Ramadan memasuki hari ke 13, suasana pagi tampak cerah karena sinar Surya tak terhalangi oleh sedikitpun awan. Minggu 24 April adalah hari yang kami sepakati untuk memanen padi yang telah menguning. Belum semua padi dapat kami panen,karena lebih dari separuhnya masih hijau,ini disebabkan benih padi kami dahulu dimakan hama keong dan tikus, sehingga kami membuat pembenihan ulang dan penanaman tidak bersamaan yang menyebabkan panenpun tidak bisa dilakukan sekaligus.
Kami mengaret padi bersama, setelahnya menepikan hasil aretan dengan cara estafet, kemudian mengumpulkannya ditikar terpal, dan langsung merontok di pagi yang sama.Panas teriknya mentari tak kami hiraukan, walau kami semua berpuasa namun kami tetap semangat mengerjakan proses panen padi hingga selesai.
Menjadi perhatian orang-orang yang melewati jalan. Bahkan ada beberapa bapak-bapak yang menonton kegiatan kami diladang.\”Cepat benar kerja ibu-ibu, jam 09.00 lewat sudah selesai ngaret sekaligus ngangkot,\” terdengar dari jalan suara mereka mengomentari kerja kami. Tak hanya itu kamipun selesai melakukan penyemprotan hama pangau pada tanaman padi yang belum tua,diperkirakan setelah lebaran kami akan mengaret lagi sesi ke dua.
\”Alhamdulillah\”, hampir serentak ibu-ibu berucap, sembari mengusap peluh di wajah yang hampir rata membasahi badan.Menghitung hasil panen,dan tujuh karung gabah padi menjadi obat lelah dan kerja keras hari ini.\”tiga anggar barangkali ada ya yang kita panen, tanyaku pada ibu-ibu yang mencari posisi berteduh di bawah pohon kelapa, terlihat lelah sekali mereka menahan lapar dahaga sebab berpuasa,saya juga lelah bu sembari kutebar senyum pada semua.
Aku memimpin melakukan diskusi kecil sambil istirahat, sekarang sudah jam 10 30 wib, hasil padi akan kita jemur atau langsung dijual?\” tanyaku membuka diskusi. Dan kami sepakati untuk langsung menjual dengan membayar dahulu sewa ladang dengan dua karung gabah padi. Nanti dipanen yang ke dua baru kami akan menambah lagi pembayaran sewanya.
Tak menunggu lama kami pun berbagi tugas, Yu Warni mengantarkan padi sewa pada yang empunya ladang, aku menawarkan padi ke gudang, ibu-ibu lain mengemaskan terpal, perontok dan peralatan lain, sementara dua orang lagi membagi padi dikarung penuh menjadi dua bagian, agar dalam pengangkutan ke gudang kami dapat menaikkan ke atas motor. \”Maklum puasa dan tinggal tenaga sisa\”,celetuk Yu Inem. Aku tinggalkan mereka menuju gudang, tak membutuhkan waktu lama akupun kembali, \”piye Yu Kar, ngelem nuku pari opo ara gudangnge?\” tanya bu Somir. \”Mau Bu, ayo kita sekarang mengangkut gabahnya ke gudang, yang tidak bisa ikut silahkan pulang dan semua peralatan dibawa, jangan lupa aret saya juga dibawakan ya\”,pintaku pada mereka. Sementara aku, Bu Koriah dan Fatimah mengangkut gabah dengan motor kegudang pak Kadi.
Hasil dari penjualan gabah 257 kg x rp 4300 = 1.105 000,-,uangnya belum kami ambil, karena masih ada panen ke dua setelah lebaran nanti. Kami memang harus menjual hasil panen kelompok, karena ibu-ibu juga sudah kewalahan mengurus hasil panen ladang sendiri.
Kontributor: Karmani