Tanjung Selor, tepatnya tanggal 03 November tahun 2023 saya bersiap mengikuti latihan tarian Gerak Sama, tarian Hudo dan tarian Ajay, ketiga tarian ini merupakan tarian khas etnis Dayak yang akan digelar dalam kegiatan festival Tari Budaya Dayak Kenyah. Festival ini dilaksanakan dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun HUT Kota Tanjung Selor ke – 233 tahun dan HUT Kabupaten Bulungan ke – 63 tahun yang akan dilaksanakan tanggal 5 November mendatang. Selain festival tari, kegiatan dirangkai dengan lomba perahu dayung, lomba menyumpit dan menari.
Saya mengikuti tarian gerak sama masal bersama teman-teman dari Desa Jelarai dan dari desa lainya. Festival tarian ini diikuti seluruh desa yang ada di Kabupaten Bulungan dengan jumlah kurang lebih 500-an orang penari. Untuk Desa Jelarai, masyarakat telah mengadakan rapat untuk membentuk panitia beserta kordinator perlombaan, saya menghadiri rapat sebagai perwakilan dari rukun tetangga (RT) 10 Desa Jelarai dan diberi tugas oleh panitia untuk memilih penari yang akan mengikuti festival tarian massal gerak sama ini. Setiap rukun tetangga (RT) mencatat nama – nama yang siap menari dan memiliki perlengkapan pakaian adat Dayak Kenya. Peserta yang ikut menari harus memakai baju adat, kalung manik, anting manik, gelang manik, dan selendang dayak. Seluruh aksesoris yang dipakai bermotif ukiran Dayak Kenya, karena festival ini akan menampilkan ciri khas suku Dayak Kenya mulai dari pakaian adat, aksesoris dan tariannya. Untuk menyukseskan kegiatan ini, setiap hari saya beserta teman lainnya melaksanakan latihan tari gerak sama.
Tarian gerak sama biasanya diadakan dalam upacara adat suku Dayak, tarian ini juga kerap ditampilkan dalam pesta panen, menyambut tahun baru dan menyambut tamu undangan dalam berbagai acara adat Dayak Kenya. Tarian gerak sama biasanya dibawakan oleh perempuan dengan diiringi musik tradisional suku Dayak Kenya seperti Sampe, Kulintang dan Gong.
Sore ini, sekitaran pukul 15.00 merupakan jadwal latihan. Saya mengikuti geladi bersih bersama teman – teman dari Desa Jelarai. Latihan dilaksanakan di kediaman Bapak Ingkong Ala Wakil Bupati Bulungan yang juga merupakan ketua Adat Dayak Kenya Kabupaten Bulungan.
Tepat pukul 14.30, kami tiba di tempat latihan, bertemu peserta dari desa – desa lainnya. Desa Metun Sajau ditunjuk untuk memainkan alat musik mengiringi kami saat menari karena Desa Metun Sajau sangat lengkap alat musik tradisionalnya, mereka mahir memainkan alat musik tradisional Kulintang dan Sampe Dayak. Desa Metun Sajau dinobatkan sebagai Desa Budaya di Kabupaten Bulungan. Saya salut dengan Desa Metun Sajau, semangatnya luar biasa dan kompak dalam memperkenalkan budaya Dayak Kenya ke luar Pulau Kalimantan hingga ke negara tetangga. Harapan saya semoga desa – desa lainnya bisa meniru Desa Metun Sajau.
Sembari menunggu alat musik dipasang, kami diskusi dengan teman – teman dari desa lainnya. Pembahasan kami terkait gerak yang akan kami pilih dalam tarian gerak sama, dalam festival ini kami diberikan durasi waktu hanya tiga (3) menit dan kami memutuskan menggunakan empat gerakan saja atau empat fariasi saja dengan gaya kompak dan sama.
Setelah alat musik terpasang dengan baik, kami mulai berkumpul dan membuat barisan per-desa, setelah barisan siap dan jarak antar penari juga sudah di atur, pelatih mengambil posisi di depan agar semua penari bisa mengikuti instruksi dan gerak yang akan di mainkan saat menari. Pemain musik juga sudah siap memainkan alat musiknya, panitia memberi aba – aba hitungan kepada pemain musik. Satu..dua, dihitungan ketiga musik langsung dimainkan. Terdengar suara sampe dan kulintang Dayak Kenyah berbunyi syahdu dan merdu, serempak penari wanita mulai menggerakkan kaki dan tangannya untuk menari mengikuti irama musik. Setiap gerakan harus sama agar gerak – gerik penari terlihat indah dan menarik. Kamipun menari dengan semangat megikuti irama music Sampe.
Sangkin semangatnya, tak terasa tiga (3) jam berlalu, gladi bersih selesai kami laksanakan, spontan barisanpun dirapatkan kembali, panitia memberi pengarahan kepada kami. “Besok pukul 07.30 seluruh peserta sudah berada di lapangan Agatis,” tegas panitia, sebab acara akan dilaksanakan pagi pukul 08.00 tepat, jangan sampai ada yang terlambat, ujar panitia dengan intonasi yang keras. Spontan kami membalas dengan kompak “Siap.” Besok acara dihadiri Bapak Gubernur Kalimantan Utara Drs. H. Zainal Arifin Paliwang, S.H M.Hum. “Semua penari harus sudah siap dengan baju adat dayak kenya lengkap”, ujar panitia kepada kami, kemudian barisanpun dibubarkan.
Sebelum kembali ke desa kami masing – masing, terlihat hidangan di meja, ada camilan dan bubur ayam juga teh hangat beserta kopi hitam, dengan senang hati saya dan teman – teman langsung merapat ke meja yang sudah disiapkan untuk mengambil camilan. Kacang rebus, pisang rebus dan ubi rebus berjejer rapi diatas meja makan, cocok dengan teh hangat dan kopi hitam manisnya. Setelah menikmati kopi, teh dan camilannya, kami pamitan pulang kerena waktu sudah menunjukan pukul 19.00. Masing – masing dari kami menaiki kenderaanya, ada yang menggunakan kendaraan pribadi ada juga yang menggunakan bus yang di siapkan oleh panitia penyelenggara.
Kesokan harinya, sekitar pukul 6 pagi terdengar suara pukulan lonceng dari Gedung Balai Adat Pemuda Tebengang Lung pertanda panggilan kepada warga untuk berkumpul. Satu persatu warga mulai berdatangan dengan pakaian adat Dayak Kenya lengkap, sayup – sayup terdengar suara aksesoris dayak yang di pakai berbunyi klintang-klinting di baju penari. Wajah penari terlihat cantik dengan dandanan yang unik dan menarik. Kata orang, wanita Dayak itu tidak usah banyak di poles, karena sudah cantik alami dangan kulitnya yang putih dan mulus, bukan maksud membanggakan wanita Dayak tetapi itu pendapat orang dan kalau namanya pendapat maka harus kita hargai, hehehe, padahal wajah saya pas – pasan saja, alahasil saya jadi terikut cantik karena satu tim dengan penari lainnya. Saya bersyukur bisa ikut berpartisipasi dalam festival tarian gerak sama ini. Dalam festival ini selain tarian – tarian suku Dayak Kenya yang di tampilkan, ada juga door prize dari Pemkab Bulungan ; ada kulkas, mesin cuci, seterika, kipas angin dan lainnya.
Terlihat peserta memasuki bus dan pak sopir langsung tancap gas menuju lapangan Agatis. Di dalam bus ada yang berswafoto ada juga terlihat mengambil video untuk dijadikan kenangan sebagai momem festival dayak hari ini. Tak terasa, 30 menit berlalu kamipun tiba di lapangan Agatis. Satu persatu peserta turun dari kenderaan, dengan sigap kami langsung mengambil posisi dekat panggung. Terlihat dari sudut panggung saung kirip sudah bertebaran di lapangan Agatis hari ini. Saung kirip merupakan salah satu perlengkapan kami menari di lapangan Agatis, bahannya terbuat dari daun Sang, diatas saung diberi bulu burung Enggang. Saung juga kerap dijadikan pengganti payung, bisa melindungi kita dari sengatan panasnya terik matahari dan hujan.
Di atas panggung terlihat hadir tamu kehormatan Gubernur Kalimantan Utara, anggota DPR RI, Ketua DPRD Kalimantan Utara dan Ketua DPRD Kabupaten Bulungan beserta anggota dewan lainnya. Tidak lama berselang mobil Bupati Bulungan Bapak Syarwani, S.Pd., M.Si dan wakil bupati Bapak Ingkong Ala, S.E., M.Si terlihat sudah memasuki lapangan, para panitia yg berpakaian adat menyambut dengan bersalaman disepanjang jalan menuju panggung.
Tiba saatnya acara akan dimulai karena semua tamu sudah terlihat hadir diatas panggung. Kami sudah siap berbaris dilapangan untuk mengikuti upacara adat Dayak Kenya hari ini. Terdengar suara MC menyapa tamu undangan, penonton dan para penari di lapangan, dilanjut pembacaan doa yang dipimpin Bapak Joni kule selaku panitia di acara festival tarian Dayak Kenya. Kemudian dilanjut lagi dengan kata sambutan, setelah itu masuk di acara hiburan tarian massal Dayak Kenya.
Para pemusik sudah siap memainkan alat musiknya, penari sudah berbaris dengan rapi menunggu irama music. Saya agak sedikit gemetar berdiri dihadapan tamu tapi karena peserta tari banyak, pelan – pelan rasa grogi itu hilang. Lantunan musik sudah terdengar, dengan serempak kami mengangkat tangan dan menari mengikuti alunan musik sampe, dengan gerakan yang sama tepuk tangan penontonpun menyambut kami, terlihat tamu berdecak kagum dengan gemulai tarian gerak sama yang kami bawakan. Sebagai peserta tari saya merasa bangga dengan festival tari budaya adat Dayak Kenya yang di selengarakan hari ini. Semoga tahun depan lebih meriah lagi dan lebih kompak lagi satu suara untuk suku Dayak Kenya, lestari budayaku, Indonesia indah dengan keanekaragaman budayanya, damai Indonesiaku.
Akhir kata, dalam cerita ini saya ucapan terimakasih buat penonton yang tetap setia dan konsisten dalam mempertahankan dan merawat budaya asli kita, merawat kearifan local budaya dari berbagai suku yang ada di Kabupaten Bulungan, semoga kita bisa berkolaborasi dalam tarian budaya di kabupaten Bulungan tahun depan, Amin terimakasih.
Kontributor: Novemberlyn Daud, Kader Pekka Kabupaten Bulungan