Derita Kami Petani Karet Efek Lockdown

Derita Kami Petani Karet Efek Lockdown

Aceh Tamiang tempat kelahiranku merupakan kota yang indah dan penduduknya ramah tamah. Aku dibesarkan oleh keluarga sederhana di sebuah desa di Aceh Tamiang. Ayahku adalah petani karet dan ibuku hanya ibu rumah tangga biasa.

Di usia 20 tahun aku menikah dengan seorang pria yang juga berprofesi sebagai petani karet. Aku di anugerahi 2 orang putra. Kami tinggal di desa suami yang masih di sekitaran Aceh Tamiang tepatnya di Desa Paya Tampah Kecamatan Karang Baru Kab. Aceh Tamiang.

Sepuluh tahun yang lalu suamiku di vonis sakit lever. Otomatis semua kewajiban suami aku yang harus ambil alih. Aku lah tulang punggung keluarga. Karena himpitan ekonomi 2 tahun yang lalu aku memutuskan untuk bekerja sebagai TKW di Malaysia. Awal Januari 2020 aku pun kembali ke Indonesia.

Aku bertemu Ketua Serikat Aceh Tamiang Ibu Neni Pitriani. Beliau memperkenalkan Pekka dan ternyata di desa ku sudah ada kelompok pekka yaitu Pekka Bunda Jati yang dipimpin oleh Ibu Siti Ramlah dan aku memutuskan untuk bergabung di kelompok Pekka.

Banyak ilmu yang aku dapat dalam kelompok Pekka ini serta banyak teman-teman yg mengispirasi. Seperti hari biasa aku dan adik iparku Susilawati (26 tahun) yang juga anggota Kelompok Pekka Bunda Jati, kami sama-sama berprofesi sebagai petani karet.

Adikku ini suaminya merantau dan dia juga tulang punggung keluarga karena suami kadang kirim uang kadang tidak. Hari ini Senin 30 Maret 2020 seperti biasa setiap hari senin kami membawa hasil panen karet kami ke tempat pelelangan karet yang ada di desa kami. Sesampai di tempat pelelangan, kami dengar berita bahwa beberapa pabrik karet sudah tutup sampai waktu yang belum ditentukan akibat dari kebijakan pemerintah tentang virus covid -19. Agar semua masyarakat melakukan LOCKDOWN.

Efeknya hari ini harga karet kami turun, yang biasanya 6.000/kg hari ini hanya 5.000/kg. Bahkan kalau pemerintah melanjutkan LOCKDOWN semua pabrik karet akan tutup. Aku dan Susi terdiam, kami tak bisa berbuat apa-apa. 90% dari masyarakat Desa Paya Tampah adalah petani karet. Kalau kebijakan LOCKDOWN yang dibuat pemerintah ini bagaimana nasib kami?!? Karena anak-anak kami butuh makan.

Sekarang kami harus bagaimana… Lockdown ini ….derita kami petani karet…Kontributor: Neni Pitriani

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *