\nterima, mereka itu sudah mendapatkan bantuan dobel ada yang dari Kemensos RI berupa BST , juga\nmereka terima dari APBD Provinsi , bahkan anaknya yang belum menikah dapat juga\nnamun karena hal tersebut Lurah memutuskan untuk memberikan kepada warga yang\nlain yang tidak terkaver namanya dan sudah menikah. <\/p>\n\n\n\n
Mungkin itu penyebab mereka keberatan untuk didata dari Ketua RT aku mendapat jawaban kenapa mereka keberatan didata selanjutnya aka meneruskan tugasku sampai selesai aku menyelesaikan tugasku sampai lima hari maklum daerah aku banyak hujan.\u00a0 Rata-rata warga menyambutku dengan beberapa pertanyaan tentang bantuan yang mereka sudah terima ada beberapa warga yang merasa seharusnya\u00a0 mereka menerima bantuan BLT Pusat tapi hanya mendapatkan bantuan APBD Provinsi yang mana jumlah tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Wah .... Aku hanya bisa menjelaskan seadanya biar mereka tenang dan menyadarkan mereka agar selalu bersyukur dengan apa yang sudah menjadi rezeki kita sendiri. Alhamdulillah\u00a0 akhirnya selesai juga menjalankan tugas aku sebagai Enumerator Data untuk Yayasa PEKKA dengan segala kerendahan hati aku ucapkan terima kasih. <\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan Bansos","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-bansos","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:51:54","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=357","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":354,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:37:12","post_date_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content":"\n
Namaku Laela Agustiah, lahir pada 17 Agustus 1969 dari Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak, Kab. Sukabumi. Pada 15 Mei 2020 saya ditunjuk oleh Yayasan PEKKA untuk mengikuti kegiatan pelatihan enumerator selama 2 hari mulai 18-19 Mei 2020 bersama Ibu Euis Ketua Serikat Pekka Sukabumi. Kami mewakili Sukabumi dan kebetulan saya juga selaku Dewan Pengawas Serikat Pekka Sukabumi juga sebagai Ketua Kelompok Pekka Kartini. Awalnya saya ragu dan tidak tahu apa itu enumerator, dan setelah dijelaskan oleh faslap Mbak Dian baru saya paham yaitu sebagai petugas pendataan. Dan saya pun mengikuti kegiatan pelatihan tersebut selama 2 hari di rumah Ibu Euis Haryati. <\/p>\n\n\n\n
Berangkat dari rumah jam 06.30 WIB walaupun acara Zoom meeting akan dimulai jam 08.00 WIB, sebab perjalanan dari rumah saya ke rumah Bu Euis cukup jauh harus 2 kali naik kendaraan dan yang pertama saya naik mobil angkutan umum dan ternyata macet ketika mau melewati Pasar Cibadak hampir 1,5 jam lamanya jadi jam 08.00 WIB masih di mobil. setelah lewat pasar lalu saya naik motor ojeg menuju rumah Bu Euis berhubung saya belum pernah ke rumah Bu Euis akhirnya nyasar lewat hingga daerah Perkebunan Karet Malinggut. <\/p>\n\n\n\n
Saya pun ragu kok jauh juga ya ini tukang ojeg membawa saya\ndan ternyata rumah Bu Euis yang dituju salah, ini mah ternyata rumah Bu Euis\nGuru Madrasah. Akhirnya balik lagi dan kebetulan bertemu dengan Bu Damaris\nAlumni Akademia Paradigta yang lagi nunggu tukang sayur lalu saya bertanya\nrumah Bu Euis di mana dan dikasih tahu dengan jelas posisi lokasinya\nakhirnya masuk gang dan sampai juga ke\nrumahnya sekitar jam 08.45 WIB dan langsung buka handphone dengan dibantu Ilham\nanaknya Bu Euis. Kita berdua memulai belajar bagaimana tata cara membuka\naplikasi Zoom agar tidak gaptek. <\/p>\n\n\n\n
Setelah lancar kemudian kita mengikuti pelatihan walaupun\ndalam kondisi puasa kita tetap semangat mengikuti arahan dari para narasumber\nhingga jam 15.15 WIB selesai hari pertama dan kami dibekali Kuesioner Data\nPekka Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid - 19. Untuk bahan kami\nberlatih dan mencoba melakukan tugas awal sebagai Petugas Pendataan. Jam 15.30\nsaya pulang walau pun dalam cuaca hujan besar bahkan kadang ada petir kembali\nke rumah dan ternyata waktu perjalanan pulang macet lebih parah dan jam 16.30\nWIB saya baru sampai ke rumah dalam keadaan basah kuyup seluruh badanku agar\ntidak sakit lalu langsung mandi dengan air hangat shalat Asyar kemudian masak\nuntuk makan berbuka puasa bersama suamiku. <\/p>\n\n\n\n
Setelah Maghrib sekitar jam 18.30 WIB sambil santai\nistirahat ngobrol dengan suamiku karena bertanya sedang kegiatan apa hingga\npulang dalam kondisi basah kuyup juga hingga sore, lalu saya jelaskan apa yang\nsedang dikerjakan dan sekaligus melakukan pendataan yang pertama dan suamiku\npun paham dan mengerti serta mendukung kegiatan ini. Setelah selesai walaupun\nmasih dalam kondisi cuaca hujan saya mendatangi rumah Ibu Mertua dan adik\niparku karena kebetulan berdekatan hanya 2, 5 M berjarak dari rumahku.<\/p>\n\n\n\n
Hari ke 2 saya mendapat surat dari Kepala Desa Batununggal\nuntuk menghadiri kegiatan pembagian insentif dan tidak boleh diwakilkan lalu\nsaya minta ijin ke faslap boleh tidak agak terlambat untuk mengikuti pelatihan\ntapi berhubung belum ada jawaban hingga jam 07.30, maka saya pun berangkat\nkembali ke rumah Bu Euis. Dan langsung mengikuti pelatihan tanpa dibantu oleh\nIlham karena sudah lancar dan bisa membuka aplikasi Zoom Metting dengan lancar.\nKegiatan hari ke 2 sampai jam 16.30. Baru selesai dan saya pun sampai ke rumah\nhingga jam 17.45 WIB.<\/p>\n\n\n\n
Pada tanggal 22 Mei 2020 saya berangkat ke Kantor Desa\nBatununggal dengan tujuan untuk minta ijin pada Bapak Dudung Iskandar sebagai\nKepala Desa guna melakukan Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid-19\npada warga masyarakat dan secara kebetulan ketemu juga dengan Ketua RT 06 Bapak\nRahman Hermansyah juga Bapak RW 01 Bapak Babas Bastian serta Bapak Kadus\nBatununggul Bapak Solihin jadi lengkap, saya minta ijin pada mereka sebagai\npemimpin lalu saya memberikan Surat Tugas dari Yayasan PEKKA untuk wilayah\npemantauan. Secara kebetulan juga pada saat itu di Desa Batununggal sedang\ndilakukan pemberian bantuan sosial dana Covid-19 dari Kementrian Sosial yang\ndilaksanakan oleh Petugas Kantor Pos Kecamatan Cibadak pada warga dengan nilai\nuang sebesar Rp. 600.000,- \/jiwa penerima bukan per KK ternyata karena saya\nmerasa gayung bersambut pas sekali pertama kali awalnya hanya minta ijin\nternyata bisa langsung melaksanakan tugas sebagai Pemantau dan Enumerator.<\/p>\n\n\n\n
Dengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak\nsemua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan\napa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja\nsejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan\nsembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah\nselesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung\nmelaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW\n01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.<\/p>\n\n\n\n
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\n Penulis: Titin Handayani, kader Pekka Trenggalek <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Mendata di RT Sendiri","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"360-2","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 08:21:11","post_modified_gmt":"2020-09-18 08:21:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=360","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":357,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:51:54","post_date_gmt":"2020-09-18 07:51:54","post_content":"\nSenin, 18 Mei 2020 kami berempat : Yusnita Ashif Koordinator\nFaslap Sulawesi Selatan, dan Tenggara, Rosnani Ketua Serikat Pekka Kota Baubau,\nNetty Rusli Sekretaris Pekka Kota Baubau,Hasna Deviasi JWP Kota Baubau mengikuti pelatihan Zoom meeting di\nKota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara selama dua hari dan setelah selesai aku\nmenyerahkan surat permohonan izin \npelaksanaan kegiatan pemantauan Bansos Covid-19 kepada Lurah Kaobula\ntempat aku bertugas untuk mamantau\/mendata warga dampak Covid-19 . <\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah aku membawa surat permohonan izin pelaksanaan\nkegiatan pemantauan Bansos Covid-19 oleh Lurah langsung merespon kegiatan\ntersebut. Tepatnya pada tanggal 23 Mei 2020 aku mulai mendata warga Kelurahan Kaobula, Kec. Batupoaro, Kota\nBaubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Aku bertugas pada lingkungan RW 03 \/RT 01\nKel. Kaobula dengan jumlah Kepala Keluarga kurang lebih 60 KK namun yang aku\ndapat temui hanya sebanyak 54 kepala keluarga karena separuh ada yang sedang\nmerantau dan juga sudah pindah domisili. <\/p>\n\n\n\n
Mulailah aku mendata warga dari rumah ke rumah ada berbagai\nmacam sambutan warga ada yang senang karena mengira akan ada lagi bantuan dan\nada juga yang bertanya untuk apalagi mendata kalau untuk bantuan lagi saya\nmenolak untuk didata. Namun aku mencoba menjelaskan secara rinci maksud dan\ntujuan aku untuk mendata warga tersebut. Bantulah dia mengerti walaupun masih\nada raut wajahnya yang murung. Akhirnya anaknya sendiri yang langsung menjadi\nnarasumber untuk warga tersebut. Setelah aku selesai mendata dari rumah warga\ntersebut aku langsung ketemu ketua RT untuk mencari jawaban dari warga yang\nsempat menolak untuk didata karena menurutku pasti ada sebabnya, menurut\njawaban Ketua RT adalah: Apalagi yang dia tidak puaskan dari bantuan yang dia\nterima, mereka itu sudah mendapatkan bantuan dobel ada yang dari Kemensos RI berupa BST , juga\nmereka terima dari APBD Provinsi , bahkan anaknya yang belum menikah dapat juga\nnamun karena hal tersebut Lurah memutuskan untuk memberikan kepada warga yang\nlain yang tidak terkaver namanya dan sudah menikah. <\/p>\n\n\n\n
Mungkin itu penyebab mereka keberatan untuk didata dari Ketua RT aku mendapat jawaban kenapa mereka keberatan didata selanjutnya aka meneruskan tugasku sampai selesai aku menyelesaikan tugasku sampai lima hari maklum daerah aku banyak hujan.\u00a0 Rata-rata warga menyambutku dengan beberapa pertanyaan tentang bantuan yang mereka sudah terima ada beberapa warga yang merasa seharusnya\u00a0 mereka menerima bantuan BLT Pusat tapi hanya mendapatkan bantuan APBD Provinsi yang mana jumlah tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Wah .... Aku hanya bisa menjelaskan seadanya biar mereka tenang dan menyadarkan mereka agar selalu bersyukur dengan apa yang sudah menjadi rezeki kita sendiri. Alhamdulillah\u00a0 akhirnya selesai juga menjalankan tugas aku sebagai Enumerator Data untuk Yayasa PEKKA dengan segala kerendahan hati aku ucapkan terima kasih. <\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan Bansos","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-bansos","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:51:54","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=357","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":354,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:37:12","post_date_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content":"\n
Namaku Laela Agustiah, lahir pada 17 Agustus 1969 dari Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak, Kab. Sukabumi. Pada 15 Mei 2020 saya ditunjuk oleh Yayasan PEKKA untuk mengikuti kegiatan pelatihan enumerator selama 2 hari mulai 18-19 Mei 2020 bersama Ibu Euis Ketua Serikat Pekka Sukabumi. Kami mewakili Sukabumi dan kebetulan saya juga selaku Dewan Pengawas Serikat Pekka Sukabumi juga sebagai Ketua Kelompok Pekka Kartini. Awalnya saya ragu dan tidak tahu apa itu enumerator, dan setelah dijelaskan oleh faslap Mbak Dian baru saya paham yaitu sebagai petugas pendataan. Dan saya pun mengikuti kegiatan pelatihan tersebut selama 2 hari di rumah Ibu Euis Haryati. <\/p>\n\n\n\n
Berangkat dari rumah jam 06.30 WIB walaupun acara Zoom meeting akan dimulai jam 08.00 WIB, sebab perjalanan dari rumah saya ke rumah Bu Euis cukup jauh harus 2 kali naik kendaraan dan yang pertama saya naik mobil angkutan umum dan ternyata macet ketika mau melewati Pasar Cibadak hampir 1,5 jam lamanya jadi jam 08.00 WIB masih di mobil. setelah lewat pasar lalu saya naik motor ojeg menuju rumah Bu Euis berhubung saya belum pernah ke rumah Bu Euis akhirnya nyasar lewat hingga daerah Perkebunan Karet Malinggut. <\/p>\n\n\n\n
Saya pun ragu kok jauh juga ya ini tukang ojeg membawa saya\ndan ternyata rumah Bu Euis yang dituju salah, ini mah ternyata rumah Bu Euis\nGuru Madrasah. Akhirnya balik lagi dan kebetulan bertemu dengan Bu Damaris\nAlumni Akademia Paradigta yang lagi nunggu tukang sayur lalu saya bertanya\nrumah Bu Euis di mana dan dikasih tahu dengan jelas posisi lokasinya\nakhirnya masuk gang dan sampai juga ke\nrumahnya sekitar jam 08.45 WIB dan langsung buka handphone dengan dibantu Ilham\nanaknya Bu Euis. Kita berdua memulai belajar bagaimana tata cara membuka\naplikasi Zoom agar tidak gaptek. <\/p>\n\n\n\n
Setelah lancar kemudian kita mengikuti pelatihan walaupun\ndalam kondisi puasa kita tetap semangat mengikuti arahan dari para narasumber\nhingga jam 15.15 WIB selesai hari pertama dan kami dibekali Kuesioner Data\nPekka Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid - 19. Untuk bahan kami\nberlatih dan mencoba melakukan tugas awal sebagai Petugas Pendataan. Jam 15.30\nsaya pulang walau pun dalam cuaca hujan besar bahkan kadang ada petir kembali\nke rumah dan ternyata waktu perjalanan pulang macet lebih parah dan jam 16.30\nWIB saya baru sampai ke rumah dalam keadaan basah kuyup seluruh badanku agar\ntidak sakit lalu langsung mandi dengan air hangat shalat Asyar kemudian masak\nuntuk makan berbuka puasa bersama suamiku. <\/p>\n\n\n\n
Setelah Maghrib sekitar jam 18.30 WIB sambil santai\nistirahat ngobrol dengan suamiku karena bertanya sedang kegiatan apa hingga\npulang dalam kondisi basah kuyup juga hingga sore, lalu saya jelaskan apa yang\nsedang dikerjakan dan sekaligus melakukan pendataan yang pertama dan suamiku\npun paham dan mengerti serta mendukung kegiatan ini. Setelah selesai walaupun\nmasih dalam kondisi cuaca hujan saya mendatangi rumah Ibu Mertua dan adik\niparku karena kebetulan berdekatan hanya 2, 5 M berjarak dari rumahku.<\/p>\n\n\n\n
Hari ke 2 saya mendapat surat dari Kepala Desa Batununggal\nuntuk menghadiri kegiatan pembagian insentif dan tidak boleh diwakilkan lalu\nsaya minta ijin ke faslap boleh tidak agak terlambat untuk mengikuti pelatihan\ntapi berhubung belum ada jawaban hingga jam 07.30, maka saya pun berangkat\nkembali ke rumah Bu Euis. Dan langsung mengikuti pelatihan tanpa dibantu oleh\nIlham karena sudah lancar dan bisa membuka aplikasi Zoom Metting dengan lancar.\nKegiatan hari ke 2 sampai jam 16.30. Baru selesai dan saya pun sampai ke rumah\nhingga jam 17.45 WIB.<\/p>\n\n\n\n
Pada tanggal 22 Mei 2020 saya berangkat ke Kantor Desa\nBatununggal dengan tujuan untuk minta ijin pada Bapak Dudung Iskandar sebagai\nKepala Desa guna melakukan Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid-19\npada warga masyarakat dan secara kebetulan ketemu juga dengan Ketua RT 06 Bapak\nRahman Hermansyah juga Bapak RW 01 Bapak Babas Bastian serta Bapak Kadus\nBatununggul Bapak Solihin jadi lengkap, saya minta ijin pada mereka sebagai\npemimpin lalu saya memberikan Surat Tugas dari Yayasan PEKKA untuk wilayah\npemantauan. Secara kebetulan juga pada saat itu di Desa Batununggal sedang\ndilakukan pemberian bantuan sosial dana Covid-19 dari Kementrian Sosial yang\ndilaksanakan oleh Petugas Kantor Pos Kecamatan Cibadak pada warga dengan nilai\nuang sebesar Rp. 600.000,- \/jiwa penerima bukan per KK ternyata karena saya\nmerasa gayung bersambut pas sekali pertama kali awalnya hanya minta ijin\nternyata bisa langsung melaksanakan tugas sebagai Pemantau dan Enumerator.<\/p>\n\n\n\n
Dengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak\nsemua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan\napa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja\nsejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan\nsembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah\nselesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung\nmelaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW\n01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.<\/p>\n\n\n\n
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n
Penulis: Elisabeth Kewa Langobelen, kader Pekka Lembata <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan di Tengah Pandemi Covid-19","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-di-tengah-pandemi-covid-19","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:24:18","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=348","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":335,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 06:34:17","post_date_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content":"\nAlangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan\nsurvei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga\n(PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung. <\/p>\n\n\n\n
Pelatihan selama 2\nhari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat\nilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan\nteman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur\nsaat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi\nasyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya.... maklum juga sih\nmungkin faktor perut kosong karena puasa.<\/p>\n\n\n\n
Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun\nke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai\nmempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang\nmenuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan\nposisinya.<\/p>\n\n\n\n
Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri\nwalaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai 12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik\nmasyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang\nsama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah\nkemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan\nbaik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan\npembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu\npekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata\ndia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan\ntentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga\nkarena pemilik rumah tak kunjung keluar. <\/p>\n\n\n\n
Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si\nbapak \"genit\" yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah\nsaat ini si \"genit\" beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar\nmewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik\njadinya. Tak lama obrolan dengan si \"genit\" pun terpotong karena\npemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas\nuntuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si \"genit\"\nyang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya\nsi buaya. begitulah ulah mereka. Sayapun\nlanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja\nmendapatkan keluhan - keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak\nadil.<\/p>\n\n\n\n
Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan\nlagi - lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.<\/p>\n\n\n\n
\u00a0Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Mata yang Salah Sasaran","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mata-yang-salah-sasaran","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 06:34:17","post_modified_gmt":"2020-09-18 06:34:17","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=335","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":18},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nDemikian pengalaman saya selama beberapa hari mendata di RT saya, RT 7 RW 2 Desa Dongko. Pengalaman mendata ini jadi bertambah pemahaman mengenal karakter warga se RT saya yang semula hanya beberapa saja yang saya pahami.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Titin Handayani, kader Pekka Trenggalek <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Mendata di RT Sendiri","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"360-2","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 08:21:11","post_modified_gmt":"2020-09-18 08:21:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=360","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":357,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:51:54","post_date_gmt":"2020-09-18 07:51:54","post_content":"\nSenin, 18 Mei 2020 kami berempat : Yusnita Ashif Koordinator\nFaslap Sulawesi Selatan, dan Tenggara, Rosnani Ketua Serikat Pekka Kota Baubau,\nNetty Rusli Sekretaris Pekka Kota Baubau,Hasna Deviasi JWP Kota Baubau mengikuti pelatihan Zoom meeting di\nKota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara selama dua hari dan setelah selesai aku\nmenyerahkan surat permohonan izin \npelaksanaan kegiatan pemantauan Bansos Covid-19 kepada Lurah Kaobula\ntempat aku bertugas untuk mamantau\/mendata warga dampak Covid-19 . <\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah aku membawa surat permohonan izin pelaksanaan\nkegiatan pemantauan Bansos Covid-19 oleh Lurah langsung merespon kegiatan\ntersebut. Tepatnya pada tanggal 23 Mei 2020 aku mulai mendata warga Kelurahan Kaobula, Kec. Batupoaro, Kota\nBaubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Aku bertugas pada lingkungan RW 03 \/RT 01\nKel. Kaobula dengan jumlah Kepala Keluarga kurang lebih 60 KK namun yang aku\ndapat temui hanya sebanyak 54 kepala keluarga karena separuh ada yang sedang\nmerantau dan juga sudah pindah domisili. <\/p>\n\n\n\n
Mulailah aku mendata warga dari rumah ke rumah ada berbagai\nmacam sambutan warga ada yang senang karena mengira akan ada lagi bantuan dan\nada juga yang bertanya untuk apalagi mendata kalau untuk bantuan lagi saya\nmenolak untuk didata. Namun aku mencoba menjelaskan secara rinci maksud dan\ntujuan aku untuk mendata warga tersebut. Bantulah dia mengerti walaupun masih\nada raut wajahnya yang murung. Akhirnya anaknya sendiri yang langsung menjadi\nnarasumber untuk warga tersebut. Setelah aku selesai mendata dari rumah warga\ntersebut aku langsung ketemu ketua RT untuk mencari jawaban dari warga yang\nsempat menolak untuk didata karena menurutku pasti ada sebabnya, menurut\njawaban Ketua RT adalah: Apalagi yang dia tidak puaskan dari bantuan yang dia\nterima, mereka itu sudah mendapatkan bantuan dobel ada yang dari Kemensos RI berupa BST , juga\nmereka terima dari APBD Provinsi , bahkan anaknya yang belum menikah dapat juga\nnamun karena hal tersebut Lurah memutuskan untuk memberikan kepada warga yang\nlain yang tidak terkaver namanya dan sudah menikah. <\/p>\n\n\n\n
Mungkin itu penyebab mereka keberatan untuk didata dari Ketua RT aku mendapat jawaban kenapa mereka keberatan didata selanjutnya aka meneruskan tugasku sampai selesai aku menyelesaikan tugasku sampai lima hari maklum daerah aku banyak hujan.\u00a0 Rata-rata warga menyambutku dengan beberapa pertanyaan tentang bantuan yang mereka sudah terima ada beberapa warga yang merasa seharusnya\u00a0 mereka menerima bantuan BLT Pusat tapi hanya mendapatkan bantuan APBD Provinsi yang mana jumlah tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Wah .... Aku hanya bisa menjelaskan seadanya biar mereka tenang dan menyadarkan mereka agar selalu bersyukur dengan apa yang sudah menjadi rezeki kita sendiri. Alhamdulillah\u00a0 akhirnya selesai juga menjalankan tugas aku sebagai Enumerator Data untuk Yayasa PEKKA dengan segala kerendahan hati aku ucapkan terima kasih. <\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pendataan Bansos","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pendataan-bansos","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:51:54","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:51:54","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=357","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":354,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:37:12","post_date_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content":"\n
Namaku Laela Agustiah, lahir pada 17 Agustus 1969 dari Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak, Kab. Sukabumi. Pada 15 Mei 2020 saya ditunjuk oleh Yayasan PEKKA untuk mengikuti kegiatan pelatihan enumerator selama 2 hari mulai 18-19 Mei 2020 bersama Ibu Euis Ketua Serikat Pekka Sukabumi. Kami mewakili Sukabumi dan kebetulan saya juga selaku Dewan Pengawas Serikat Pekka Sukabumi juga sebagai Ketua Kelompok Pekka Kartini. Awalnya saya ragu dan tidak tahu apa itu enumerator, dan setelah dijelaskan oleh faslap Mbak Dian baru saya paham yaitu sebagai petugas pendataan. Dan saya pun mengikuti kegiatan pelatihan tersebut selama 2 hari di rumah Ibu Euis Haryati. <\/p>\n\n\n\n
Berangkat dari rumah jam 06.30 WIB walaupun acara Zoom meeting akan dimulai jam 08.00 WIB, sebab perjalanan dari rumah saya ke rumah Bu Euis cukup jauh harus 2 kali naik kendaraan dan yang pertama saya naik mobil angkutan umum dan ternyata macet ketika mau melewati Pasar Cibadak hampir 1,5 jam lamanya jadi jam 08.00 WIB masih di mobil. setelah lewat pasar lalu saya naik motor ojeg menuju rumah Bu Euis berhubung saya belum pernah ke rumah Bu Euis akhirnya nyasar lewat hingga daerah Perkebunan Karet Malinggut. <\/p>\n\n\n\n
Saya pun ragu kok jauh juga ya ini tukang ojeg membawa saya\ndan ternyata rumah Bu Euis yang dituju salah, ini mah ternyata rumah Bu Euis\nGuru Madrasah. Akhirnya balik lagi dan kebetulan bertemu dengan Bu Damaris\nAlumni Akademia Paradigta yang lagi nunggu tukang sayur lalu saya bertanya\nrumah Bu Euis di mana dan dikasih tahu dengan jelas posisi lokasinya\nakhirnya masuk gang dan sampai juga ke\nrumahnya sekitar jam 08.45 WIB dan langsung buka handphone dengan dibantu Ilham\nanaknya Bu Euis. Kita berdua memulai belajar bagaimana tata cara membuka\naplikasi Zoom agar tidak gaptek. <\/p>\n\n\n\n
Setelah lancar kemudian kita mengikuti pelatihan walaupun\ndalam kondisi puasa kita tetap semangat mengikuti arahan dari para narasumber\nhingga jam 15.15 WIB selesai hari pertama dan kami dibekali Kuesioner Data\nPekka Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid - 19. Untuk bahan kami\nberlatih dan mencoba melakukan tugas awal sebagai Petugas Pendataan. Jam 15.30\nsaya pulang walau pun dalam cuaca hujan besar bahkan kadang ada petir kembali\nke rumah dan ternyata waktu perjalanan pulang macet lebih parah dan jam 16.30\nWIB saya baru sampai ke rumah dalam keadaan basah kuyup seluruh badanku agar\ntidak sakit lalu langsung mandi dengan air hangat shalat Asyar kemudian masak\nuntuk makan berbuka puasa bersama suamiku. <\/p>\n\n\n\n
Setelah Maghrib sekitar jam 18.30 WIB sambil santai\nistirahat ngobrol dengan suamiku karena bertanya sedang kegiatan apa hingga\npulang dalam kondisi basah kuyup juga hingga sore, lalu saya jelaskan apa yang\nsedang dikerjakan dan sekaligus melakukan pendataan yang pertama dan suamiku\npun paham dan mengerti serta mendukung kegiatan ini. Setelah selesai walaupun\nmasih dalam kondisi cuaca hujan saya mendatangi rumah Ibu Mertua dan adik\niparku karena kebetulan berdekatan hanya 2, 5 M berjarak dari rumahku.<\/p>\n\n\n\n
Hari ke 2 saya mendapat surat dari Kepala Desa Batununggal\nuntuk menghadiri kegiatan pembagian insentif dan tidak boleh diwakilkan lalu\nsaya minta ijin ke faslap boleh tidak agak terlambat untuk mengikuti pelatihan\ntapi berhubung belum ada jawaban hingga jam 07.30, maka saya pun berangkat\nkembali ke rumah Bu Euis. Dan langsung mengikuti pelatihan tanpa dibantu oleh\nIlham karena sudah lancar dan bisa membuka aplikasi Zoom Metting dengan lancar.\nKegiatan hari ke 2 sampai jam 16.30. Baru selesai dan saya pun sampai ke rumah\nhingga jam 17.45 WIB.<\/p>\n\n\n\n
Pada tanggal 22 Mei 2020 saya berangkat ke Kantor Desa\nBatununggal dengan tujuan untuk minta ijin pada Bapak Dudung Iskandar sebagai\nKepala Desa guna melakukan Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid-19\npada warga masyarakat dan secara kebetulan ketemu juga dengan Ketua RT 06 Bapak\nRahman Hermansyah juga Bapak RW 01 Bapak Babas Bastian serta Bapak Kadus\nBatununggul Bapak Solihin jadi lengkap, saya minta ijin pada mereka sebagai\npemimpin lalu saya memberikan Surat Tugas dari Yayasan PEKKA untuk wilayah\npemantauan. Secara kebetulan juga pada saat itu di Desa Batununggal sedang\ndilakukan pemberian bantuan sosial dana Covid-19 dari Kementrian Sosial yang\ndilaksanakan oleh Petugas Kantor Pos Kecamatan Cibadak pada warga dengan nilai\nuang sebesar Rp. 600.000,- \/jiwa penerima bukan per KK ternyata karena saya\nmerasa gayung bersambut pas sekali pertama kali awalnya hanya minta ijin\nternyata bisa langsung melaksanakan tugas sebagai Pemantau dan Enumerator.<\/p>\n\n\n\n
Dengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak\nsemua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan\napa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja\nsejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan\nsembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah\nselesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung\nmelaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW\n01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.<\/p>\n\n\n\n
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya\ndisambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia,\nsenang, bahkan ada juga yang marah - marah langsung protes ngadu ngeluh sama\nsaya dan bertanya bertubi - tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga\nada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga.\nMereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di\ndata katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat\nbantuan, katanya. <\/p>\n\n\n\n
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek - unek\nkeluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda\nterutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali - kali\nmenghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk\nIndonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak - desakan\ndemi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam - jam malahan hingga larut\nmalam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada\njaga jarak walaupun memakai masker.<\/p>\n\n\n\n
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih\nmiris kasihan sudah antri berjam - jam ternyata namanya ada dan beda nomor\nNIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan\ndi tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang\nlainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya\ndan ada yang marah - marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya\nkenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.<\/p>\n\n\n\n
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai\ntenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya\ndatang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial\nTanggap Darurat Covid - 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa\ndiajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa\ntugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama\nJum'at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah\nagar emosi mereka reda.<\/p>\n\n\n\n
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan\npemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya\nIdul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel\nada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29\nMei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang\nmenerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada\nyang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak\nmenerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT\nkatanya benar dibagikan atau tidak waallahu a'lam dalam hal ini saya tidak tahu\nkarena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi. <\/p>\n\n\n\n
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah\nmungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu\nkarena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun\ntapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan\ntersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran\nagar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar\njelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali. <\/p>\n\n\n\n
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna\u00a0 selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.<\/p>\n\n\n\n
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi <\/em><\/strong><\/p>\n","post_title":"Pengalaman Sebagai Enumerator","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-sebagai-enumerator","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-09-18 07:37:12","post_modified_gmt":"2020-09-18 07:37:12","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=354","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":6626,"post_author":"4","post_date":"2020-09-18 07:24:18","post_date_gmt":"2020-09-18 07:24:18","post_content":"\nSaya Elisabeth Kewa Langobelen, enumerator\nPekka Keru Baki Kab. Lembata, NTT berkunjung ke rumah Kepala Desa untuk\nmenyerahkan surat tugas dan permohonan izin pelaksanaan kegiatan pemantauan bansos\nCovid-19, Kamis, 21 Mei 2020. <\/p>\n\n\n\n
Setelah itu saya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan\nterkait bantuan sosial dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Saya terkesan\ndengan seorang responden yang bernama Vinsensius Ola. Beliau mempunyai seorang\nistri yang sedang menderita penyakit asam urat dan mereka memiliki 3 orang anak\ndan anak pertama juga menderita cacat fisik namun anak tersebut masih bisa bersekolah\ndan sekarang sudah SMK kelas 3. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya menjelaskan tujuan dari pelaksanan pendataan ini mereka berdua sangat brsyukur karena selama ini mereka belum mendapat bantuan sosial dari pihak manapun. Mereka baru mendapat dari BLT dana desa. Padahal keluarga mereka termasuk kriteria penerima bantuan sosial. Apalagi saat bencana gempa bumi di tahun 2017 rumah mereka hancur karena guncangan gempa tersebut sehingga dengan pendataan ini mereka sangat senang dan berharap agar Pekka bisa beradvokasi ke pemerintah baik pusat sampai ke daerah khususnya desa agar bantuan sosial yang diberikan harus sesuai kriteria dan keluarga yang betul-betul tepat pada sasaran. <\/p>\n\n\n\n