Waktu menunjukkan pukul 09.30 WITA. Alumni Paradigta angkatan 1 – 3 mulai memadati halaman Center Pekka Seni Tawa, Desa Lewobelolong, Kecamatan Ile Boleng, Kabupaten Flores Timur. Di aula utama terlihat para mentor, panitia, Bernadete Deram Faslap Pekka NTT dan Nunung Nurnaningrum dari Yayasan PEKKA tengah menyalami para alumni.
Hari itu berkumpulah
47 alumni dalam forum alumni Paradigta. Secara umum tujuan kegiatan ini adalah
untuk memperkuat kepemimpinan perempuan agar lebih transformatif dan adil gender.
Secara khusus tujuan adalah mendokumentasikan pengalaman alumni dalam
menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang didapat di akademi Paradigta dalam
masyarakat, menggali tantangan dan hambatan yang dihadapi masyarakat, mendapat
masukan dari alumni terkait modul yang relevan dengan aktivitas masyarakat dan
bersinergi dengan Serikat Pekka (merumuskan agenda alumni guna mendukung
gerakan Pekka).
Hari itu alumni dibagi dalam enam kelompok diskusi. Berdasarkan hasil diskusi, alumni menyampaikan bahwa ada pencapaian setelah lulus dari akademi Paradigta menjadi lebih percaya diri, terlibat dalam musrenbangdes dan memberikan usulan-usulan, menjadi penggerak sanggar seni, pengelola BUMDes, motivator pemanfaatan sampah plastik, motivator kedaulatan pangan, akses dana desa, bendahara Kapespam (program pamsimas, penjaringan air minum), pengurus PKK, pengurus dasawisma, pengurus karang taruna, tim perumus RKPDes, pengurus Anggur Merah, terlibat dalam advokasi anggaran, aparat desa, anggota BPD, pelaksana tugas Sekdes dan ada juga perubahan ekonomi.
Namun masih banyak tantangan yang dihadapi dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperolah dari akademi Paradigta di masyarakat. Tantangannya adalah tidak ada tanggapan positif dari Pemdes tentang Perdes kematian, tidak dapat alokasi dana desa untuk transport akademi Paradigta, cibiran dan ejekan masyarakat, belum ada kesadaran masyarakat dalam menjalankan Perdes penyederhanaan adat kematian, masyarakat kurang paham pentingnya keterampilan yang didapat di akademi Paradigta, Pemdes tidak mau memberikan dokumen APBDes, perempuan kurang didengar, tidak bisa mempertahankan argumen, terpaku pada aturan, tidak membaca nomenklatur (maksudnya mereka berbicara di luar aturan), tidak ada dukungan dari perempuan, kurang pemahaman dari masyarakat tentang akademi Paradigta, dilarang suami, sibuk dengan usaha, sibuk dengan keluarga.
Masih ada alumni yang merasa suara atau pendapat dari laki-laki yang benar karena bagi mereka laki-laki itu iman sehingga tidak bisa dibantah, sertifikat Paradigta tidak diakui, merasa disaingi teman, masyarakat tidak mengakui pengalaman dari paradigta.
Berdasarkan hasil refleksi, modul Paradigta yang relevan dan sesuai kebutuhan di desa adalah Perempuan dan APBDes, Perempuan dan Kedaulatan Pangan, Perempuan Mengorganisir Desanya, Perempuan dan Desa Harapan, Perempuan Pemimpin di Ranah Publik, Perempuan dan keterlibatan di Desa, serta Perempuan dan Peraturan Desa.
Harapannya ke depan alumni dapat bersinergi dengan Serikat Pekka untuk mensosialisasikan tentang Akademi Paradigta, berkontribusi dalam pembangunan di desa masing-masing dan mendorong adanya BUMDes.
Para alumni juga memandang penting untuk membentuk forum alumni Paradigta sebagai wadah untuk berbagi pengalaman dari masing-masing desa, ikatan untuk akademi angkatan 1-3 untuk selalu berbagi informasi, ajang refleksi tahunan, memotivasi perempuan lain yang belum mengikuti Paradigta, advokasi kebijakan, mengubah pola pikir, keberlanjutan program, menyusun program kerja yang terarah dan memperkuat jaringan, dll. Sehingga di akhir kegitan ini terbentuklah Forum Alumni Paradigta Kabupaten Flores Timur dengan Ina Flora Tokan sebagai penanggung jawab umum dan dibantu oleh PJ Wilayah yaitu Yanti Paty dan Bibiana sebagi PJ Wilayah Lodan Doe serta Maria Bulu Olu dan Maria Goreti Dari Doni sebagai PJ Wilayah Seni Tawa. Adapun agenda yang akan dilakukan oleh forum alumni mendatang tepatnya pada bulan Juli 2020 adalah festival makanan lokal.
Kontributor Kornelia Bunga, kader Pekka NTT