Sarfiah , perempuan berusia 70 tahun. Sarfiah beralamat di Desa Saneo Kecamatan Woja Kabupaten Dompu. Sehari-harinya bekerja sebagai petani dan buruh tani , usia yang telah lanjut tak membuatnya menyerah pada takdir hidup.
Cintanya yang dalam pada suami dan anak-anak mendorongnya tetap bekerja walaupun fisiknya tak memungkinkan lagi.
Ia harus hidup di pondokan ladang yang jauh dari perkampungan desa, tinggal berdua dengan sang suami yang bernama Samiun yang juga sudah berusia lanjut 80 tahun. Samiun sering sakit-sakitan, namun keduanya saling mencintai dan menyayangi walau tinggal jauh dari anak-anaknya yang ada di kampung. Sarfiah memiliki 7 orang anak , 17 cucu dan 5 orang cicit dari semua anak-anaknya dan cucu-cucunya rata-rata hidup di bawah garis kemiskinan dan hampir tak mampu memenuhi kebutuhan ekonominya.
Sarfiah bukannya tidak memiliki rumah di kampung tapi rumah tersebut di peruntukkan bagi anak laki-lakinya yang baru menikah dan ia memilih untuk tinggal di ladang demi sang buah hati. Di samping itu ada beberapa
alasan pendukung lainnya, tenaga yang tak muda lagi jelas tak bisa membuat langkah kakinya untuk terus melangkah pulang pergi antara kampung dan ladang di antara bebukitan. Dengan tinggal di ladang memudahkan Sarfiah bekerja dalam mengolah lahannya untuk di tanami dengan tanaman musiman seperti padi, jagung dan kacang hijau.
Hasil usaha bertaninya ini bukan cuma untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dengan suaminya saja tapi juga kadang di bagi-bagikan untuk memenuhi ekonomi anak-anaknya yang ada di kampung.
Tahun 2019 Sarfiah sempat mendapatkan bantuan PKH lansia senilai Rp 400.000. PKH itu baru di dapatkan hanya sekali kucuran saja, sampai saat ini belum ada sama sekali. Sementara untuk Kartu Pelayanan Kesehatan Gratis atau kartu Indonesia Sehat (KIS) di dapatkan juga berkat hasil usulan dari Puskesos (Pusat Kesejahteraan Sosial) Pekka Desa Saneo.
Seandainya saja Sarfiah dan suaminya mendapatkan uang jatah bulanan seperti uang pensiunan pegawai negeri sipil dan memiliki rumah sendiri di kampung tentu tidaklah mereka tinggal di ladang yang siangnya di temani panas dan malam di temani dengan dinginnya malam, apalagi usia yang sudah lanjut. Bahkan tidak menutup kemungkinan tiba-tiba di landa sakit atau menderita sesuatu penyakit, apalagi jika rasa sakit itu muncul tiba-tiba di tengah malam buta. Apa yang bisa mereka lakukan di ladang kecuali menunggu pagi, syukurlah jika rasa sakit itu bisa bertahan sampai pagi tapi jika tidak maka bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi.
Saatnya para lansia di lindungi dan di berikan uang bulanan seperti uang pensiunan pegawai negeri sipil. Pemerintah perlu melindungi dan memberikan bantuan untuk para lansia terlebih untuk alokasi dana desa agar bisa memprioritaskan pembangunan kemanusiaan bagi lanjut usia dan disabilitas. Penulis: Marlia