Ni Putu Astrini: Potret Perempuan Mandiri

Ni Putu Astrini: Potret Perempuan Mandiri

Saya seorang perempuan dari Desa Baturini, Tabanan, Bali. Sejak dalam kandungan, ayah saya meninggal. Jadi hanya dibesarkan oleh ibu saya. Kemudian saya diangkat anak oleh kakak laki-laki dari ibu. Saya lahir tanggal 24 April 1972 dengan nama Ni Putu Astrini. Saya bersyukur bisa sekolah hingga tamat SMA. Itu juga biaya dari ibu saya yang bekerja sebagai pedagang di sebuah warung kecil. Ibu saya sampai detik ini masih memutuskan untuk tidak menikah lagi.

Setelah tamat SMA, saya pergi meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan di Kota Tabanan. Disana saya bekerja serabutan di sebuah salon selama setahun. Apa saja yang bisa dilakukan, saya kerjakan untuk menghidupi kebutuhan saya sehari-hari. Kemudian saya pindah ke Denpasar ikut kakak angkat dan bekerja di sebuah bank. Selesai di bank saya bekerja di perusahaan Cargo.

Setelah sekian waktu mengalami berbagai pengalaman bekerja di beberapa tempat, di tahun 1997 saya berkenalan dengan seorang laki-laki dan akhir tahun yang sama, saya menikah dan kami dikaruniai 2 orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Selama perkawinan, suka dan duka kami lalui, berbagai cobaan selalu mengisi hari-hari kami.

Setelah kawin, pekerjaan saya serabutan hingga pada tahun 2013, yang penting saya bisa aktivitas sehari-hari yang bermanfaat. Suatu hari, desa kami mendapat bantuan untuk mengadakan salon desa. Bantuan yang diberikan dalam bentuk alat-alat salon dan obat-obatan. Saya ditunjuk oleh pemerintah desa sebagai pengelola dan diikutsertakan dalam berbagai pelatihan gratis.

Dari ilmu yang saya dapatkan, sayapun mengembangkan salon sendiri di rumah. Jadi hingga hari ini  saya menjadi pengelola salon desa dan salon pribadi. Setelah bergabung di Pekka tahun 2015, dan terpilih menjadi bendahara Serikat Pekka Gianyar. Selain itu, saya pula yang ditunjuk sebagai tutor di kursus salon L’oreal yang bekerja sama dengan Pekka di tahun 2019.

Cerita perjalanan hidup saya, sebenarnya banyak duka daripada suka. Tetapi saya selalu mengambil hikmah dari setiap musibah yang saya alami dan tidak lupa selalu bersyukur dan ikhlas.

Setelah bergabung di Pekka banyak sekali perubahan yang saya alami serta pengalaman yang saya dapat seperti banyak teman, pengalaman, ilmu, bisa bekerja sama dengan dinas-dinas pemerintahan  tingkat kabupaten, provinsi bahkan dengan lembaga negara-negara asing.

Saat pertama kalinya saya ikut pelatihan Jurnalis Warga Pekka, di situ saya menjadi tahu mempergunakan media sosial yang baik dan tepat seperti FB, WA. Jadi bukan hanya dijadikan untuk hiburan atau sekedar komunikasi biasa saja tetapi ada hal yang lebih bermanfaat untuk berkegiatan dan interaksi sosial yang positif.

Dalam kegiatan Pekka Perintis yang merupakan kerjasama antara PEKKA dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga, saya sangat bangga bisa bertatap muka dengan ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan. Ketika itu kami dari Bali diberi kesempatan menarikan  tarian Panyembrama.

Di tahun 2017 saya mengikuti pelatihan perlindungan sosial. Dari kegiatan itu, saya menjadi tahu dan faham tentang bagaimana mengurus akte kelahiran, akta perkawinan, Kartu Identitas Anak (KIA), BPJS, KIS sehingga bisa membantu orang banyak yang membutuhkan. Saya bangga bisa bergabung di Pekka, yang memberi banyak jalan, membuka jalan menuju satu tujuan perempuan berjalan tanpa batas sambil berjalan membuka jalan. (Ni Putu Asrini)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *