Sebelum bergabung dengan Pekka saya merasa perempuan seperti saya yang tidak lulus SD ini tak pernah mendapat kesempatan untuk belajar banyak hal. Tetapi ternyata dengan menjadi anggota Pekka saya bisa belajar berbagai macam pengetahuan dan bisa mempraktekkannya.
Saya Tri Zaenah, perempuan kepala keluarga berumur 57 tahun. Sehari – hari saya berjualan jajanan di TPQ Desa Tulis, Batang yang kebetulan diasuh oleh anak saya sendiri. Saya menjadi anggota Pekka semenjak akhir tahun 2003, waktu itu saya adalah ketua kelompok Pekka Mawar Tulis di desa Tulis Kecamatan Tulis, Kab. Batang, Jawa Tengah. Pada awal dimulainya kelompok Pekka sangat bersemangat karena anggotanya sangat banyak. Tapi karena berbagai sebab, anggota menurun hingga sekarang yang aktif hanya 12 orang.
Saya kini menjabat sebagai ketua LKM Pekka Wanita Mandiri yang pada akhir tahun 2014 lalu sudah berbadan hukum menjadi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pekka dengan nama KSP Wanita Mandiri. Semenjak menjadi Ketua LKM inilah saya merasa, betapa besarnya tanggung jawab saya. Sehingga pengalaman menjabat menjadi ketua Koperasi Pekka ini menjadi pengalaman paling berkesan bagi diri saya. Karena dipercaya menjadi ketua, sayapun dipercaya mewakili LKM/Koperasi Pekka Wanita Mandiri mengikuti beberapa pelatihan manajemen pengelolaan Koperasi. Dari tingkat Kabupaten, Propinsi hingga tingkat nasional. Dari teori hingga praktek pembukuan menggunakan komputer. Bayangkan, perempuan tak lulus SD seperti saya memegang komputer beserta mouse-nya. Masih teringat saat belajar komputer pertama kali, sangat susah mengendalikan mouse ini, sangat lincah. Untunglah pengurus Koperasi bukan saya saja, ada pengurus lain yang lebih muda dan bisa membantu.
Dalam prakteknya lebih luar biasa, mengelola simpan pinjam itu sangat sulit. Karena masyarakat sudah terlalu lama berfikir kotor, jika tidak mengangsur pinjaman tidak apa-apa. Sudah terbiasa tidak ada sanksi sama sekali. Sehingga saya merasakan betul susahnya menagih – nagih pinjaman yang macet. Bahkan surat perjanjian yang ditanda- tanganipun disepelekan.
Untunglah masih jauh lebih banyak anggota yang mengangsur pinjaman tepat waktu, hal itu membuat saya senang. Jadi kebanggaan menjadi pengurus Koperasi Pekka adalah jika banyak anggota yang simpanan dan pinjamannya selalu rutin dan tepat waktu. Lebih bangga lagi saat RAT (Rapat Anggota Tahunan). Meskipun menjelang RAT, saya harus bekerja lembur menyelesaikan pekerjaan administrasi. Bahkan terkadang malam menjelang RAT, saya masih berkeliling ke tetangga menukar uang kecil untuk dibagikan sebagai uang SHU (Sisa Hasil Usaha). Tetapi saya merasa haru jika anggota senang menerima SHU. Lelah dan pusing saat menghitung dan mengecek jumlah uang seperti terbayarkan.
Meski sekarang masih banyak pekerjaan administrasi pembenahan pembukuan yang belum terselesaikan, saya berharap ke depan koperasi Pekka akan semakin maju, punya banyak usaha dan semakin bisa diandalkan untuk mensejahterakan anggotanya.