Kisah Hidupku Sebagai Pekka

Kisah Hidupku Sebagai Pekka

Pada tahun 2004, saya dilamar oleh seorang duda yang umurnya jauh lebih tua dari saya. Dia berasal dari dusun Gombang. Saya menerima lamarannya dengan pertimbangan dan harapan, akan lebih baik untuk kehidupan ke depan anak saya ke depan karena dia akan memiliki orang tua yang lengkap ayah dan ibu.

Awalnya dia berjanji akan hidup bersama dengan saya di Dusun Gemah. Namun setelah lamarannya hingga kini dia masih belum berpindah dari rumahnya di dusun Gombang.

Duka saya berlanjut karena satu persatu orang tua saya meninggal. Ayah meninggal tahun 2012 dan ibu meninggal di tahun 2018. Inilah saya yang kemudian menjadi sebagai Perempuan Kepala Keluarga dengan status janda gantung.

Saya menrupakan anak ketiga dari 7 bersaudara, yang kesehariannya menjadi petani dan buruh tani. Setiap hari saya mencangkul di sawah, menanam singkong, jagung dan kunyit dan empon – empon lainnya.

Sudah cukup lama saya ditinggal sendiri. Semenjak tahun 2013 tidak ada yang membantu mencari nafkah keluarga saya. Kadang sekalinya ke Gemah suami saya hanya membantu mencangkul barang satu sampai dua jam, setelah itu dia kembali ke Gombang. Itupun sering dia ungkit – ungkit bahwa dia memberi nafkah ke saya. Mana cukup memberi nafkah dengan bekerja mencangkul satu hingga dua jam?

Yang membuat sakit, kami membeli sawah di Gemah. Saya ikut membantu mengolah dari mulai mencangkul, matun dan sebagainya. Lalu saat panen saya tidak diberi tahu. Tidak diberi sedikitpun hasil dari panen padinya. Bahkan ada kalanya saya mendengar omongan dia habis panen, jual ternak kambing, tapi taka da sepeserpun uang diberikan kepada saya. Bahkan dia membeli magic com tapi entahlah, saya tidak pernah mengetahui dimana.

Semua kebutuhan rumah untuk makan, untuk sekolah anak selama ini saya cari sendiri dari hasil buruh tani. Dari mulai buruh tandur, buruh matun bahkan pekerjaan serabutan lain saya lakoni yang penting halal. Kini anak semata wayang saya baru wisuda lulus dari SMAN 1 Tegalombo. Saya mensyukuri takdir hidup saya. Allah maha mengetahui, Terima kasih.

Kontributor: Warsiti, kader Pekka Pacitan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *