Pagi-pagi benar ternyata telah turun hujan. Beberapa ibu-ibu tampak duduk-duduk di tembok teras LKM Pawosi. Mereka adalah sebagian peserta dari pelatihan usaha bersama yang sedang diselenggarakan di kantor LKM. Mereka tengah menunggu ibu-ibu peserta lain yang menginap di rumah-rumah anggota pekka. Hari ini memasuki pelatihan hari kedua. Hujan turun semakin deras menyebabkan beberapa peserta datang terlambat.
“Coba kalau LKM punya mobil sendiri – mungkin mereka bisa kita jemput ya” kata salah seorang ibu pekka.
“Ya seharusnya kita punya mobil sendiri jadi kalu ada acara bisa kita pakai” kata yang lain menimpali.
Maka pembicaraan tiba-tiba beralih menjadi impian mereka bisa memiliki mobil pekka yang bisa dipakai untuk berbagai kegiatan pekka. Namun semua berpikir itu hanya akan jadi impian.
Setelah peserta datang dan sarapan pagi, maka pelatihan dilanjutkan.  Salah satu materi hari ini adalah belajar membuat arus kas usaha.  Sebagai contoh kasus, maka usulan kelompok Waulangi Desa Wolowa Baru, Buton, Sulawesi Tenggara yang mengajukan usaha kopra digunakan sebagai acuan. Sebelumnya kelompok Waulangi dibantu beberapa pekka yang berpengalaman usaha kopra telah mencoba membuat perhitungan rugi laba usaha dan menurut hitungan ternyata ada keuntungan yang cukup lumayan bagi kelompok (Rp. 228.000 dari modal Rp. 1.171.900).
Saat menghitung arus kas usaha kopra, peserta mengusulkan untuk menghitung usaha kopra dengan jumlah 1 ton (4.000 kelapa). Dari perhitungan ternyata dibutuhkan modal Rp. 4.670.000 dengan modal swadaya sekitar Rp. 1.000.000 dan selebihnya akan dipinjam. Hasilnya ternyata mengejutkan buat mereka. Jika uang tersebut diputar terus dan pokok pinjaman & jasanya sudah dikembalikan pada bulan ketiga, maka pada akhir bulan ke-6 kelompok sudah mempunyai modal sendiri sekitar 45 juta rupiah.
“Wah berarti impian kita punya mobil bukan mustahil bisa diwujudkan nantinya” celetuk salah satu ibu pekka.
“Ya tentu saja itu bisa diwujudkan jika usaha itu benar-benar dijalankan sesuai rencana. Dan yang pasti kita harus memulainya bukan sekedar rencana saja” kata fasilitator dari Seknas.
Kelompok Waulangi akhirnya mewujudkan rencana usaha kelompok ini. Mereka memulai dengan 100 kelapa bukan 1 ton seperti perhitungan saat pelatihan, tetapi yang terpenting mereka telah berani memulainya dan kini mereka telah mulai menikmati hasilnya. Semoga usaha mereka terus berkembang.