Mata yang Salah Sasaran

Mata yang Salah Sasaran

Alangkah senangnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan survei yang dilakukan oleh Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA).mengingat bahwa saya adalah kader yang baru bergabung.  

 Pelatihan selama 2 hari yang dilakukan menjadikan pengalaman yang sangat berkesan selain mendapat ilmu berupa Meeting Via online melalui aplikasi Zoom, saya juga mendapatkan teman dari berbagai kota bahkan berbagai provinsi. Lelah bahkan sampai tertidur saat meeting menjadi cerita tersendiri di saat saya, Aisyah, dan Kak Dewi lagi asyik mendengarkan materi, Puji justru tertidur pulas. ya…. maklum juga sih mungkin faktor perut kosong karena puasa.

Tanpa tunda -tunda selesai pelatihan besok langsung terjun ke lapangan. Keperluan pun dipersiapkan mulai dari alat tempur sampai mempersiapkan dapur, kebetulan waktu kegiatan bertepatan bulan Ramadhan,yang menuntut diri sebagai ibu rumah tangga harus mampu menempatkan situasi dan posisinya.

Semangat untuk melaksanakan survey tak membatasi diri walaupun saat berpuasa ditambah kondisi pandemi yang menjadi polemik saat ini.

Hari pertama yang dilakukan mulai pukul 9.00 Wib sampai  12.00 tidak menemukan kendala apapun,baik masyarakatnya maupun di perjalanan. Hari kedua juga dilakukan pada jam yang sama seperti hari Pertama dengan melanjutkan kegiatan survey batas rumah kemarin memulai dari deretan rumah pertama sampai keempat berjalan dengan baik-baik saja. Tiba di rumah kelima kebetulan di rumah tersebut sedang melakukan pembangunan pagar tentu banyak pekerja di rumah itu. Tak disangka salah satu pekerja melemparkan kedipan mata yang saya fikir emang matanya begitu. Ternyata dia memang melemparkan kedipan itu untuk menggoda diriku mulai dari pertanyaan tentang tujuan, nama, alamat bahkan status, lama-kelamaan jadi gerah juga karena pemilik rumah tak kunjung keluar.

Berharap cepat keluar tuan rumahnya agar terhindar dari si bapak “genit” yang terus saja menggoda, seperti virus yang mewabah saat ini si “genit” beraksi dengan segala rayuan. Bukan kelar mewawancarai sang pemilik rumah, justru saya yang diwawancarai, terbalik jadinya. Tak lama obrolan dengan si “genit” pun terpotong karena pemilik rumah keluar. Akhirnya selesai mewawancarai responden, saya pun bergegas untuk cepat-cepat beranjak dari rumah tersebut menghindari si “genit” yang jenisnya melebihi buaya darat maupun buaya buntung mungkin nenek moyangnya si buaya. begitulah ulah mereka.  Sayapun lanjut ke rumah selanjutnya. Alhamdulillah tidak ada yang sulit hanya saja mendapatkan keluhan – keluahan kekecewaan terhadap bantuan yang dirasa tidak adil.

Hari ketiga dan keempat dengan jam lapangan yang sama dan lagi – lagi mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat tentang Bansos Covid -19.

 Kegiatan asyik jadi pengalaman bagaimana menghadapi karakter seseorang di berbagai kalangan.

Penulis: Rahma Sari Hasibuan, kader Pekka Batu Bara, Sumut

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *