Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Di bulan November ini uangnya terkumpul semua berjumlah Rp1.351.000 itu sudah termasuk uang angsuran pinjaman. Setelah terkumpul ibu Suningsih bisa memberikan pinjaman kepada yang ingin meminjam uang koperasi Pekka ini sejumlah Rp1.000.000. Contoh pembayaran angsurannya nanti akan diberi tempo 10 bulan paling lama. Setiap bulannya ibu Suningsih akan membayar Rp.110.000\/per bulan dan begitu seterusnya sampai selesai.<\/p>\n\n\n\n
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Biasanya kami berkumpul di rumah ibu Indah Rahayu desa Paya Rambe saya selaku bendahara koperasi Pekka Lubuk Damar senang bergabung di Serikat Pekka kami sekelompok menjalankan koperasi Pekka selama kurang lebih 15 bulan. Setiap bulan nya kami semua berkumpul untuk mengumpulkan uang tabungan, serta pinjaman. Koperasi kami terdiri dari uang pokok Rp50.000 uang tabungan Rp 10.000\/bulan dan uang jasa 1 % selama 15 bulan ini anggota kami berjumlah 27 orang. <\/p>\n\n\n\n
Di bulan November ini uangnya terkumpul semua berjumlah Rp1.351.000 itu sudah termasuk uang angsuran pinjaman. Setelah terkumpul ibu Suningsih bisa memberikan pinjaman kepada yang ingin meminjam uang koperasi Pekka ini sejumlah Rp1.000.000. Contoh pembayaran angsurannya nanti akan diberi tempo 10 bulan paling lama. Setiap bulannya ibu Suningsih akan membayar Rp.110.000\/per bulan dan begitu seterusnya sampai selesai.<\/p>\n\n\n\n
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Pertama kali bergabung di Pekka saya di ajak oleh Ibu Suningsih, Linda Sari, Neni dan, Ibu Sukarsih. Saya sangat tertarik oleh Pekka karena di Pekka banyak ilmu seperti kerajinan tangan, senam(kesehatan), koperasi, membuka usaha, dan melatih berbicara di depan umum, tidak menutup pada ilmu lainnya karena banyak peluang ilmu yang diajarkan di Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Biasanya kami berkumpul di rumah ibu Indah Rahayu desa Paya Rambe saya selaku bendahara koperasi Pekka Lubuk Damar senang bergabung di Serikat Pekka kami sekelompok menjalankan koperasi Pekka selama kurang lebih 15 bulan. Setiap bulan nya kami semua berkumpul untuk mengumpulkan uang tabungan, serta pinjaman. Koperasi kami terdiri dari uang pokok Rp50.000 uang tabungan Rp 10.000\/bulan dan uang jasa 1 % selama 15 bulan ini anggota kami berjumlah 27 orang. <\/p>\n\n\n\n
Di bulan November ini uangnya terkumpul semua berjumlah Rp1.351.000 itu sudah termasuk uang angsuran pinjaman. Setelah terkumpul ibu Suningsih bisa memberikan pinjaman kepada yang ingin meminjam uang koperasi Pekka ini sejumlah Rp1.000.000. Contoh pembayaran angsurannya nanti akan diberi tempo 10 bulan paling lama. Setiap bulannya ibu Suningsih akan membayar Rp.110.000\/per bulan dan begitu seterusnya sampai selesai.<\/p>\n\n\n\n
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Saya Mahsulia usia 23 tahun dari Aceh Tamiang Kec.Seruway desa Lubuk Damar, saya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sambil mengajar di PAUD permata hati. Saya merupakan perempuan kepala keluarga karena walaupun saya sudah menikah, saya masih menanggung dan menjaga kedua orang yang sedang sakit stroke. ini foto kami pada acara arisan koperasi Pekka pada tanggal 08 November 2021.<\/p>\n\n\n\n
Pertama kali bergabung di Pekka saya di ajak oleh Ibu Suningsih, Linda Sari, Neni dan, Ibu Sukarsih. Saya sangat tertarik oleh Pekka karena di Pekka banyak ilmu seperti kerajinan tangan, senam(kesehatan), koperasi, membuka usaha, dan melatih berbicara di depan umum, tidak menutup pada ilmu lainnya karena banyak peluang ilmu yang diajarkan di Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Biasanya kami berkumpul di rumah ibu Indah Rahayu desa Paya Rambe saya selaku bendahara koperasi Pekka Lubuk Damar senang bergabung di Serikat Pekka kami sekelompok menjalankan koperasi Pekka selama kurang lebih 15 bulan. Setiap bulan nya kami semua berkumpul untuk mengumpulkan uang tabungan, serta pinjaman. Koperasi kami terdiri dari uang pokok Rp50.000 uang tabungan Rp 10.000\/bulan dan uang jasa 1 % selama 15 bulan ini anggota kami berjumlah 27 orang. <\/p>\n\n\n\n
Di bulan November ini uangnya terkumpul semua berjumlah Rp1.351.000 itu sudah termasuk uang angsuran pinjaman. Setelah terkumpul ibu Suningsih bisa memberikan pinjaman kepada yang ingin meminjam uang koperasi Pekka ini sejumlah Rp1.000.000. Contoh pembayaran angsurannya nanti akan diberi tempo 10 bulan paling lama. Setiap bulannya ibu Suningsih akan membayar Rp.110.000\/per bulan dan begitu seterusnya sampai selesai.<\/p>\n\n\n\n
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"PEKKA menjadi Wadah Pengetahuan dan Pengalaman","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekka-menjadi-wadah-pengetahuan-dan-pengalaman","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:24:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1964","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1925,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:08:24","post_date_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content":"\n
Saya Mahsulia usia 23 tahun dari Aceh Tamiang Kec.Seruway desa Lubuk Damar, saya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sambil mengajar di PAUD permata hati. Saya merupakan perempuan kepala keluarga karena walaupun saya sudah menikah, saya masih menanggung dan menjaga kedua orang yang sedang sakit stroke. ini foto kami pada acara arisan koperasi Pekka pada tanggal 08 November 2021.<\/p>\n\n\n\n
Pertama kali bergabung di Pekka saya di ajak oleh Ibu Suningsih, Linda Sari, Neni dan, Ibu Sukarsih. Saya sangat tertarik oleh Pekka karena di Pekka banyak ilmu seperti kerajinan tangan, senam(kesehatan), koperasi, membuka usaha, dan melatih berbicara di depan umum, tidak menutup pada ilmu lainnya karena banyak peluang ilmu yang diajarkan di Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Biasanya kami berkumpul di rumah ibu Indah Rahayu desa Paya Rambe saya selaku bendahara koperasi Pekka Lubuk Damar senang bergabung di Serikat Pekka kami sekelompok menjalankan koperasi Pekka selama kurang lebih 15 bulan. Setiap bulan nya kami semua berkumpul untuk mengumpulkan uang tabungan, serta pinjaman. Koperasi kami terdiri dari uang pokok Rp50.000 uang tabungan Rp 10.000\/bulan dan uang jasa 1 % selama 15 bulan ini anggota kami berjumlah 27 orang. <\/p>\n\n\n\n
Di bulan November ini uangnya terkumpul semua berjumlah Rp1.351.000 itu sudah termasuk uang angsuran pinjaman. Setelah terkumpul ibu Suningsih bisa memberikan pinjaman kepada yang ingin meminjam uang koperasi Pekka ini sejumlah Rp1.000.000. Contoh pembayaran angsurannya nanti akan diberi tempo 10 bulan paling lama. Setiap bulannya ibu Suningsih akan membayar Rp.110.000\/per bulan dan begitu seterusnya sampai selesai.<\/p>\n\n\n\n
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n
Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"PEKKA menjadi Wadah Pengetahuan dan Pengalaman","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekka-menjadi-wadah-pengetahuan-dan-pengalaman","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:24:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1964","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1925,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:08:24","post_date_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content":"\n
Saya Mahsulia usia 23 tahun dari Aceh Tamiang Kec.Seruway desa Lubuk Damar, saya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sambil mengajar di PAUD permata hati. Saya merupakan perempuan kepala keluarga karena walaupun saya sudah menikah, saya masih menanggung dan menjaga kedua orang yang sedang sakit stroke. ini foto kami pada acara arisan koperasi Pekka pada tanggal 08 November 2021.<\/p>\n\n\n\n
Pertama kali bergabung di Pekka saya di ajak oleh Ibu Suningsih, Linda Sari, Neni dan, Ibu Sukarsih. Saya sangat tertarik oleh Pekka karena di Pekka banyak ilmu seperti kerajinan tangan, senam(kesehatan), koperasi, membuka usaha, dan melatih berbicara di depan umum, tidak menutup pada ilmu lainnya karena banyak peluang ilmu yang diajarkan di Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Biasanya kami berkumpul di rumah ibu Indah Rahayu desa Paya Rambe saya selaku bendahara koperasi Pekka Lubuk Damar senang bergabung di Serikat Pekka kami sekelompok menjalankan koperasi Pekka selama kurang lebih 15 bulan. Setiap bulan nya kami semua berkumpul untuk mengumpulkan uang tabungan, serta pinjaman. Koperasi kami terdiri dari uang pokok Rp50.000 uang tabungan Rp 10.000\/bulan dan uang jasa 1 % selama 15 bulan ini anggota kami berjumlah 27 orang. <\/p>\n\n\n\n
Di bulan November ini uangnya terkumpul semua berjumlah Rp1.351.000 itu sudah termasuk uang angsuran pinjaman. Setelah terkumpul ibu Suningsih bisa memberikan pinjaman kepada yang ingin meminjam uang koperasi Pekka ini sejumlah Rp1.000.000. Contoh pembayaran angsurannya nanti akan diberi tempo 10 bulan paling lama. Setiap bulannya ibu Suningsih akan membayar Rp.110.000\/per bulan dan begitu seterusnya sampai selesai.<\/p>\n\n\n\n
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Saya merasa sangat bahagia karena setiap ada acara Pekka yang diselenggarakan, saya selalu dilibatkan, mulai dari acara diskusi kampung, sampai ke diskusi tingkat kabupaten yang biasa disebut dengan Forum Pemangku Kepentingan (FPK). Hal seperti itu akan selalu menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya. Terima kasih untuk para kader Pekka yang tidak bosan-bosanya menyalurkan pengetahuan dan pengalamannya kepada saya dan anggota-anggota Pekka yang lain. Terima kasih juga kepada Pekka yang sudah menjadi tempat saya untuk menimba ilmu.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n
Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"PEKKA menjadi Wadah Pengetahuan dan Pengalaman","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekka-menjadi-wadah-pengetahuan-dan-pengalaman","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:24:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1964","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1925,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:08:24","post_date_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content":"\n
Saya Mahsulia usia 23 tahun dari Aceh Tamiang Kec.Seruway desa Lubuk Damar, saya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sambil mengajar di PAUD permata hati. Saya merupakan perempuan kepala keluarga karena walaupun saya sudah menikah, saya masih menanggung dan menjaga kedua orang yang sedang sakit stroke. ini foto kami pada acara arisan koperasi Pekka pada tanggal 08 November 2021.<\/p>\n\n\n\n
Pertama kali bergabung di Pekka saya di ajak oleh Ibu Suningsih, Linda Sari, Neni dan, Ibu Sukarsih. Saya sangat tertarik oleh Pekka karena di Pekka banyak ilmu seperti kerajinan tangan, senam(kesehatan), koperasi, membuka usaha, dan melatih berbicara di depan umum, tidak menutup pada ilmu lainnya karena banyak peluang ilmu yang diajarkan di Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Biasanya kami berkumpul di rumah ibu Indah Rahayu desa Paya Rambe saya selaku bendahara koperasi Pekka Lubuk Damar senang bergabung di Serikat Pekka kami sekelompok menjalankan koperasi Pekka selama kurang lebih 15 bulan. Setiap bulan nya kami semua berkumpul untuk mengumpulkan uang tabungan, serta pinjaman. Koperasi kami terdiri dari uang pokok Rp50.000 uang tabungan Rp 10.000\/bulan dan uang jasa 1 % selama 15 bulan ini anggota kami berjumlah 27 orang. <\/p>\n\n\n\n
Di bulan November ini uangnya terkumpul semua berjumlah Rp1.351.000 itu sudah termasuk uang angsuran pinjaman. Setelah terkumpul ibu Suningsih bisa memberikan pinjaman kepada yang ingin meminjam uang koperasi Pekka ini sejumlah Rp1.000.000. Contoh pembayaran angsurannya nanti akan diberi tempo 10 bulan paling lama. Setiap bulannya ibu Suningsih akan membayar Rp.110.000\/per bulan dan begitu seterusnya sampai selesai.<\/p>\n\n\n\n
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Melalui sosialisasi pemberdayaan perempuan yang didukung oleh Pekka, saya bisa membantu saudara di kampung saya untuk mengurus dokumen-dokumen penting yang biasanya menjadi syarat administrasi, seperti akte kelahiran, buku nikah, bahkan kartu keluarga. Selain itu, ilmu tersebut juga saya terapkan ketika saya membuat akte kelahiran untuk anak saya. Jika tidak mendapatkan sosialisasi dari kader Pekka yang sudah berpengalaman, saya tidak yakin saya dapat membantu saudara saya dalam mengurus dokumen-dokumen administrasi tersebut. Semakin lama saya bergabung dengan Pekka, semakin banyak pengetahuan yang bisa saya dapatkan. Saya seorang IRT yang awalnya hanya tahu tentang kasur, sumur, dan dapur. Sekarang, saya ditunjuk sebagai anggota Jurnalis Warga Pekka (JWP) Tangerang. Sebagai anggota JWP, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti kelas pelatihan melalui Zoom, seperti pelatihan kelas BISA KITA (Bisnis Berbasis Komunitas), di mana banyak sekali ilmu yang saya dapat dan mudah-mudahan bisa saya sebarkan ke anggota-anggota Pekka yang lain, serta saya terapkan pula di kehidupan sehari-hari saya. Selain pelatihan kelas BISA KITA, saya juga mengikuti acara webinar bedah buku hasil penelitian yang membahas tentang perubahan pengaturan usia minimum perkawinan, dispensasi perkawinan, dan bagaimana praktiknya di Indonesia, yang mana saya pribadi juga mengalami pernikahan dini.<\/p>\n\n\n\n
Saya merasa sangat bahagia karena setiap ada acara Pekka yang diselenggarakan, saya selalu dilibatkan, mulai dari acara diskusi kampung, sampai ke diskusi tingkat kabupaten yang biasa disebut dengan Forum Pemangku Kepentingan (FPK). Hal seperti itu akan selalu menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya. Terima kasih untuk para kader Pekka yang tidak bosan-bosanya menyalurkan pengetahuan dan pengalamannya kepada saya dan anggota-anggota Pekka yang lain. Terima kasih juga kepada Pekka yang sudah menjadi tempat saya untuk menimba ilmu.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n
Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"PEKKA menjadi Wadah Pengetahuan dan Pengalaman","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekka-menjadi-wadah-pengetahuan-dan-pengalaman","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:24:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1964","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1925,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:08:24","post_date_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content":"\n
Saya Mahsulia usia 23 tahun dari Aceh Tamiang Kec.Seruway desa Lubuk Damar, saya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sambil mengajar di PAUD permata hati. Saya merupakan perempuan kepala keluarga karena walaupun saya sudah menikah, saya masih menanggung dan menjaga kedua orang yang sedang sakit stroke. ini foto kami pada acara arisan koperasi Pekka pada tanggal 08 November 2021.<\/p>\n\n\n\n
Pertama kali bergabung di Pekka saya di ajak oleh Ibu Suningsih, Linda Sari, Neni dan, Ibu Sukarsih. Saya sangat tertarik oleh Pekka karena di Pekka banyak ilmu seperti kerajinan tangan, senam(kesehatan), koperasi, membuka usaha, dan melatih berbicara di depan umum, tidak menutup pada ilmu lainnya karena banyak peluang ilmu yang diajarkan di Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Biasanya kami berkumpul di rumah ibu Indah Rahayu desa Paya Rambe saya selaku bendahara koperasi Pekka Lubuk Damar senang bergabung di Serikat Pekka kami sekelompok menjalankan koperasi Pekka selama kurang lebih 15 bulan. Setiap bulan nya kami semua berkumpul untuk mengumpulkan uang tabungan, serta pinjaman. Koperasi kami terdiri dari uang pokok Rp50.000 uang tabungan Rp 10.000\/bulan dan uang jasa 1 % selama 15 bulan ini anggota kami berjumlah 27 orang. <\/p>\n\n\n\n
Di bulan November ini uangnya terkumpul semua berjumlah Rp1.351.000 itu sudah termasuk uang angsuran pinjaman. Setelah terkumpul ibu Suningsih bisa memberikan pinjaman kepada yang ingin meminjam uang koperasi Pekka ini sejumlah Rp1.000.000. Contoh pembayaran angsurannya nanti akan diberi tempo 10 bulan paling lama. Setiap bulannya ibu Suningsih akan membayar Rp.110.000\/per bulan dan begitu seterusnya sampai selesai.<\/p>\n\n\n\n
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Saya bergabung di Pekka pada bulan Januari tahun 2019 silam. Saat itu, saya tergabung di Kelompok Bina Sejahtera dan diamanahi sebagai bendahara kelompok. Awalnya, saya kira bergabung di Pekka hanya akan sekedar menjalankan kegiatan simpan pinjam jika ada keperluan, ternyata saya salah besar. Setelah mendengar pemaparan dari Ibu Hj. Sumiyati dan Ibu Masnah yang dulunya menjadi pendamping di pembentukan kelompok saya, ternyata Pekka bisa menjadi tempat untuk menggali potensi-potensi yang ada di setiap anggotanya. Pekka memberikan fasilitas kepada anggota-anggotanya untuk berkembang melalui beberapa kegiatan pelatihan, diantaranya pelatihan kursus make up <\/em>yang merupakan hasil kerja sama Pekka dengan L\u2019oreal, pelatihan menjahit, pelatihan memasak, dan masih banyak lagi pelatihan yang saya ikuti melalui Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Melalui sosialisasi pemberdayaan perempuan yang didukung oleh Pekka, saya bisa membantu saudara di kampung saya untuk mengurus dokumen-dokumen penting yang biasanya menjadi syarat administrasi, seperti akte kelahiran, buku nikah, bahkan kartu keluarga. Selain itu, ilmu tersebut juga saya terapkan ketika saya membuat akte kelahiran untuk anak saya. Jika tidak mendapatkan sosialisasi dari kader Pekka yang sudah berpengalaman, saya tidak yakin saya dapat membantu saudara saya dalam mengurus dokumen-dokumen administrasi tersebut. Semakin lama saya bergabung dengan Pekka, semakin banyak pengetahuan yang bisa saya dapatkan. Saya seorang IRT yang awalnya hanya tahu tentang kasur, sumur, dan dapur. Sekarang, saya ditunjuk sebagai anggota Jurnalis Warga Pekka (JWP) Tangerang. Sebagai anggota JWP, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti kelas pelatihan melalui Zoom, seperti pelatihan kelas BISA KITA (Bisnis Berbasis Komunitas), di mana banyak sekali ilmu yang saya dapat dan mudah-mudahan bisa saya sebarkan ke anggota-anggota Pekka yang lain, serta saya terapkan pula di kehidupan sehari-hari saya. Selain pelatihan kelas BISA KITA, saya juga mengikuti acara webinar bedah buku hasil penelitian yang membahas tentang perubahan pengaturan usia minimum perkawinan, dispensasi perkawinan, dan bagaimana praktiknya di Indonesia, yang mana saya pribadi juga mengalami pernikahan dini.<\/p>\n\n\n\n
Saya merasa sangat bahagia karena setiap ada acara Pekka yang diselenggarakan, saya selalu dilibatkan, mulai dari acara diskusi kampung, sampai ke diskusi tingkat kabupaten yang biasa disebut dengan Forum Pemangku Kepentingan (FPK). Hal seperti itu akan selalu menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya. Terima kasih untuk para kader Pekka yang tidak bosan-bosanya menyalurkan pengetahuan dan pengalamannya kepada saya dan anggota-anggota Pekka yang lain. Terima kasih juga kepada Pekka yang sudah menjadi tempat saya untuk menimba ilmu.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n
Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"PEKKA menjadi Wadah Pengetahuan dan Pengalaman","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekka-menjadi-wadah-pengetahuan-dan-pengalaman","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:24:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1964","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1925,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:08:24","post_date_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content":"\n
Saya Mahsulia usia 23 tahun dari Aceh Tamiang Kec.Seruway desa Lubuk Damar, saya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sambil mengajar di PAUD permata hati. Saya merupakan perempuan kepala keluarga karena walaupun saya sudah menikah, saya masih menanggung dan menjaga kedua orang yang sedang sakit stroke. ini foto kami pada acara arisan koperasi Pekka pada tanggal 08 November 2021.<\/p>\n\n\n\n
Pertama kali bergabung di Pekka saya di ajak oleh Ibu Suningsih, Linda Sari, Neni dan, Ibu Sukarsih. Saya sangat tertarik oleh Pekka karena di Pekka banyak ilmu seperti kerajinan tangan, senam(kesehatan), koperasi, membuka usaha, dan melatih berbicara di depan umum, tidak menutup pada ilmu lainnya karena banyak peluang ilmu yang diajarkan di Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Biasanya kami berkumpul di rumah ibu Indah Rahayu desa Paya Rambe saya selaku bendahara koperasi Pekka Lubuk Damar senang bergabung di Serikat Pekka kami sekelompok menjalankan koperasi Pekka selama kurang lebih 15 bulan. Setiap bulan nya kami semua berkumpul untuk mengumpulkan uang tabungan, serta pinjaman. Koperasi kami terdiri dari uang pokok Rp50.000 uang tabungan Rp 10.000\/bulan dan uang jasa 1 % selama 15 bulan ini anggota kami berjumlah 27 orang. <\/p>\n\n\n\n
Di bulan November ini uangnya terkumpul semua berjumlah Rp1.351.000 itu sudah termasuk uang angsuran pinjaman. Setelah terkumpul ibu Suningsih bisa memberikan pinjaman kepada yang ingin meminjam uang koperasi Pekka ini sejumlah Rp1.000.000. Contoh pembayaran angsurannya nanti akan diberi tempo 10 bulan paling lama. Setiap bulannya ibu Suningsih akan membayar Rp.110.000\/per bulan dan begitu seterusnya sampai selesai.<\/p>\n\n\n\n
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Saya Yayah Rohayah, seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) berusia 28 tahun yang berasal dari Kampung Guha, Desa Lembang Sari, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang. Kampung saya merupakan salah satu yang terpencil di Kecamatan Rajeg. Pada tahun 2018 silam, kampung saya dikunjungi oleh Mbak Dian dari Sekretariat Nasional (Seknas) Yayasan Pekka beserta beberapa kader Pekka lainnya. Namun saya bukanlah orang pertama yang langsung ikut bergabung menjadi anggota Pekka, justru kelompok saya adalah kelompok ketiga di Desa Lembang Sari yang ikut bergabung setelah Kelompok Bina Lestari dan Kelompok Ceremai berdiri.<\/p>\n\n\n\n
Saya bergabung di Pekka pada bulan Januari tahun 2019 silam. Saat itu, saya tergabung di Kelompok Bina Sejahtera dan diamanahi sebagai bendahara kelompok. Awalnya, saya kira bergabung di Pekka hanya akan sekedar menjalankan kegiatan simpan pinjam jika ada keperluan, ternyata saya salah besar. Setelah mendengar pemaparan dari Ibu Hj. Sumiyati dan Ibu Masnah yang dulunya menjadi pendamping di pembentukan kelompok saya, ternyata Pekka bisa menjadi tempat untuk menggali potensi-potensi yang ada di setiap anggotanya. Pekka memberikan fasilitas kepada anggota-anggotanya untuk berkembang melalui beberapa kegiatan pelatihan, diantaranya pelatihan kursus make up <\/em>yang merupakan hasil kerja sama Pekka dengan L\u2019oreal, pelatihan menjahit, pelatihan memasak, dan masih banyak lagi pelatihan yang saya ikuti melalui Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Melalui sosialisasi pemberdayaan perempuan yang didukung oleh Pekka, saya bisa membantu saudara di kampung saya untuk mengurus dokumen-dokumen penting yang biasanya menjadi syarat administrasi, seperti akte kelahiran, buku nikah, bahkan kartu keluarga. Selain itu, ilmu tersebut juga saya terapkan ketika saya membuat akte kelahiran untuk anak saya. Jika tidak mendapatkan sosialisasi dari kader Pekka yang sudah berpengalaman, saya tidak yakin saya dapat membantu saudara saya dalam mengurus dokumen-dokumen administrasi tersebut. Semakin lama saya bergabung dengan Pekka, semakin banyak pengetahuan yang bisa saya dapatkan. Saya seorang IRT yang awalnya hanya tahu tentang kasur, sumur, dan dapur. Sekarang, saya ditunjuk sebagai anggota Jurnalis Warga Pekka (JWP) Tangerang. Sebagai anggota JWP, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti kelas pelatihan melalui Zoom, seperti pelatihan kelas BISA KITA (Bisnis Berbasis Komunitas), di mana banyak sekali ilmu yang saya dapat dan mudah-mudahan bisa saya sebarkan ke anggota-anggota Pekka yang lain, serta saya terapkan pula di kehidupan sehari-hari saya. Selain pelatihan kelas BISA KITA, saya juga mengikuti acara webinar bedah buku hasil penelitian yang membahas tentang perubahan pengaturan usia minimum perkawinan, dispensasi perkawinan, dan bagaimana praktiknya di Indonesia, yang mana saya pribadi juga mengalami pernikahan dini.<\/p>\n\n\n\n
Saya merasa sangat bahagia karena setiap ada acara Pekka yang diselenggarakan, saya selalu dilibatkan, mulai dari acara diskusi kampung, sampai ke diskusi tingkat kabupaten yang biasa disebut dengan Forum Pemangku Kepentingan (FPK). Hal seperti itu akan selalu menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya. Terima kasih untuk para kader Pekka yang tidak bosan-bosanya menyalurkan pengetahuan dan pengalamannya kepada saya dan anggota-anggota Pekka yang lain. Terima kasih juga kepada Pekka yang sudah menjadi tempat saya untuk menimba ilmu.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n
Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"PEKKA menjadi Wadah Pengetahuan dan Pengalaman","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekka-menjadi-wadah-pengetahuan-dan-pengalaman","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:24:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1964","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1925,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:08:24","post_date_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content":"\n
Saya Mahsulia usia 23 tahun dari Aceh Tamiang Kec.Seruway desa Lubuk Damar, saya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sambil mengajar di PAUD permata hati. Saya merupakan perempuan kepala keluarga karena walaupun saya sudah menikah, saya masih menanggung dan menjaga kedua orang yang sedang sakit stroke. ini foto kami pada acara arisan koperasi Pekka pada tanggal 08 November 2021.<\/p>\n\n\n\n
Pertama kali bergabung di Pekka saya di ajak oleh Ibu Suningsih, Linda Sari, Neni dan, Ibu Sukarsih. Saya sangat tertarik oleh Pekka karena di Pekka banyak ilmu seperti kerajinan tangan, senam(kesehatan), koperasi, membuka usaha, dan melatih berbicara di depan umum, tidak menutup pada ilmu lainnya karena banyak peluang ilmu yang diajarkan di Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Biasanya kami berkumpul di rumah ibu Indah Rahayu desa Paya Rambe saya selaku bendahara koperasi Pekka Lubuk Damar senang bergabung di Serikat Pekka kami sekelompok menjalankan koperasi Pekka selama kurang lebih 15 bulan. Setiap bulan nya kami semua berkumpul untuk mengumpulkan uang tabungan, serta pinjaman. Koperasi kami terdiri dari uang pokok Rp50.000 uang tabungan Rp 10.000\/bulan dan uang jasa 1 % selama 15 bulan ini anggota kami berjumlah 27 orang. <\/p>\n\n\n\n
Di bulan November ini uangnya terkumpul semua berjumlah Rp1.351.000 itu sudah termasuk uang angsuran pinjaman. Setelah terkumpul ibu Suningsih bisa memberikan pinjaman kepada yang ingin meminjam uang koperasi Pekka ini sejumlah Rp1.000.000. Contoh pembayaran angsurannya nanti akan diberi tempo 10 bulan paling lama. Setiap bulannya ibu Suningsih akan membayar Rp.110.000\/per bulan dan begitu seterusnya sampai selesai.<\/p>\n\n\n\n
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Setiap pertemuan bulanan masing-masing anggota membawa 1 liter beras, setelah terkumpul kemudian dikocok, yang keluar namanya akan mendapatkan beras tersebut dan menyumbangkan beras 1 liter untuk kelompok. Beras sumbangan dari peserta arisan ini dipinjamkan kepada anggota yang membutuhkan dan dapat dikembalikan dengan cara mengangsur. Kelompoknya juga membuat kebun sayur dengan sistem permakultur. Hasil kebun organik tersebut digunakan untuk menambah modal simpan pinjam kelompoknya. (Kodar Tri W<\/em>)<\/p>\n","post_title":"Maryam, Modal Menenun dari Simpan Pinjam Kelompok Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"maryam-modal-menenun-dari-simpan-pinjam-kelompok-pekka-2","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 08:23:45","post_modified_gmt":"2022-01-21 08:23:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1456","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1964,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:24:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content":"\n
Saya Yayah Rohayah, seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) berusia 28 tahun yang berasal dari Kampung Guha, Desa Lembang Sari, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang. Kampung saya merupakan salah satu yang terpencil di Kecamatan Rajeg. Pada tahun 2018 silam, kampung saya dikunjungi oleh Mbak Dian dari Sekretariat Nasional (Seknas) Yayasan Pekka beserta beberapa kader Pekka lainnya. Namun saya bukanlah orang pertama yang langsung ikut bergabung menjadi anggota Pekka, justru kelompok saya adalah kelompok ketiga di Desa Lembang Sari yang ikut bergabung setelah Kelompok Bina Lestari dan Kelompok Ceremai berdiri.<\/p>\n\n\n\n
Saya bergabung di Pekka pada bulan Januari tahun 2019 silam. Saat itu, saya tergabung di Kelompok Bina Sejahtera dan diamanahi sebagai bendahara kelompok. Awalnya, saya kira bergabung di Pekka hanya akan sekedar menjalankan kegiatan simpan pinjam jika ada keperluan, ternyata saya salah besar. Setelah mendengar pemaparan dari Ibu Hj. Sumiyati dan Ibu Masnah yang dulunya menjadi pendamping di pembentukan kelompok saya, ternyata Pekka bisa menjadi tempat untuk menggali potensi-potensi yang ada di setiap anggotanya. Pekka memberikan fasilitas kepada anggota-anggotanya untuk berkembang melalui beberapa kegiatan pelatihan, diantaranya pelatihan kursus make up <\/em>yang merupakan hasil kerja sama Pekka dengan L\u2019oreal, pelatihan menjahit, pelatihan memasak, dan masih banyak lagi pelatihan yang saya ikuti melalui Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Melalui sosialisasi pemberdayaan perempuan yang didukung oleh Pekka, saya bisa membantu saudara di kampung saya untuk mengurus dokumen-dokumen penting yang biasanya menjadi syarat administrasi, seperti akte kelahiran, buku nikah, bahkan kartu keluarga. Selain itu, ilmu tersebut juga saya terapkan ketika saya membuat akte kelahiran untuk anak saya. Jika tidak mendapatkan sosialisasi dari kader Pekka yang sudah berpengalaman, saya tidak yakin saya dapat membantu saudara saya dalam mengurus dokumen-dokumen administrasi tersebut. Semakin lama saya bergabung dengan Pekka, semakin banyak pengetahuan yang bisa saya dapatkan. Saya seorang IRT yang awalnya hanya tahu tentang kasur, sumur, dan dapur. Sekarang, saya ditunjuk sebagai anggota Jurnalis Warga Pekka (JWP) Tangerang. Sebagai anggota JWP, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti kelas pelatihan melalui Zoom, seperti pelatihan kelas BISA KITA (Bisnis Berbasis Komunitas), di mana banyak sekali ilmu yang saya dapat dan mudah-mudahan bisa saya sebarkan ke anggota-anggota Pekka yang lain, serta saya terapkan pula di kehidupan sehari-hari saya. Selain pelatihan kelas BISA KITA, saya juga mengikuti acara webinar bedah buku hasil penelitian yang membahas tentang perubahan pengaturan usia minimum perkawinan, dispensasi perkawinan, dan bagaimana praktiknya di Indonesia, yang mana saya pribadi juga mengalami pernikahan dini.<\/p>\n\n\n\n
Saya merasa sangat bahagia karena setiap ada acara Pekka yang diselenggarakan, saya selalu dilibatkan, mulai dari acara diskusi kampung, sampai ke diskusi tingkat kabupaten yang biasa disebut dengan Forum Pemangku Kepentingan (FPK). Hal seperti itu akan selalu menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya. Terima kasih untuk para kader Pekka yang tidak bosan-bosanya menyalurkan pengetahuan dan pengalamannya kepada saya dan anggota-anggota Pekka yang lain. Terima kasih juga kepada Pekka yang sudah menjadi tempat saya untuk menimba ilmu.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n
Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"PEKKA menjadi Wadah Pengetahuan dan Pengalaman","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekka-menjadi-wadah-pengetahuan-dan-pengalaman","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:24:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1964","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1925,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:08:24","post_date_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content":"\n
Saya Mahsulia usia 23 tahun dari Aceh Tamiang Kec.Seruway desa Lubuk Damar, saya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sambil mengajar di PAUD permata hati. Saya merupakan perempuan kepala keluarga karena walaupun saya sudah menikah, saya masih menanggung dan menjaga kedua orang yang sedang sakit stroke. ini foto kami pada acara arisan koperasi Pekka pada tanggal 08 November 2021.<\/p>\n\n\n\n
Pertama kali bergabung di Pekka saya di ajak oleh Ibu Suningsih, Linda Sari, Neni dan, Ibu Sukarsih. Saya sangat tertarik oleh Pekka karena di Pekka banyak ilmu seperti kerajinan tangan, senam(kesehatan), koperasi, membuka usaha, dan melatih berbicara di depan umum, tidak menutup pada ilmu lainnya karena banyak peluang ilmu yang diajarkan di Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Biasanya kami berkumpul di rumah ibu Indah Rahayu desa Paya Rambe saya selaku bendahara koperasi Pekka Lubuk Damar senang bergabung di Serikat Pekka kami sekelompok menjalankan koperasi Pekka selama kurang lebih 15 bulan. Setiap bulan nya kami semua berkumpul untuk mengumpulkan uang tabungan, serta pinjaman. Koperasi kami terdiri dari uang pokok Rp50.000 uang tabungan Rp 10.000\/bulan dan uang jasa 1 % selama 15 bulan ini anggota kami berjumlah 27 orang. <\/p>\n\n\n\n
Di bulan November ini uangnya terkumpul semua berjumlah Rp1.351.000 itu sudah termasuk uang angsuran pinjaman. Setelah terkumpul ibu Suningsih bisa memberikan pinjaman kepada yang ingin meminjam uang koperasi Pekka ini sejumlah Rp1.000.000. Contoh pembayaran angsurannya nanti akan diberi tempo 10 bulan paling lama. Setiap bulannya ibu Suningsih akan membayar Rp.110.000\/per bulan dan begitu seterusnya sampai selesai.<\/p>\n\n\n\n
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Maryam bergabung dalam kelompok Pekka pada bulan Oktober 2015. Alasan tertarik masuk Pekka karena kegiatan Pekka sesuai dengan kondisi dirinya yang juga sebagai pencari nafkah keluarga. Pada saat pembentukan kelompok dan pemilihan pengurus dirinya terpilih menjadi ketua kelompok. Selain simpan pinjam, di kelompoknya juga ada kegiatan arisan beras. <\/p>\n\n\n\n
Setiap pertemuan bulanan masing-masing anggota membawa 1 liter beras, setelah terkumpul kemudian dikocok, yang keluar namanya akan mendapatkan beras tersebut dan menyumbangkan beras 1 liter untuk kelompok. Beras sumbangan dari peserta arisan ini dipinjamkan kepada anggota yang membutuhkan dan dapat dikembalikan dengan cara mengangsur. Kelompoknya juga membuat kebun sayur dengan sistem permakultur. Hasil kebun organik tersebut digunakan untuk menambah modal simpan pinjam kelompoknya. (Kodar Tri W<\/em>)<\/p>\n","post_title":"Maryam, Modal Menenun dari Simpan Pinjam Kelompok Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"maryam-modal-menenun-dari-simpan-pinjam-kelompok-pekka-2","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 08:23:45","post_modified_gmt":"2022-01-21 08:23:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1456","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1964,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:24:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content":"\n
Saya Yayah Rohayah, seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) berusia 28 tahun yang berasal dari Kampung Guha, Desa Lembang Sari, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang. Kampung saya merupakan salah satu yang terpencil di Kecamatan Rajeg. Pada tahun 2018 silam, kampung saya dikunjungi oleh Mbak Dian dari Sekretariat Nasional (Seknas) Yayasan Pekka beserta beberapa kader Pekka lainnya. Namun saya bukanlah orang pertama yang langsung ikut bergabung menjadi anggota Pekka, justru kelompok saya adalah kelompok ketiga di Desa Lembang Sari yang ikut bergabung setelah Kelompok Bina Lestari dan Kelompok Ceremai berdiri.<\/p>\n\n\n\n
Saya bergabung di Pekka pada bulan Januari tahun 2019 silam. Saat itu, saya tergabung di Kelompok Bina Sejahtera dan diamanahi sebagai bendahara kelompok. Awalnya, saya kira bergabung di Pekka hanya akan sekedar menjalankan kegiatan simpan pinjam jika ada keperluan, ternyata saya salah besar. Setelah mendengar pemaparan dari Ibu Hj. Sumiyati dan Ibu Masnah yang dulunya menjadi pendamping di pembentukan kelompok saya, ternyata Pekka bisa menjadi tempat untuk menggali potensi-potensi yang ada di setiap anggotanya. Pekka memberikan fasilitas kepada anggota-anggotanya untuk berkembang melalui beberapa kegiatan pelatihan, diantaranya pelatihan kursus make up <\/em>yang merupakan hasil kerja sama Pekka dengan L\u2019oreal, pelatihan menjahit, pelatihan memasak, dan masih banyak lagi pelatihan yang saya ikuti melalui Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Melalui sosialisasi pemberdayaan perempuan yang didukung oleh Pekka, saya bisa membantu saudara di kampung saya untuk mengurus dokumen-dokumen penting yang biasanya menjadi syarat administrasi, seperti akte kelahiran, buku nikah, bahkan kartu keluarga. Selain itu, ilmu tersebut juga saya terapkan ketika saya membuat akte kelahiran untuk anak saya. Jika tidak mendapatkan sosialisasi dari kader Pekka yang sudah berpengalaman, saya tidak yakin saya dapat membantu saudara saya dalam mengurus dokumen-dokumen administrasi tersebut. Semakin lama saya bergabung dengan Pekka, semakin banyak pengetahuan yang bisa saya dapatkan. Saya seorang IRT yang awalnya hanya tahu tentang kasur, sumur, dan dapur. Sekarang, saya ditunjuk sebagai anggota Jurnalis Warga Pekka (JWP) Tangerang. Sebagai anggota JWP, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti kelas pelatihan melalui Zoom, seperti pelatihan kelas BISA KITA (Bisnis Berbasis Komunitas), di mana banyak sekali ilmu yang saya dapat dan mudah-mudahan bisa saya sebarkan ke anggota-anggota Pekka yang lain, serta saya terapkan pula di kehidupan sehari-hari saya. Selain pelatihan kelas BISA KITA, saya juga mengikuti acara webinar bedah buku hasil penelitian yang membahas tentang perubahan pengaturan usia minimum perkawinan, dispensasi perkawinan, dan bagaimana praktiknya di Indonesia, yang mana saya pribadi juga mengalami pernikahan dini.<\/p>\n\n\n\n
Saya merasa sangat bahagia karena setiap ada acara Pekka yang diselenggarakan, saya selalu dilibatkan, mulai dari acara diskusi kampung, sampai ke diskusi tingkat kabupaten yang biasa disebut dengan Forum Pemangku Kepentingan (FPK). Hal seperti itu akan selalu menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya. Terima kasih untuk para kader Pekka yang tidak bosan-bosanya menyalurkan pengetahuan dan pengalamannya kepada saya dan anggota-anggota Pekka yang lain. Terima kasih juga kepada Pekka yang sudah menjadi tempat saya untuk menimba ilmu.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n
Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"PEKKA menjadi Wadah Pengetahuan dan Pengalaman","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekka-menjadi-wadah-pengetahuan-dan-pengalaman","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:24:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1964","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1925,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:08:24","post_date_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content":"\n
Saya Mahsulia usia 23 tahun dari Aceh Tamiang Kec.Seruway desa Lubuk Damar, saya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sambil mengajar di PAUD permata hati. Saya merupakan perempuan kepala keluarga karena walaupun saya sudah menikah, saya masih menanggung dan menjaga kedua orang yang sedang sakit stroke. ini foto kami pada acara arisan koperasi Pekka pada tanggal 08 November 2021.<\/p>\n\n\n\n
Pertama kali bergabung di Pekka saya di ajak oleh Ibu Suningsih, Linda Sari, Neni dan, Ibu Sukarsih. Saya sangat tertarik oleh Pekka karena di Pekka banyak ilmu seperti kerajinan tangan, senam(kesehatan), koperasi, membuka usaha, dan melatih berbicara di depan umum, tidak menutup pada ilmu lainnya karena banyak peluang ilmu yang diajarkan di Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Biasanya kami berkumpul di rumah ibu Indah Rahayu desa Paya Rambe saya selaku bendahara koperasi Pekka Lubuk Damar senang bergabung di Serikat Pekka kami sekelompok menjalankan koperasi Pekka selama kurang lebih 15 bulan. Setiap bulan nya kami semua berkumpul untuk mengumpulkan uang tabungan, serta pinjaman. Koperasi kami terdiri dari uang pokok Rp50.000 uang tabungan Rp 10.000\/bulan dan uang jasa 1 % selama 15 bulan ini anggota kami berjumlah 27 orang. <\/p>\n\n\n\n
Di bulan November ini uangnya terkumpul semua berjumlah Rp1.351.000 itu sudah termasuk uang angsuran pinjaman. Setelah terkumpul ibu Suningsih bisa memberikan pinjaman kepada yang ingin meminjam uang koperasi Pekka ini sejumlah Rp1.000.000. Contoh pembayaran angsurannya nanti akan diberi tempo 10 bulan paling lama. Setiap bulannya ibu Suningsih akan membayar Rp.110.000\/per bulan dan begitu seterusnya sampai selesai.<\/p>\n\n\n\n
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Maryam lahir pada bulan Maret 1983, saat ini tinggal di desa Balla Satanetean, kecamatan Balla, kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Maryam menikah dengan suami yang saat ini bekerja sebagai staf honorer di kantor pemerintah daerah dan dikaruniai 2 orang anak laki-laki berumur 12 tahun dan 9 tahun. Karena suaminya hanya staf honorer, maka pendapatan dari dirinya menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Selain menenun, Maryam juga bekerja menjadi buruh upahan di sawah orang lain.<\/p>\n\n\n\n
Maryam bergabung dalam kelompok Pekka pada bulan Oktober 2015. Alasan tertarik masuk Pekka karena kegiatan Pekka sesuai dengan kondisi dirinya yang juga sebagai pencari nafkah keluarga. Pada saat pembentukan kelompok dan pemilihan pengurus dirinya terpilih menjadi ketua kelompok. Selain simpan pinjam, di kelompoknya juga ada kegiatan arisan beras. <\/p>\n\n\n\n
Setiap pertemuan bulanan masing-masing anggota membawa 1 liter beras, setelah terkumpul kemudian dikocok, yang keluar namanya akan mendapatkan beras tersebut dan menyumbangkan beras 1 liter untuk kelompok. Beras sumbangan dari peserta arisan ini dipinjamkan kepada anggota yang membutuhkan dan dapat dikembalikan dengan cara mengangsur. Kelompoknya juga membuat kebun sayur dengan sistem permakultur. Hasil kebun organik tersebut digunakan untuk menambah modal simpan pinjam kelompoknya. (Kodar Tri W<\/em>)<\/p>\n","post_title":"Maryam, Modal Menenun dari Simpan Pinjam Kelompok Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"maryam-modal-menenun-dari-simpan-pinjam-kelompok-pekka-2","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 08:23:45","post_modified_gmt":"2022-01-21 08:23:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1456","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1964,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:24:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content":"\n
Saya Yayah Rohayah, seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) berusia 28 tahun yang berasal dari Kampung Guha, Desa Lembang Sari, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang. Kampung saya merupakan salah satu yang terpencil di Kecamatan Rajeg. Pada tahun 2018 silam, kampung saya dikunjungi oleh Mbak Dian dari Sekretariat Nasional (Seknas) Yayasan Pekka beserta beberapa kader Pekka lainnya. Namun saya bukanlah orang pertama yang langsung ikut bergabung menjadi anggota Pekka, justru kelompok saya adalah kelompok ketiga di Desa Lembang Sari yang ikut bergabung setelah Kelompok Bina Lestari dan Kelompok Ceremai berdiri.<\/p>\n\n\n\n
Saya bergabung di Pekka pada bulan Januari tahun 2019 silam. Saat itu, saya tergabung di Kelompok Bina Sejahtera dan diamanahi sebagai bendahara kelompok. Awalnya, saya kira bergabung di Pekka hanya akan sekedar menjalankan kegiatan simpan pinjam jika ada keperluan, ternyata saya salah besar. Setelah mendengar pemaparan dari Ibu Hj. Sumiyati dan Ibu Masnah yang dulunya menjadi pendamping di pembentukan kelompok saya, ternyata Pekka bisa menjadi tempat untuk menggali potensi-potensi yang ada di setiap anggotanya. Pekka memberikan fasilitas kepada anggota-anggotanya untuk berkembang melalui beberapa kegiatan pelatihan, diantaranya pelatihan kursus make up <\/em>yang merupakan hasil kerja sama Pekka dengan L\u2019oreal, pelatihan menjahit, pelatihan memasak, dan masih banyak lagi pelatihan yang saya ikuti melalui Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Melalui sosialisasi pemberdayaan perempuan yang didukung oleh Pekka, saya bisa membantu saudara di kampung saya untuk mengurus dokumen-dokumen penting yang biasanya menjadi syarat administrasi, seperti akte kelahiran, buku nikah, bahkan kartu keluarga. Selain itu, ilmu tersebut juga saya terapkan ketika saya membuat akte kelahiran untuk anak saya. Jika tidak mendapatkan sosialisasi dari kader Pekka yang sudah berpengalaman, saya tidak yakin saya dapat membantu saudara saya dalam mengurus dokumen-dokumen administrasi tersebut. Semakin lama saya bergabung dengan Pekka, semakin banyak pengetahuan yang bisa saya dapatkan. Saya seorang IRT yang awalnya hanya tahu tentang kasur, sumur, dan dapur. Sekarang, saya ditunjuk sebagai anggota Jurnalis Warga Pekka (JWP) Tangerang. Sebagai anggota JWP, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti kelas pelatihan melalui Zoom, seperti pelatihan kelas BISA KITA (Bisnis Berbasis Komunitas), di mana banyak sekali ilmu yang saya dapat dan mudah-mudahan bisa saya sebarkan ke anggota-anggota Pekka yang lain, serta saya terapkan pula di kehidupan sehari-hari saya. Selain pelatihan kelas BISA KITA, saya juga mengikuti acara webinar bedah buku hasil penelitian yang membahas tentang perubahan pengaturan usia minimum perkawinan, dispensasi perkawinan, dan bagaimana praktiknya di Indonesia, yang mana saya pribadi juga mengalami pernikahan dini.<\/p>\n\n\n\n
Saya merasa sangat bahagia karena setiap ada acara Pekka yang diselenggarakan, saya selalu dilibatkan, mulai dari acara diskusi kampung, sampai ke diskusi tingkat kabupaten yang biasa disebut dengan Forum Pemangku Kepentingan (FPK). Hal seperti itu akan selalu menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya. Terima kasih untuk para kader Pekka yang tidak bosan-bosanya menyalurkan pengetahuan dan pengalamannya kepada saya dan anggota-anggota Pekka yang lain. Terima kasih juga kepada Pekka yang sudah menjadi tempat saya untuk menimba ilmu.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n
Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"PEKKA menjadi Wadah Pengetahuan dan Pengalaman","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekka-menjadi-wadah-pengetahuan-dan-pengalaman","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:24:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1964","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1925,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:08:24","post_date_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content":"\n
Saya Mahsulia usia 23 tahun dari Aceh Tamiang Kec.Seruway desa Lubuk Damar, saya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sambil mengajar di PAUD permata hati. Saya merupakan perempuan kepala keluarga karena walaupun saya sudah menikah, saya masih menanggung dan menjaga kedua orang yang sedang sakit stroke. ini foto kami pada acara arisan koperasi Pekka pada tanggal 08 November 2021.<\/p>\n\n\n\n
Pertama kali bergabung di Pekka saya di ajak oleh Ibu Suningsih, Linda Sari, Neni dan, Ibu Sukarsih. Saya sangat tertarik oleh Pekka karena di Pekka banyak ilmu seperti kerajinan tangan, senam(kesehatan), koperasi, membuka usaha, dan melatih berbicara di depan umum, tidak menutup pada ilmu lainnya karena banyak peluang ilmu yang diajarkan di Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Biasanya kami berkumpul di rumah ibu Indah Rahayu desa Paya Rambe saya selaku bendahara koperasi Pekka Lubuk Damar senang bergabung di Serikat Pekka kami sekelompok menjalankan koperasi Pekka selama kurang lebih 15 bulan. Setiap bulan nya kami semua berkumpul untuk mengumpulkan uang tabungan, serta pinjaman. Koperasi kami terdiri dari uang pokok Rp50.000 uang tabungan Rp 10.000\/bulan dan uang jasa 1 % selama 15 bulan ini anggota kami berjumlah 27 orang. <\/p>\n\n\n\n
Di bulan November ini uangnya terkumpul semua berjumlah Rp1.351.000 itu sudah termasuk uang angsuran pinjaman. Setelah terkumpul ibu Suningsih bisa memberikan pinjaman kepada yang ingin meminjam uang koperasi Pekka ini sejumlah Rp1.000.000. Contoh pembayaran angsurannya nanti akan diberi tempo 10 bulan paling lama. Setiap bulannya ibu Suningsih akan membayar Rp.110.000\/per bulan dan begitu seterusnya sampai selesai.<\/p>\n\n\n\n
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Sebelumnya Maryam adalah penenun upahan, dia menenun dengan cara mengambil benang dari orang lain dan setelah selesai Maryam menerima upah dari tenun yang berhasil dia kerjakan. Dari kegiatan simpan pinjam kelompok Pekka, Maryam dapat meminjam uang sebagai modal membeli benang saat ada pesanan. Hasil keuntungan menenun dia tabung kembali dikelompok hingga terkumpul uang Rp. 2.500.000 yang dia gunakan untuk mendapatkan saluran listrik. Kini dia sudah memiliki listrik sendiri dirumahnya.<\/p>\n\n\n\n
Maryam lahir pada bulan Maret 1983, saat ini tinggal di desa Balla Satanetean, kecamatan Balla, kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Maryam menikah dengan suami yang saat ini bekerja sebagai staf honorer di kantor pemerintah daerah dan dikaruniai 2 orang anak laki-laki berumur 12 tahun dan 9 tahun. Karena suaminya hanya staf honorer, maka pendapatan dari dirinya menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Selain menenun, Maryam juga bekerja menjadi buruh upahan di sawah orang lain.<\/p>\n\n\n\n
Maryam bergabung dalam kelompok Pekka pada bulan Oktober 2015. Alasan tertarik masuk Pekka karena kegiatan Pekka sesuai dengan kondisi dirinya yang juga sebagai pencari nafkah keluarga. Pada saat pembentukan kelompok dan pemilihan pengurus dirinya terpilih menjadi ketua kelompok. Selain simpan pinjam, di kelompoknya juga ada kegiatan arisan beras. <\/p>\n\n\n\n
Setiap pertemuan bulanan masing-masing anggota membawa 1 liter beras, setelah terkumpul kemudian dikocok, yang keluar namanya akan mendapatkan beras tersebut dan menyumbangkan beras 1 liter untuk kelompok. Beras sumbangan dari peserta arisan ini dipinjamkan kepada anggota yang membutuhkan dan dapat dikembalikan dengan cara mengangsur. Kelompoknya juga membuat kebun sayur dengan sistem permakultur. Hasil kebun organik tersebut digunakan untuk menambah modal simpan pinjam kelompoknya. (Kodar Tri W<\/em>)<\/p>\n","post_title":"Maryam, Modal Menenun dari Simpan Pinjam Kelompok Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"maryam-modal-menenun-dari-simpan-pinjam-kelompok-pekka-2","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 08:23:45","post_modified_gmt":"2022-01-21 08:23:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1456","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1964,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:24:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content":"\n
Saya Yayah Rohayah, seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) berusia 28 tahun yang berasal dari Kampung Guha, Desa Lembang Sari, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang. Kampung saya merupakan salah satu yang terpencil di Kecamatan Rajeg. Pada tahun 2018 silam, kampung saya dikunjungi oleh Mbak Dian dari Sekretariat Nasional (Seknas) Yayasan Pekka beserta beberapa kader Pekka lainnya. Namun saya bukanlah orang pertama yang langsung ikut bergabung menjadi anggota Pekka, justru kelompok saya adalah kelompok ketiga di Desa Lembang Sari yang ikut bergabung setelah Kelompok Bina Lestari dan Kelompok Ceremai berdiri.<\/p>\n\n\n\n
Saya bergabung di Pekka pada bulan Januari tahun 2019 silam. Saat itu, saya tergabung di Kelompok Bina Sejahtera dan diamanahi sebagai bendahara kelompok. Awalnya, saya kira bergabung di Pekka hanya akan sekedar menjalankan kegiatan simpan pinjam jika ada keperluan, ternyata saya salah besar. Setelah mendengar pemaparan dari Ibu Hj. Sumiyati dan Ibu Masnah yang dulunya menjadi pendamping di pembentukan kelompok saya, ternyata Pekka bisa menjadi tempat untuk menggali potensi-potensi yang ada di setiap anggotanya. Pekka memberikan fasilitas kepada anggota-anggotanya untuk berkembang melalui beberapa kegiatan pelatihan, diantaranya pelatihan kursus make up <\/em>yang merupakan hasil kerja sama Pekka dengan L\u2019oreal, pelatihan menjahit, pelatihan memasak, dan masih banyak lagi pelatihan yang saya ikuti melalui Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Melalui sosialisasi pemberdayaan perempuan yang didukung oleh Pekka, saya bisa membantu saudara di kampung saya untuk mengurus dokumen-dokumen penting yang biasanya menjadi syarat administrasi, seperti akte kelahiran, buku nikah, bahkan kartu keluarga. Selain itu, ilmu tersebut juga saya terapkan ketika saya membuat akte kelahiran untuk anak saya. Jika tidak mendapatkan sosialisasi dari kader Pekka yang sudah berpengalaman, saya tidak yakin saya dapat membantu saudara saya dalam mengurus dokumen-dokumen administrasi tersebut. Semakin lama saya bergabung dengan Pekka, semakin banyak pengetahuan yang bisa saya dapatkan. Saya seorang IRT yang awalnya hanya tahu tentang kasur, sumur, dan dapur. Sekarang, saya ditunjuk sebagai anggota Jurnalis Warga Pekka (JWP) Tangerang. Sebagai anggota JWP, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti kelas pelatihan melalui Zoom, seperti pelatihan kelas BISA KITA (Bisnis Berbasis Komunitas), di mana banyak sekali ilmu yang saya dapat dan mudah-mudahan bisa saya sebarkan ke anggota-anggota Pekka yang lain, serta saya terapkan pula di kehidupan sehari-hari saya. Selain pelatihan kelas BISA KITA, saya juga mengikuti acara webinar bedah buku hasil penelitian yang membahas tentang perubahan pengaturan usia minimum perkawinan, dispensasi perkawinan, dan bagaimana praktiknya di Indonesia, yang mana saya pribadi juga mengalami pernikahan dini.<\/p>\n\n\n\n
Saya merasa sangat bahagia karena setiap ada acara Pekka yang diselenggarakan, saya selalu dilibatkan, mulai dari acara diskusi kampung, sampai ke diskusi tingkat kabupaten yang biasa disebut dengan Forum Pemangku Kepentingan (FPK). Hal seperti itu akan selalu menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya. Terima kasih untuk para kader Pekka yang tidak bosan-bosanya menyalurkan pengetahuan dan pengalamannya kepada saya dan anggota-anggota Pekka yang lain. Terima kasih juga kepada Pekka yang sudah menjadi tempat saya untuk menimba ilmu.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n
Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"PEKKA menjadi Wadah Pengetahuan dan Pengalaman","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekka-menjadi-wadah-pengetahuan-dan-pengalaman","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:24:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1964","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1925,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:08:24","post_date_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content":"\n
Saya Mahsulia usia 23 tahun dari Aceh Tamiang Kec.Seruway desa Lubuk Damar, saya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sambil mengajar di PAUD permata hati. Saya merupakan perempuan kepala keluarga karena walaupun saya sudah menikah, saya masih menanggung dan menjaga kedua orang yang sedang sakit stroke. ini foto kami pada acara arisan koperasi Pekka pada tanggal 08 November 2021.<\/p>\n\n\n\n
Pertama kali bergabung di Pekka saya di ajak oleh Ibu Suningsih, Linda Sari, Neni dan, Ibu Sukarsih. Saya sangat tertarik oleh Pekka karena di Pekka banyak ilmu seperti kerajinan tangan, senam(kesehatan), koperasi, membuka usaha, dan melatih berbicara di depan umum, tidak menutup pada ilmu lainnya karena banyak peluang ilmu yang diajarkan di Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Biasanya kami berkumpul di rumah ibu Indah Rahayu desa Paya Rambe saya selaku bendahara koperasi Pekka Lubuk Damar senang bergabung di Serikat Pekka kami sekelompok menjalankan koperasi Pekka selama kurang lebih 15 bulan. Setiap bulan nya kami semua berkumpul untuk mengumpulkan uang tabungan, serta pinjaman. Koperasi kami terdiri dari uang pokok Rp50.000 uang tabungan Rp 10.000\/bulan dan uang jasa 1 % selama 15 bulan ini anggota kami berjumlah 27 orang. <\/p>\n\n\n\n
Di bulan November ini uangnya terkumpul semua berjumlah Rp1.351.000 itu sudah termasuk uang angsuran pinjaman. Setelah terkumpul ibu Suningsih bisa memberikan pinjaman kepada yang ingin meminjam uang koperasi Pekka ini sejumlah Rp1.000.000. Contoh pembayaran angsurannya nanti akan diberi tempo 10 bulan paling lama. Setiap bulannya ibu Suningsih akan membayar Rp.110.000\/per bulan dan begitu seterusnya sampai selesai.<\/p>\n\n\n\n
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Maryam adalah ketua kelompok Pekka Batarirak Desa Balla Satanatean Kecamatan Balla Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat. Maryam mengalami beberapa perubahan setelah bergabung dengan kelompok Pekka pada bulan Oktober 2015, diantaranya adalah mampu memiliki saluran listrik dan menenun dengan modal sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Sebelumnya Maryam adalah penenun upahan, dia menenun dengan cara mengambil benang dari orang lain dan setelah selesai Maryam menerima upah dari tenun yang berhasil dia kerjakan. Dari kegiatan simpan pinjam kelompok Pekka, Maryam dapat meminjam uang sebagai modal membeli benang saat ada pesanan. Hasil keuntungan menenun dia tabung kembali dikelompok hingga terkumpul uang Rp. 2.500.000 yang dia gunakan untuk mendapatkan saluran listrik. Kini dia sudah memiliki listrik sendiri dirumahnya.<\/p>\n\n\n\n
Maryam lahir pada bulan Maret 1983, saat ini tinggal di desa Balla Satanetean, kecamatan Balla, kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Maryam menikah dengan suami yang saat ini bekerja sebagai staf honorer di kantor pemerintah daerah dan dikaruniai 2 orang anak laki-laki berumur 12 tahun dan 9 tahun. Karena suaminya hanya staf honorer, maka pendapatan dari dirinya menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Selain menenun, Maryam juga bekerja menjadi buruh upahan di sawah orang lain.<\/p>\n\n\n\n
Maryam bergabung dalam kelompok Pekka pada bulan Oktober 2015. Alasan tertarik masuk Pekka karena kegiatan Pekka sesuai dengan kondisi dirinya yang juga sebagai pencari nafkah keluarga. Pada saat pembentukan kelompok dan pemilihan pengurus dirinya terpilih menjadi ketua kelompok. Selain simpan pinjam, di kelompoknya juga ada kegiatan arisan beras. <\/p>\n\n\n\n
Setiap pertemuan bulanan masing-masing anggota membawa 1 liter beras, setelah terkumpul kemudian dikocok, yang keluar namanya akan mendapatkan beras tersebut dan menyumbangkan beras 1 liter untuk kelompok. Beras sumbangan dari peserta arisan ini dipinjamkan kepada anggota yang membutuhkan dan dapat dikembalikan dengan cara mengangsur. Kelompoknya juga membuat kebun sayur dengan sistem permakultur. Hasil kebun organik tersebut digunakan untuk menambah modal simpan pinjam kelompoknya. (Kodar Tri W<\/em>)<\/p>\n","post_title":"Maryam, Modal Menenun dari Simpan Pinjam Kelompok Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"maryam-modal-menenun-dari-simpan-pinjam-kelompok-pekka-2","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 08:23:45","post_modified_gmt":"2022-01-21 08:23:45","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1456","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1964,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:24:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content":"\n
Saya Yayah Rohayah, seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) berusia 28 tahun yang berasal dari Kampung Guha, Desa Lembang Sari, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang. Kampung saya merupakan salah satu yang terpencil di Kecamatan Rajeg. Pada tahun 2018 silam, kampung saya dikunjungi oleh Mbak Dian dari Sekretariat Nasional (Seknas) Yayasan Pekka beserta beberapa kader Pekka lainnya. Namun saya bukanlah orang pertama yang langsung ikut bergabung menjadi anggota Pekka, justru kelompok saya adalah kelompok ketiga di Desa Lembang Sari yang ikut bergabung setelah Kelompok Bina Lestari dan Kelompok Ceremai berdiri.<\/p>\n\n\n\n
Saya bergabung di Pekka pada bulan Januari tahun 2019 silam. Saat itu, saya tergabung di Kelompok Bina Sejahtera dan diamanahi sebagai bendahara kelompok. Awalnya, saya kira bergabung di Pekka hanya akan sekedar menjalankan kegiatan simpan pinjam jika ada keperluan, ternyata saya salah besar. Setelah mendengar pemaparan dari Ibu Hj. Sumiyati dan Ibu Masnah yang dulunya menjadi pendamping di pembentukan kelompok saya, ternyata Pekka bisa menjadi tempat untuk menggali potensi-potensi yang ada di setiap anggotanya. Pekka memberikan fasilitas kepada anggota-anggotanya untuk berkembang melalui beberapa kegiatan pelatihan, diantaranya pelatihan kursus make up <\/em>yang merupakan hasil kerja sama Pekka dengan L\u2019oreal, pelatihan menjahit, pelatihan memasak, dan masih banyak lagi pelatihan yang saya ikuti melalui Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Melalui sosialisasi pemberdayaan perempuan yang didukung oleh Pekka, saya bisa membantu saudara di kampung saya untuk mengurus dokumen-dokumen penting yang biasanya menjadi syarat administrasi, seperti akte kelahiran, buku nikah, bahkan kartu keluarga. Selain itu, ilmu tersebut juga saya terapkan ketika saya membuat akte kelahiran untuk anak saya. Jika tidak mendapatkan sosialisasi dari kader Pekka yang sudah berpengalaman, saya tidak yakin saya dapat membantu saudara saya dalam mengurus dokumen-dokumen administrasi tersebut. Semakin lama saya bergabung dengan Pekka, semakin banyak pengetahuan yang bisa saya dapatkan. Saya seorang IRT yang awalnya hanya tahu tentang kasur, sumur, dan dapur. Sekarang, saya ditunjuk sebagai anggota Jurnalis Warga Pekka (JWP) Tangerang. Sebagai anggota JWP, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti kelas pelatihan melalui Zoom, seperti pelatihan kelas BISA KITA (Bisnis Berbasis Komunitas), di mana banyak sekali ilmu yang saya dapat dan mudah-mudahan bisa saya sebarkan ke anggota-anggota Pekka yang lain, serta saya terapkan pula di kehidupan sehari-hari saya. Selain pelatihan kelas BISA KITA, saya juga mengikuti acara webinar bedah buku hasil penelitian yang membahas tentang perubahan pengaturan usia minimum perkawinan, dispensasi perkawinan, dan bagaimana praktiknya di Indonesia, yang mana saya pribadi juga mengalami pernikahan dini.<\/p>\n\n\n\n
Saya merasa sangat bahagia karena setiap ada acara Pekka yang diselenggarakan, saya selalu dilibatkan, mulai dari acara diskusi kampung, sampai ke diskusi tingkat kabupaten yang biasa disebut dengan Forum Pemangku Kepentingan (FPK). Hal seperti itu akan selalu menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya. Terima kasih untuk para kader Pekka yang tidak bosan-bosanya menyalurkan pengetahuan dan pengalamannya kepada saya dan anggota-anggota Pekka yang lain. Terima kasih juga kepada Pekka yang sudah menjadi tempat saya untuk menimba ilmu.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n
Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"PEKKA menjadi Wadah Pengetahuan dan Pengalaman","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pekka-menjadi-wadah-pengetahuan-dan-pengalaman","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:24:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:24:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1964","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1925,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:08:24","post_date_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content":"\n
Saya Mahsulia usia 23 tahun dari Aceh Tamiang Kec.Seruway desa Lubuk Damar, saya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sambil mengajar di PAUD permata hati. Saya merupakan perempuan kepala keluarga karena walaupun saya sudah menikah, saya masih menanggung dan menjaga kedua orang yang sedang sakit stroke. ini foto kami pada acara arisan koperasi Pekka pada tanggal 08 November 2021.<\/p>\n\n\n\n
Pertama kali bergabung di Pekka saya di ajak oleh Ibu Suningsih, Linda Sari, Neni dan, Ibu Sukarsih. Saya sangat tertarik oleh Pekka karena di Pekka banyak ilmu seperti kerajinan tangan, senam(kesehatan), koperasi, membuka usaha, dan melatih berbicara di depan umum, tidak menutup pada ilmu lainnya karena banyak peluang ilmu yang diajarkan di Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Biasanya kami berkumpul di rumah ibu Indah Rahayu desa Paya Rambe saya selaku bendahara koperasi Pekka Lubuk Damar senang bergabung di Serikat Pekka kami sekelompok menjalankan koperasi Pekka selama kurang lebih 15 bulan. Setiap bulan nya kami semua berkumpul untuk mengumpulkan uang tabungan, serta pinjaman. Koperasi kami terdiri dari uang pokok Rp50.000 uang tabungan Rp 10.000\/bulan dan uang jasa 1 % selama 15 bulan ini anggota kami berjumlah 27 orang. <\/p>\n\n\n\n
Di bulan November ini uangnya terkumpul semua berjumlah Rp1.351.000 itu sudah termasuk uang angsuran pinjaman. Setelah terkumpul ibu Suningsih bisa memberikan pinjaman kepada yang ingin meminjam uang koperasi Pekka ini sejumlah Rp1.000.000. Contoh pembayaran angsurannya nanti akan diberi tempo 10 bulan paling lama. Setiap bulannya ibu Suningsih akan membayar Rp.110.000\/per bulan dan begitu seterusnya sampai selesai.<\/p>\n\n\n\n
Jika telat pembayaran atau tidak membayar jasa akan dikenakan denda sebanyak 1%.<\/p>\n\n\n\n
Kami sering bercanda menyebut kelompok kami sebagai Wonder Woman, karena anggota kami tertib, disiplin dan insyaallah amanah, ini dapat dilihat dari belum pernah ada anggota yang kena denda.<\/p>\n\n\n\n
Kami semua berdoa semoga kami diberi kesehatan selalu untuk bisa berkegiatan.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai bendahara koperasi seringkali saya menghadapi tantangan misalnya, ketika saya sedang repot di rumah namun dihubungi mendadak untuk kegiatan, saya harus siap. Selain itu, waktu pertama kali saya ditunjuk sebagai bendahara ada kawan yang mencurigai bilang kalau takut nanti uangnya dimakan saya. Tapi saya bisa membuktikan bahwa hingga sekarang saya amanah, saya menjaga kepercayaan dengan rajin melaporkan uang masuk dan keluar, meskipun anggota tidak mengerti ketika saya jelaskan.<\/p>\n\n\n\n
Saya senang bergabung di Pekka, karena belajar di Pekka itu tidak memandang usia dan latar belakang, anggota memiliki pekerjaan yang berbeda-beda namun disatukan dalam keinginan bersama untuk maju sebagai perempuan. Saya percaya ALLAH akan menaikan derajat seseorang jika ia serius dan ikhlas dalam berilmu yang bermanfaat. Saya menganggap koperasi Pekka ini sangat bermanfaat sekali untuk semua kelompok anggota untuk meringankan beban ekonomi yang sangat sulit di masa pandemi COVID ini.<\/p>\n\n\n\n
Dengan adanya koperasi Pekka kami semua tidak terbelit jasa yg tinggi atau BUNGA'' uang pinjaman dari entitas lainnya misalnya rentenir atau lintah darat.<\/p>\n","post_title":"Koperasi Aceh Tamiang","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"koperasi-aceh-tamiang","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 05:08:24","post_modified_gmt":"2022-01-06 05:08:24","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1925","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1921,"post_author":"4","post_date":"2022-01-06 05:00:29","post_date_gmt":"2022-01-06 05:00:29","post_content":"\n
Maidawati nama lengkapku. Orang biasa memanggilku Meida, Kini usiaku 33 tahun. Aku tinggal di dusun Panglima Kobat desa Tumpok Tengah kecamatan Bendahara kabupaten Aceh Tamiang, aku memiliki satu orang anak perempuan berusia 10 tahun. Pekka adalah pahlawan bagiku. Pekka menjauhkanku dari jerit tangis karena kekerasaan yang dilakukan suamiku sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Tanggal 28 Juni 2008 aku menikah dengan seorang laki-laki, aku berharap dengan menikah aku memiliki orang yang akan selalu menyayangi dan melindungiku. Tapi bahagia itu hanya sebentar saja, tahun 2012 ketika usia pernikahan ku hampir 4 tahun, aku mulai mengalami kejadian yang menyakitkan, suami yang ku harapkan menjadi pelindung malah menjadi bencana dalam hidupku, suami ku mulai memakai narkoba, kemudian dia menjadi pecandu, bahkan dia tidak lagi peduli dengan kami anak istrinya, dia tidak lagi mengutamakan kerja untuk menafkahi kami, kerjanya hanya kumpul dengan teman-temannya, kadang dia sering pulang dalam keadaan berantakan, dan selalu meminta uang padaku untuk membeli barang haram itu. Ketika aku tidak memenuhi permintaannya dia akan marah dan mengamuk.<\/p>\n\n\n\n
Pernah sekali aku dan anak ku dikurung dikamar mandi, kemudian dia membongkar semua barang mencari uang yang mungkin aku simpan, diwaktu yang lain aku juga pernah hampir di pukul tapi tangannya akhirnya memukul dinding, walaupun tangannya tidak menyentuh tubuh ku namun aku dan anak ku selalu ketakutan ketika dia sudah marah dan mengamuk begitu. Seringnya dia mengamuk dan membentak ketika aku tidak memberinya uang. Caci maki sudah menjadi bahasanya sehari-hari , hal begitu berlangsung hampir tiap hari.<\/p>\n\n\n\n
Anakku mengalami trauma berat sejak sering melihat perilaku ayahnya, dia selalu ketakutan ketika melihat laki-laki, dia akan menangis atau diam ketakutan jika ada saudara atau tetangga laki-laki yang mengajak dia bicara, anak ku juga tidak berani keluar rumah, jika ada teman-temannya datang atau bermain di depan rumah, dia hanya berani melihat mereka lewat jendela. Aku sendiri sering jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit karena tidak sanggup menahan perlakuan suami ku. Akhirnya karena sudah benar-benar tidak tahan, aku minta tolong sama mertua dan saudara ipar ku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku, untuk membantuku agar bisa lepas dari suamiku, mereka sudah tahu tabiat anak atau adiknya, ketika aku minta tolong mereka langsung membantu. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dan mengurus perceraian. Tidak lama kemudian pengadilan memberikan putusan cerai.<\/p>\n\n\n\n
Setelah bercerai tak membuat hidupku lebih baik, aku malah tambah sedih dan bingung, aku tidak memiliki penghasilan, aku bingung harus menghidupi keluarga ku. Aku dan anak ku masih merasa trauma, aku sering menangis memikirkan nasibku yang kurang beruntung. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga aku berusaha bekerja mencari upahan dengan mencuci dan setrika pakaian di rumah orang, dari hasil kerja itu aku bisa sedikit memenuhi kebutuhan keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Hingga tahun 2014, tepatnya setelah 2 tahun aku bercerai, aku bergabung dengan Serikat Pekka. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan di Pekka, aku dilibatkan dalam kegiatan KLIK PEKKA, Pendampingan Kelompok, Advokasi ke Dinas atau Pemerintah, membantu masyarakat dalam mengurus identitas hukum, baik untuk masyarakat di desa ku maupun di desa tetangga. Aku juga pernah dimintai masyarakat dalam mendampingi kasus perceraian ke Mahkamah Syariah. Hal ini tentu tidak aku lakukan begitu saja dengan mudah, ini semua bisa aku lakukan karena aku belajar di organisasi Serikat Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Selain terlibat dalam kegiatan KLIK, advokasi, pendampingan kelompok dan pendampingan kasus, aku juga pernah terpilih menjadi bendahara serikat kabupaten Aceh Tamiang pada periode pertama kepengurusan Pekka. Aku juga ikut dalam beberapa kegiatan peningkatan kapasitas, diantaranya pelatihan visi misi, pelatihan data, pelatihan keuangan, dan beberapa pelatihan lain. Pelatihan-pelatihan itu ada yang laksanakan tingkat desa, kabupaten, propinsi dan bahkan aku pernah ikut pelatihan di tingkat nasional, tepatnya di Gadog Bogor, tapi aku lupa dengan nama pelatihannya dan waktu tepatnya mengikuti pelatihan itu.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling aku rasakan selama bergabung dengan Serikat Pekka adalah memiliki pengalaman dan mendapatkan ilmu dan informasi yang sebelumnya tak terpikir olehku, kepercayaan diriku meningkat, aku jadi berani berbicara di depan orang banyak setelah belajar di pekka, aku juga mendapatkan pengalaman Advokasi, aku sudah bisa membuat laporan kegiatan dan pembukuan, pengetahuan terkait simpan pinjam, dan pendidikan perempuan melalui kelas Akademi Paradigta. Semua kegiatan dan kesibukan ku di Pekka pelan-pelan mulai menghapus traumaku, dan bahkan sekarang aku jauh lebih baik. Bagiku saat ini tak perlu memikirkan dan menyesali hal yang menyedihkan. Aku harus lebih memikirkan diriku sendiri dan membahagiakan keluarga, terutama membahagiakan anak ku.<\/p>\n\n\n\n
Rapat Serikat atau rapat koordinasi adalah salah satu kegiatan Serikat Pekka, dulu kegiatan ini dilakukan setiap 1 bulan sekali. Kegiatan ini biasa dilakukan untuk review kegiatan bulan lalu dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya, biasa kegiatan ini dihadiri oleh kader dan pengurus serikat kabupaten, kami melakukannya bersamaan dengan kegiatan arisan. Dalam kegiatan inilah kami saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Lewat organisasi Pkka saya menyadari ternyata bukan hanya saya tapi banyak teman-teman lain di Pekka mengalami hal yang sama bahkan jauh lebih menyedihkan dari saya. Hal itu pula yang membuat saya merasa Pekka ini seperti sebuah keluarga.<\/p>\n\n\n\n
Pembangunan desa adalah hal yang menjadi fokus kami kader Pekka Aceh Tamiang. Dalam satu kesempatan kami membahas tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam memperkuat desa. \u201cJika kita tidak menjabat di pemerintahan desa maka suara kita kurang di dengar\u201d, begitu kata Baini salah satu perempuan yang juga juga tergabung dalam anggota Pekka di desaku. Pembahasan ini terasa mengasyikkan; Aku termotivasi dan berinisiatif mencari peluang untuk menduduki posisi pengambilan keputusan di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari pada bulan Juli 2020 aku bertamu ke rumah Kepala Desa Tumpuk Tengah. Waktu itu aku sebagai enumerator dari Pekka sedang melakukan pendataan Pemantauan Bansos. Pendataan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bantuan sosial pemerintah bisa diakses masyarakat selama pandemi covid 19. Aku mewawancarai kepala desa dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari kuesioner yang aku bawa. Setelah selesai wawancara, kepala desa menanyakan kepadaku, \u201cMaida diupah besar dari Pekka ya? PEKKA kan punya uang banyak hingga bisa menerbangkan orang ke Jakarta\u201d. Aku terkejut, aku tidak menyangka jika kepala desa punya pemikiran demikian terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh ku dan teman-teman kader Pekka lainnya. Aku mengklarifikasi dengan menjelaskan bahwa aku tidak digaji, kerjaku di Pekka adalah kerja kerelawanan. Aku melakukan kegiatan pendampingan dengan niat membantu masyarakat sebagai bentuk kontribusiku ikut serta membangun desa. Sejak saat itu, aku pun semakin dekat dengan kepala desa.<\/p>\n\n\n\n
Bapak ku Muhammad Idris yang sehari-hari bekerja sebagai buruh kebun juga merupakan kepala lorong di desaku, pada bulan Mei tahun 2020 beliau meninggal karena sakit, pada bulan Agustus 2020 kepala desa menunjuk aku menjadi kepala lorong menggantikan almarhum bapak ku. Aku resmi menjadi Kepala Lorong, hal itu membuat aku bangga dapat mewujudkan impian mengambil salah satu posisi pengambil keputusan di desa. Namun selang seminggu kemudian kepala desa datang kepadaku untuk meminta kesediaan ku menjadi bendahara desa. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bendahara desa merupakan salah satu posisi yang strategis di desa. Dengan posisi tersebut aku berharap dapat melakukan perubahan dan mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak seperti harapanku dan visi Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Pemilihan bendahara dilakukan pada awal tahun 2021, pemilihannya dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dan sejak saat itu aku pun resmi menjabat sebagai bendahara desa Tumpuk Tengah, desa tempat aku tinggal saat ini. Pengalaman sebagai bendahara pada periode pertama kepengurusan Serikat Pekka Aceh Tamiang sangat membantu dalam menjalankan tugas keseharianku saat ini.<\/p>\n\n\n\n
Bahagia rasa hatiku atas semua kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kepala desa kepadaku. Aku bertekad tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bersama Pekka, aku berdiri tegak membebaskan diri dari derita berlarut.<\/p>\n\n\n\n
\u201cHarta paling berharga adalah keluarga\u201d mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku.<\/p>\n\n\n\n
Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai 4 orang putra dan satu orang putri. Kehidupan saya pun sangat sederhana, suami tidak bekerja dan tidak punya penghasilan tetap jadi sebagai istri saya juga merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari kecil sampai menikah saya selalu diajarkan untuk hidup prihatin karena, kedua orang tua saya adalah orang yang sangat miskin. Pekerjaan ayah saya hanya tukang becak dan ibu saya berjualan makanan untuk sarapan setiap hari untuk membesarkan 12 orang anak. Meskipun demikian, saya selalu bangga punya keluarga besar, walaupun kami miskin harta tapi kami kaya saudara.<\/p>\n\n\n\n
Aku bangga kepada kedua orang tuaku dari mereka, aku menjadikan kehidupan masa kanak-kanak sebagai cambuk untuk kehidupanku saat ini. Meski saya tidak berpendidikan tinggi tetapi, setelah mengenal Pekka, dan banyak belajar melalui pelatihan, seminar, membuat aku makin percaya diri untuk berani maju tampil untuk membuat suatu perubahan. Organisasi apapun ku ikuti, undangan rapat apapun saya hadiri. Semua itu agar saya bertambah wawasan dan bisa menanamkan pemikiran yang baik yang berinovasi kedepan. Ilmu ini ku terapkan dalam diri saya dan keluarga saya terlebih buat anak- anak saya. Memang perubahan tidak mudah dilakukan kalau bukan kita yang memulainya. Ternyata benar banyak perubahan yang bisa saya lakukan, dari diri saya sendiri saja sudah banyak perubahan, salah satunya saya bisa buat paud di desa. Selain itu, saya juga bisa mendobrak masyarakat untuk sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, melakukan pengajian, karang taruna, sanggar tari seni budaya, dan menjadikan ibu ibu Pekka kader kader andalan di desa, itu aku lakukan melalui advokasi di desa.<\/p>\n\n\n\n
Suatu hari saya berfikir kenapa ilmu kegiatan Pekka tidak saya pakai untuk mengembangkan anak-anak saya dahulu. Pada saat ini anak saya yang bernama Alfarizi berusia 19 tahun,saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Ia selalu diam di rumah, memang sejak kecil ia adalah anak yang sangat pendiam, jarang ia mau bermain diluar rumah. Dia lebih suka di dalam rumah, dan hanya berdiam diri dikamar, dia tidak akan keluar dari kamar kecuali mandi makan dan kuliah. Dia bisa seharian di kamar bermain laptop atau hp setiap hari seperti itu. Saya terkadang khawatir, tapi saya berusaha mengerti keinginannya dan memahami untuk menjadi mama juga sebagai teman dekatnya. Anak saya sering bertanya tentang Pekka dan dunia luar kepadaku, bahkan pernah ia pernah bertanya tentang honor transport, kader dan uang pelatihan selalu ia tanyakan. Dia pernah berkata:<\/p>\n\n\n\n
\u201ccapek kali ya ma jadi kader dikit lagi honornya. Jika ada kecelakaan, dijalan, keretanya mogok lagi gimana tu ma?\u201d tanya anak saya.<\/p>\n\n\n\n
Saya menjelaskan bahwa kami kader Pekka bukan honornya yang dikejar tetapi berapa banyak manfaatnya untuk orang banyak, karena ilmu itu mahal dan banyak ilmu yang saya dapat dari Pekka.<\/p>\n\n\n\n
\u201cMakanya kamu kuliah yang benar kalau bisa seperti mama kejar ilmu setinggi tingginya. Tanpa biaya, tetapi mampu mendatangkan uang dan ilmu yang insya Allah jadi bekal kelak saat kau dewasa, seperti dunia Pekka\u201d<\/p>\n\n\n\n
Alhamdulillah kalau berbicara Pekka anakku selalu menjadikannya sebagai pembelajaran untuk membuat perubahan. Kini, anak ku bisa pergi mengikuti kuliah studi banding kiriman dari universitasnya pada 22 Oktober 2021 lalu. Anakku diberangkatkan ke Universitas Sulawesi, jam delapan pagi dia sudah berada di pesawat Kuala namu Medan. Air mata bahagia tiada terkira doa seorang ibu Pekka dikabulkan Allah, tanpa biaya sepeserpun anak saya bisa sekolah tinggi sampai di luar kota. Saya jadi terharu bila mengingat bagaimana anak dan mamanya (saya) sama-sama pernah pergi ke Jakarta sendiri tanpa biaya. Saat pelatihan ke Jakarta pun dulu saya sendiri, kini anak ibu Pekka pun telah pergi menuntut ilmu sendiri.<\/p>\n\n\n\n
Terima kasih Pekka, kolaborasi ilmu Pekka dengan pendidikan diluar Pekka pun ternyata bisa kita canangkan ke anak untuk membuat suatu perubahan yang luar biasa.<\/p>\n\n\n\n
Editor: Rima Widyasar<\/p>\n","post_title":"Anakku Berhasil Berkat Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"anakku-berhasil-berkat-mendapat-ilmu-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-06 04:44:27","post_modified_gmt":"2022-01-06 04:44:27","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1915","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":2},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
Maryam adalah ketua kelompok Pekka Batarirak Desa Balla Satanatean Kecamatan Balla Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat. Maryam mengalami beberapa perubahan...
“Harta paling berharga adalah keluarga” mungkin itulah yang menggambarkan kehidupanku. Namaku Sukarsih dari Aceh Tamiang, saya seorang ibu rumah tangga...