Namaku Endang Dewi Sunarti, biasa disapa Dewi atau Endang. Aku bergabung di kelompok Pekka Aceh Tamiang sejak tahun 2016. Selain di kelompok, aku juga aktif menjadi akademia Paradigta. Modul yang aku pelajari salah satunya tentang perempuan dan perjalanan hidupnya, saling berinteraksi dan peduli lingkungan, mendorong perempuan berperan aktif dalam merespon masalah desa. Aku berfikir sejenak di kala itu, apa sih modul itu, untuk apa sih sampai-sampai ada dorongan aku harus terlibat di pemerintahan desa.
Aku beranggapan, ngapainlah harus sibuk ngurusin orang lain, diri sendiri saja belum tentu terurus. Di tengah bisikan itu terdengar, aku memutuskan keluar dari grup Serikat Pekka Tamiang,  tetapi tiba-tiba aku ditelpon oleh salah satu pengurus serikat. Sahabatku bertanya, “Kenapa kamu keluar (dari Grup)? Dewi adalah penyemangat kaum perempuan di desa, yang paling dekat sama ibu-ibu adalah Dewi. Sabar Dewi semua permasalahan itu bisa dikomunikasikan, saatnya Dewi menerapkan ilmu akademianya untuk maju,” katanya saat menyemangatiku sambil membujukku untuk bergabung lagi di Grup Serikat.
Sahabat itu berusaha menyakinkan diriku, “Buat apa kita hidup kalau hanya pandai mengurus diri untuk kepentingan pribadi, sisakan hidup untuk orang lain, insya Allah jika kita mampu, inilah amal yang tersisa di akhirat. Ingatlah salah satu yang tersisa di akhir hayat kita adalah amal jariah. Akhirnya akupun mulai semangat kembali di sebuah desa kecilku yaitu Desa Pahlawan Kecamatan Karang Baru.
Dulu, aku tertarik bergabung di kelompok Pekka itu karena punya banyak teman, saling belajar dan berbagi ilmu jadi banyak ilmu yang aku dapati, seperti bagaimana kedudukan kita sebagai manusia bukan sebagai wanita, yaitu sebagai penyelamat bumi. Penyelamat di bumi yang berarti kita harus ramah sesama makhluk dan melestarikan isi bumi. Jika aku mempelajari hakikat perempuan berdasarkan pemikiran adat habislah aku, karena peran aku hanya di kasur,sumur dan dapur. Tetapi bukan aku harus menghindari pekerjaan itu. Aku akan tetap melakukan pekerjaan itu karena itu termasuk ibadah terbesarku diakhirat nanti juga.
Di posisi aku sebagai seorang istri dan dua orang anak laki-laki, merasa bangga karena mereka mendukung aktifitasku di desa. Aku aktif di kegiatan PKK, selain itu aku ikut mengajar mengaji juga di TPA kampungku. Setiap kegiatan desa selalu aku hadir di dalamnya. Pada bulan April, aku ditelpon oleh salah satu pengurus serikat. Dia bertanya kegiatanku sehari-hari di desa dan mengajak melakukan pendataan SDGs, aku pun semangat melakukan kegiatan itu karena teman-teman di Serikat Pekka semua aktif di SDGs. Dengan bersemangat aku melakukan pendataan dari rumah ke rumah. Di tengah perjalanan tugasku aku sering ketemu dengan perangkat desa. Di sana kami sering ngobrol dan sering membahasa masalah yang terjadi di masyarakat.
Aku juga banyak menemukan permasalahan yang terjadi di desaku setelah wawancara dalam pendataan tersebut. Aku mengungkapkan permasalahan itu kepada Bapak Datok dan memberi sedikit masukan agar pemerintah desa harus sering turun lapangan untuk dapat memantau masyarakat secara langsung. Dan tiba-tiba Bapak Datok mengatakan padaku untuk mengambil posisi sebagai Kepala Lorong. Aku terkejut terdiam. Aku teringat persatuanku di Serikat Pekka.
Aku terharu, ternyata aku masih dibutuhkan oleh orang lain. Dengan bahagia aku beri kabar ini di grup kesayanganku grup Serikat Pekka Aceh Tamiang yang dibuat oleh Ibu Fazriah. Dalam grup itu pun menjadi ramai karena keberhasilan kami di serikat terwujud. Visi dan misi serikat kami yaitu memberi pengaruh di desa dapat terlaksana. Â Suatu hari terpilihlah Datok Penghulu baru dan terdengar akan adanya pemilihan perangkat desa.
Aku berfikir sejenak di saat kegiatan Pekka selalu dibahas tentang desa dan kita harus masuk jadi pengurus agar memiliki kekuasan untuk bersuara di dalamnya. pada saat itu aku didatangi oleh salah satu masyarakat bahwa aku diminta untuk menjadi kadus, setelah itu bapak datuk pun menemuiku untuk meminta aku sebagai kadus di desa kami. Akupun mencalonkan diri menjadi kepala dusun. Alhamdulillah aku terpilih dan disetujui oleh masyarakat.  Teringat, PEKKA yang selalu menyuruhku aktif di desa dengan ikhlas, rupanya inilah hasilnya.
Setelah SK sebagai Kepala Dusun keluar, aku terharu, teman -teman di Pekka sangat mensupport aku, mungkin ini adalah jalan aku untuk menjadi pejuang di desaku. Inilah manfaat dalam kegiatan Pekka, kita membuat kegiatan Pekka itu nyata, bagi kami kader akan memberikan contoh atau teladan yang nyata dengan aktif di desa memberikan sumbang saran untuk ramah anak dan perempuan.
Dahulu aku pernah beranggapan Pekka itu adalah kumpulan ibu- ibu saja yang didalamnya terdapat belajar memasak atau sekedar duduk dan silaturahmi. Namun ternyata penuh arti, seperti sewaktu kita berkumpul di kegiatan itu ternyata memiliki manfaat yang luar biasa. semakin banyak kita mengenal teman dan sering berbagi pengalaman, semakin bertambah wawasan dan semakin timbul keberanian kita.
Kontributor: Endang Dewi Sunarti, Kader Pekka Kab. Aceh Tamiang, Aceh
Editor: Erfan Ranim