Derita Perempuan di Pulau Sumbawa

Derita Perempuan di Pulau Sumbawa

Miris mendengar nasib para perempuan di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Dalam hidup berumah tangga, mereka kerap disiksa dan ditelantarkan. Bunga, sebut saja begitu, seorang perempuan muda, asal Dompu. Sejak ia menikah, suami tak memberikan nafkah baik lahir maupun batin. Ia dibuang dan ditelantarkan, suami juga tega menyiksanya saat ia mengandung sang buah hati. Sungguh suami yang kejam, tak tahu diri, yang dulu berjanji saling mengasihi dan mencintai, seharusnya menjadi pelindung dan pencari nafkah untuk isteri dan anaknya.

Ketika Bunga mulai bersuara untuk menuntut keadilan, ada banyak rintangan yang menghalanginya, serasa dirinya dibungkam oleh orang- orang terdekat dan para pejabat berwenang yang menganggap, apa yang dialaminya adalah hal yang wajar dan tidak usah dilaporkan.

Lebih menyakitkan lagi ketika seorang perempuan mengugat cerai suaminya di Pengadilan Agama maka oleh masyarakat luas baik laki-laki maupun perempuan dipandang sebelah mata, kadang dihina, dilecehkan dan dianggap tak bermoral. Jika seorang perempuan menyandang status janda maka pasti akan dianggap hina dan rendahan.

Seperti yang terjadi pagi tadi di ruang Aula Kantor Desa Saneo, Kec. Woja, bagaimana penjabat desa memperlakukan seorang perempuan korban kekerasan dan penelantaran rumah tangga dengan sikap acuh tak acuh dan menertawakan semua janda. istilah janda jadi bahan guyonan dan tertawaan. Ruang aula itu pun jadi ramai dengan tawa terbahak-bahak dari para aparat desa.

Bagi laki -laki yang ada di ruangan ini, istilah janda identik dengan penggoda. Dan mereka melecehkan dengan kata-kata, ingin membuatkan satu tempat khusus untuk para janda agar mudah didekati dan digilir. Begitu rendah moral mereka.

Padahal perempuan mengugat cerai suaminya karena mereka butuh ketenangan dan kedamaian, ingin melepaskan diri dari ikatan yang membelenggunya dan ingin hidup merdeka tanpa paksaan dan siksaan.

Janda bukan dosa tapi adalah pilihan untuk meraih kebahagiaan selama suami tidak mampu memberikan kebahagiaan.

Penulis, Marlia, kader Pekka Dompu

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *