Buru-buru kurapikan semua peralatan masak yang dipakai membuat Salome (Cilok) barusan agar jam 10.30 Wita bisa bertemu dengan kelompok Pekka Ina Rangga Jao.
Setelah menghubungi Suhartati selaku pengurus Pekka sekaligus anggota BPD perwakilan perempuan, guna membahas beberapa produk olahan anggota Pekka Bima untuk disodorkan ke Yayasan PEKKA yang bekerjasama dengan KPPPA (Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungn Anak).
Waktu dari kesepakatan awal sedikit bergeser karena terkendala pada motor tuaku saat aku melaju. Tapi ini bukan masalah. Sebentar kugeret motor yang selalu setia menemani perjalananku dan kutinggalkan motor tua di bengkel.
Aku melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Hitung- hitung olah raga siang alias sauna di bawah terik matahari.
Dengan keringat bercucuran sampai juga aku di antara ibu-ibu Pekka yang sedari tadi sabar menungguku. Terlihat wajah mereka melas melihat aku ngos-ngosan.
Aku gak mau membuang waktu. Langsung saja aku minta maaf atas keterlambatanku dan minta diri membuka acara secara singkat. Kemudian dilanjutkan ke pokok inti pertemuan.
Informasi pertama mengenai Corona. Secara singkat “Ada dan tidak adanya Corona. Kita tetap waspada dan jaga diri. Tetap mematuhi protokol Covid.
Pekka Samili diutus oleh PEKKA untuk mengikuti pelatihan menjahit di Pon-Pes Almaliki Pena Pali untuk gelombang kedua.
Sementara gelombang pertama saat ini ada 5 orang utusan Pekka sedang mengikuti pelatihan menjahit yang dilaksanakan 30 hari sejak tgl 1 November 2020.
Bagi yang berminat dianjurkan mendaftar dengan menyerahkan foto Copy KK KTP, IJAZAH serta no HP.
Pekka Bima telah melakukan tanda tangan kerjasama dengan Universitas STKIP Taman Siswa Bima dalam rangka pengabdian kampus pada masyarakat. Yang rencananya akan ada pelatihan dan pembinaan keterampilan hidup bagi Pekka. Insyaallah awal tahun akan dimulai.
PEKKA meminta Pekka Bima mengajukan produk apa yang dipasarkan. Selanjutnya dalam pembahasan poin keempat. Kami sepakat menawarkan 3 macam produk olahan kami. Yaitu: 1. Kain Tenunan Bima ( Tembe Nggoli).
Dua kelompok Pekka yang berada di desa Samili dan Kalampa Kecamatan Woha adalah asli penenun kain Nggoli. Pada dasarnya menenun adalah mata pencaharian mereka. Mereka sudah lama fakum akibat bergesernya nilai kearifan lokal. Kain tenunan lebih mahal dari pada kain yang ada di pasar. Hanya orang-orang tertentulah yang sanggup membelinya. Sebab bahan dasarnya mahal dan benang nggolli yang bermutu.
Maka harapan kami, dengan adanya dukungan dari Yayasan PEKKA dan KPPPA. Kegiatan tenun kain Nggoli Bima bisa hidup kembali demi menjaga nilai kearifan lokal budaya Bima dan bisa meningkatkan kesejahteraan anggota Pekka yang siap menenun kembali bila ada pasaran yang mau menerima hasil tenunan aggota Pekka Bima.
Selayang pandang tentang kain Nggoli
Kain yang berukuran 2 meter kali 1 meter ini terbuat dari benang Nggoli pilihan. Corak warna masing-masing desa memiliki khas tersendiri.
Keunggulan lainnya yaitu bahan kain bisa beradaptasi dengan suhu. Bila musim dingin kain akan terasa hangat. Bila musim panas kain akan berasa dingin.
Sangat awet bahkan bisa bertahan sampai bertahun-tahun. Untuk mencucinya diharapkan tidak menggunakan mesin cuci.
Tidak perlu kaget cucian pertama akan mengeluarkan tinta warna yang kental. Ini bukan luntur tetapi itu hanya proses pembuangan warna. Selanjutnya dijamin tidak akan luntur.
Bagi pemesan bisa memesan sesuai selera warna. Sebab warna kain Nggoli dasarnya mencolok sesuai denga warna dasar pakaian adat Bima.
Harga berkisar 300 ribu sampai 1 jutaan keatas sesuai dengan tingkat kesulitan corak tenun. Untuk menghasilkan satu kain bisa menghabiskan waktu 6 hari bahkan 1 bulan.
Kebayakan ibu-ibu Pekka masih memiliki lahan pekarangan kosong dan beberapa kelompok ada yang berada di daerah perkebunan serta menjual kunyit bubuk.
Maka kami berkeinginan pada kesempatan ini tepatnya 10 November yang merupakan hari Pahlawan menjadi awal kami Pekka Bima sebagai pengolah rempah kunyit bubuk yang go Nasional dan Internasional dibawa binaan PEKKA bersama KPPPA.
kami menobatkan diri sebagai pahlawan bagi keluarga dan pahlawan perubahan ekonomi kesejahteraan yang bermartabat baik untuk anggota maupun untuk masyarakat luas.
Untuk Bahan dasar bubuk kunyit adalah kunyit. Yang berusia 10-12 bulan. Kegunaanya bukan rahasia umum lagi, bisa untuk bumbu dapur dan jamu kesehatan.
Harapan kami pada hari Pahlawan ini, Pekka Bima bisa bekerjasama dengan perusahaan Sido Muncul. Aamiin.
Cara membuat bubuk kunyit pun mudah, gak pakai ribet walaupun masih dengan menggunakan peralatan tradisional.
Selain kunyit, Bima adalah daerah bagian Timu Indonesia yang terdiri dari hamparan gugus-gugus gunung yang ditumbuhi pohon asam.
Ibu-ibu Pekka bahkan anak-anak di waktu senggang, yang berasal dari desa Samili, Kalampa dan Risa kebanyakan pencari buah asam yang jatuh untuk dijual.
Kemudian kami membahas dan merancang langkah-langkah pengajuan ijin usaha dagang dan ijin BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan)
Besok 11 November 2020 kami bergerak mengurus yang berkaitan dengan yang tersebut di atas, sambil kami berkoordinasi dengan Faslap NTB.
Itulah hasil pembahasan pada pertemuan tadi yang bertempat di kediaman Bendahara Kelompok Pekka Ina Rangga Jao. Dihadiri 12 anggota termasuk saya sebagai pendamping kelompok Pekka Bima.
Kontributor: Rahmawati, AB, kader Pekka Kab. Bima, NTB