Kisah Korban Banjir Bandang Lembata

Kisah Korban Banjir Bandang Lembata

Jefri, Salah Satu Korban Banjir Bandang di Kabupaten Lembata

Selasa, 6 April 2021, saya dan seorang teman berkunjung ke tempat pengungsian korban banjir bandang di Kabupaten Lembata, tepatnya di Kota Lewoleba. Pada saat kami berkunjung, kami menemukan seorang laki-laki korban banjir yang terluka parah, di mana kedua kakinya terkena benturan batu yang membuat kedua kakinya bengkak dan tidak bisa berjalan. Namanya Jefri, berusia 36 tahun dan tinggal di Desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Jefri tinggal tidak jauh dari Center Pekka Kerubaki. Sehari-hari ia mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di sekitar Center Pekka dengan berjualan bensin dan membuka bengkel tambal ban sepeda motor.

Beberapa hari lalu, tepatnya hari Sabtu, 3 April 2021, Jefri masih berada di Center Pekka walaupun hari itu merupakan hari Sabtu Santo bagi umat Katolik yang sedang merayakan paskah. Namun demi memenuhi kebutuhan hidup, maka Jefri masih menyempatkan untuk bekerja. Karena terlalu lelah, maka setelah pulang ke rumah, Jefri langsung tidur dan tidurnya sangat pulas, sampai pada dini hari  sekitar pukul 02.00 atau 03.00 WIT, ayahnya membangunkannya, “Nak, cepat bangun! Ada air, banjir dari gunung!”.

Dengan lemas, ia pun bangun dan mengambil uang hasil jualannya yang berjumlah Rp1.000.000,- dan juga handphone-nya. Jefri lalu bergegas lari keluar dari rumah. Dalam keadaan panik, ia tak sadar bahwa ia hanya berlari seorang diri dan meninggalkan kedua orang tuanya yang masih di rumah. Ia berlari dalam kegelapan, karena pada saat terjadinya banjir bandang, listrik tiba-tiba padam.

Setelah sampai di Desa Tanjung Batu, Jefri sadar bahwa ternyata orang tuanya masih di rumah. Pukul 05.00 WIT, Jefri kembali ke rumah untuk memastikan keadaan orang tuanya. Sesampainya di sana, sayangnya kedua orang tuanya tidak ada di rumah. Kedua orang tuanya hanyut terseret arus banjir. Ia berlari ke dalam rumah dalam keadaan basah dan hanya memakai celana sambil mencari kedua orang tuanya. Ia hanya dapat menemukan ibunya saat itu yang tertimbun batu dan lumpur. Syukur ia masih bisa diselamatkan. Namun sayang, ayahnya belum bisa ditemukan hingga hari ini. Walaupun dalam keadaan berduka, sedih, dan merintih kesakitan, tapi ia harus kuat karena ia harus menjaga ibunya yang sekarang di rawat di rumah sakit. Keadaan ibunya masih sangat lemas karena tertelan lumpur dan tangan kanannya patah.

Penulis: Matildis Jawa

Editor: Seniwati Arruan Mewangka

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *