Indahnya Berbagi

Indahnya Berbagi

Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi, namum matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya di bumi muda sedia Kabupaten Aceh Tamiang.

Hari ini anggota Kelompok Pekka Anggrek Desa Senebuk Punti Kecamatan Manyak Payed mengadakan pertemuan untuk Rapat Anggota Tahunan (RAT), pembagian SHU sekaligus memberikan santunan sembako bagi para lansia dan anak tidak mampu yang bersekolah di pesantren.

Namun paket sembako yang seharusnyanya berupa beras, minyak, gula dan telur, kami ganti dengan kain sarung. Karena untuk program sembako sudah di data oleh Pemerintahan Desa dan sebagian masyarakat juga sudah menerima paket sembako dari pemerintah sehingga untuk paket lansia kami membagikan dalam bentuk enam buah kain sarung kepada lansia yg di wakili oleh istrinya, berhubung penerima bantuan tidak dapat hadir karena sakit dan dua kain sarung lagi kami berikan kepada anak yatim dan anak tidak mampu.

Untuk dana sembako lansia ini merupakan inisiatif ibu-ibu Pekka Angrek dengan mengumpulkan beras jimpitan setiap satu bulan sekali, beras yg terkumpul kami jual kepada anggota kelompok dengan harga di bawah pasaran dan pembeliannya pun kami gilir di setiap anggota Kelompok Anggrek. Hasil RAT anggota menyetujui  dana untuk pengurus 10%, dana cadangan 10% dan anggota juga menyetujui untuk membayar uang iuran serikat dengan SHUnya setelah di potong dana cadangan, dana pengurus dan dana iuran serikat; baru sisanya di bagikan kepada anggota kelompok. Ada juga anggota yang mengambil SHUnya dan ada juga yang menabungnya.

Kegiatan ini kami lakukan dengan turut mengundang aparatur desa yg diwakili Bapak Kadus dan dari Serikat Pekka di wakili oleh Ketua Kelompok.

Sejak merebaknya wabah Covid 19  ditambah lagi kemarau yang sudah lumayan lama dari bulan Januari hingga Maret belum hujan sekalipun, masyarakat di desaku tepatnya Desa Seuneubok Punti Kec. Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang, ekonomi menjadi lumpuh, desa sepi, para ibu rumah tangga resah karena anak-anaknya tidak sekolah dan di tambah lagi mengaji pun sudah tidak dibolehkan lagi.

Kami tidak bisa mendengar lantunan shalawat yang dibaca setiap harinya oleh anak-anak. Usaha pertanian ibu-ibu Pekka juga vakum karena tidak ada air (kemarau), jualan makanan juga sepi karena sudah diberlakukan jam malam.

Simpan pinjam di kelompok Pekka Anggrek pun mulai seret. Sungguh kami tidak tahu lagi harus berbuat apa, desa kami menjadi gersang, abu pun beterbangan karena terlalu teriknya udara di tambah tiupan angin yang lumayan kencang.

Entah karena faktor udara yang ekstrim ini menyebabkan anak-anak balita ada yang sampai kejang (step) karena teriknya udara.

Aku selalu berdoa semoga bencana ini cepat berlalu agar anak kami bisa sekolah dan mengaji lagi seperti semula dan semoga cepat turun hujan agar kami bisa bercocok tanam seperti biasanya.

Harga barang mahal, masyarakat banyak menjadi penganguran karena tidak bisa bekerja, pencurian pun dikampung ku semakin merajarela, tanaman petani yang siap dipetik hilang di petik orang di malam hari, ternak bebek juga banyak yang hilang.

Apakah sudah benar Lockdown yang di serukan Pemerintah setempat karena tingkat hidup masyarakat yang terlalu minim ekonominya yang serba kekurangan, bukan kah ini akan memicu masyarakat untuk melakukan hal-hal yg merugikan orang lain karena mereka lapar dan tidak mempunyai mata pencarian lagi.

Kontributor:Datmi Widayanti

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *