Nama saya Yayuk Basuki (21), salah satu warga Desa Dharma Camplong Kab. Sampang, Madura yang sekarang bertugas sebagai Enumerator Pemantauan Bansos Tanggap Darurat Covid-19 Seknas PEKKA.
Pendataan dimulai pada tanggal 21 Mei 2020. Terik matahari sangat menyengat waktu itu, saya dan kak Rahmah melakukan pendataan di siang hari, karena paginya kami masih kerumah kepala desa untuk memberikan surat izin dari seknas.
Sekitar jam 10: 30 kami berkunjung k rumah bapak Amin Firdaus sebagai kepala Desa Dharma Camplong untuk menyerahkan surat izin, namun setelah sampai di tempat beliau sedang berada di luar (Sampang) lalu kak Rahmah menghubungi via telepon dan menyatakan tujuannya bahwa dia ingin menyampaikan surat izin dari seknas dan bercerita tentang pendataan pemantauan Covid’19. Tak butuh waktu lama untuk mendapatkan izin dari kepala desa, beliau memberikan respon positif dengan memberikan izin atas pendataan yang Pekka lakukan, karena beliau sendiri juga sangat mendukung dalam setiap kegiatan Pekka. Dan untuk suratnya akan menyusul ungkap kak rahmah selanjutnya.
Setelah itu, kami langsung terjun kelokasi Dan menyebar untuk memulai pendataan secara terpisah di Dusun Dharma, karena dusun dharma memiliki 258 kk dimana Pendataan ini cukup memakan waktu lama Dan harus kerumah warga satu persatu, karena sebagian besar KK yang kami temuai walaupun berada dalam satu dusun namun berjauhan, Dan lokasi dusun sasaran pendataan juga lumayan jauh dari rumah kami yang harus kami tempuh dengan kendaraan .
Terkadang kami harus mengajukan pertanyaan dengan sesederhana mungkin dan dengan menggunakan bahasa kami sendiri (bahasa Madura) supaya bagaimana mereka bisa mengerti dengan pertanyaan yang diajukan. kebanyakan mereka yang menjadi kepala keluarga sudah cukup tua, Meskipun begitu, kami berusaha untuk bisa membuat mereka mengerti dengan pertanyaan yang kami ajukan dan butuh kesabaran.
Pendataan hari pertama ini cukup lancar dan sedikit banyak memberikan pengalaman mengenai bagaimana kehidupan mereka dan keluhan mereka terkait bansos atau yg lainnya. Pendatan ini kami lakukan selama kurang lebih 10 hari (dengan 258 KK yang terkumpul). Dalam beberapa hari itu, terkadang kami mengalami kendala.
Kami harus ke Dusun sebelah untuk melakukan pendataan, karena memang disana yang dijadikan sampel dalam proses pemantauan covid’19 ini. Lokasi yang dituju cukup jauh, dengan kondisi jalan yang rusak juga ditambah lagi ketika hujan menjadikan jalan cukup licin dan berbahaya untuk dilewati. tapi Mau tidak mau kami tetap harus menerjang jalan itu.
Selama pendataan ini ada beberapa kasus yang kami temui, salah satunya kisah seorang ibu dan anak yang keduanya sama-sama janda (cerai mati) namanya Ibu Risa dengan usia yang sudah cukup tua (77), dia tinggal bersama anaknya yaitu Ibu Saini (60) atau kerap dipanggil B. Jum. Tempat tinggalnya bisa dikatakan kurang layak untuk ditempati. “Sebelumnya rumah itu sempat roboh akibat angin kencang, dan itu baru diperbaiki” ungkap ibu Saini.
Dia bertahan hidup dari bantuan keluarga serta tetangganya. Karena tidak bisa bekerja dan pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan sebelah kakinya lumpuh, dia juga punya penyakit gatal-gatal yang cukup parah dibagian kaki yang lumpuh. Keadaannya tidak sehat betul, hal ini membuat ibu Saini tidak bisa bekerja. Kisah hidupnya cukup memprihatinkan.
Ibu Risa Dan ibu saini mendapatkan bantuan (BLT-DD) yang seharusnya dia terima 600 ribu. Namun dia hanya menerima 400 ribu, yang diterima tidak sesuai dengan yang dijanjikan namun dia tidak bisa berkata apa2 hanya mengucap syukur desa mau bantu. yang ada dalam pikirannya Mungkin sisa uangnya yang 200 ribu di ambil dan akan dibagikan kepada masyarakat yang tidak mendapatkan.
Ibu Saini juga sempat bercerita bahwa dia pernah mendapatkan bantuan listrik, namun tidak diberikan oleh kadusnya, karena dianggap rumanya tidak memungkinkan untuk dipasangkan listrik Dan terpaksa listrik sumbangan dari desa dititipkan dulu sama tetangganya sementara kondisi rumahnya baik Dan hanya bisa dengan cara mengalirkan kerumah ibu saini. tapi tidak lama listrik yang dia titip justru dijual diam2 oleh orang yang punya rumah, Dan itupun ibu Saini hanya bisa diam Dan menerima tidak tau harus mengadu Dan minta tolong pada siapa. entah hanya keikhlasan Dan kesabaran yang ada saat itu pada diri ibu saini.
Ketika itu K rahma sempat mendengar sedikit cerita tentang ibu Saini yang bikin hati teriris, tidak lama kemudian dia langsung menghubungi pak kades via WA, dan mengirimkan gambar kondisi rumah Ibu Saini dan ibu rita serta menjelaskan kejadian yang dialaminya. “Masak dijaman modern sekarang ini, masih ada masyarakat yang memiliki rumah seperti ini!! gimana ini cong (bahasa orang dewasa keorang yang lebih keci). ungkap k rahma kepada Pak klebun( Kepala Desa), Dan pak klebun hanya menjawab akan saya tindak lanjuti.
Ada beberapa data masyarakat yang dikirim k Rahma langsung (via WA) ke pak kades dari hasil pemantauan yang kami lakukan. selang beberapa hari dari laporan K Rahma. Tanggal 31 Mei 2020 kemaren, pak kades menghubungi saya via WA, beliau meminta saya untuk menemuinya karena ada hal yang ingin ditanyakan terkait hasil sementara pendataan yang dilakukan Pekka.
Untuk kali pertama saya komunikasi langsung dengan pak kades, dan itu bukan hal yang biasa bagi saya. Saat itu, beliau menanyakan hasil sementara dari pemantauan yang dilakukan Pekka dan juga menanyakan kondisi masyarakatnya.
Kemudian beliau meminta saya untuk melish masyarakat siapa saja yang pernah saya temui ketika terjun ke lapangan saat pendataan “Tolong rincikan saja nama2 yang memang benar-benar layak untuk mendapatkan bantuan, dan tidak pernah tersentuh oleh bantuan apapun”, perintah pak kades kepada saya“ nanti saya hubungi kadus Dusun Dharma untuk membicarakannya, dan mungkin nanti akan kami tindaklanjuti hasil data dari teman2 Pekka yang melakukan pendataan, lanjut pak kades.
Mendengar hal tersebut saya cukup senang, karena beberapa masyarakat yang saya temui dengan kondisi kehidupannya cukup memprihatinkan dan tidak terjangkau akan bisa ditindak lanjuti oleh pak kades.
Besoknya saya melakukan survei ulang dengan dokumentasi yang lengkap kerumah warga yang memang saya anggap dia benar membutuhkan bantuan. Saya harus terjun kembali ke lokasi karena pak kades juga minta dokumentasi. Ketika survei saya lagsung mengirimkan gambar dari hasil yang saya ambil. Saya berharap dalam waktu dekat akan ada tindaklanjut dari pak kades untuk rincian masyarakat yang sudah kami data. Supaya mereka juga bisa merasakan rasa kepedulian yang seharusnya mereka dapatkan. (Yayuk)