Wajah anggota Serikat Pekka Aceh Barat Daya tampak berseri-seri. Mereka berbagi tugas untuk menjadi panitia peresmian Center Pekka di kecamatan Kuala Batee. Bapak Akmal Ibrahim, selaku Bupati Aceh Barat Daya menggunting pita sebagai tanda peresmian Center Pekka. Setelah bergelut dengan kotoran dari pasir, semen dan batu bata, akhirnya ibu-ibu bisa menatap dan menggunakan rumahnya dengan bangga, Kamis, 3 Juni 2010.
Pembangunan Center memakan waktu sekitar dua setengah bulan. Ibu-ibu anggota serikat bergantian tugas mengawasi proses pembangunan. Mereka juga bergotong-royong mengangkut debu dari kilang padi sebagai timbunan di halaman Center. Kemudian atasnya baru ditimbun dengan pasir. Mereka bukanlah arsitek atau orang yang memahami bangunan, dengan menjadi pengawas bangunan mereka jadi paham cara membangun rumah yang kokoh dengan dana minimal.
Guna menutupi pembiayaan pembangunan Center, pengurus serikat Pekka mendapat dukungan dana dari JSDF melalui bank dunia, dan swadaya anggota, serta sumbangan dari tokoh masyarakat dalam bentuk barang yang jika diuangkan berkisar 2 juta rupiah. Serikat juga mengajukan usulan pada pemerintah kabupaten, tapi belum mendapatkan tanggapan. Dengan keterbatasan tersebut Pekka belum menyelesaikan pembangunan tersebut, mereka memfokuskan penyelesaian ruangan untuk radio komunitas dan LKM. Sementara jendela dan plester bagian luar belum dilakukan.
Sebelumnya, serikat Pekka mengontrak rumah sebagai Center atau pusat kegiatan Pekka di kecamatan Kuala Batee – Aceh Barat Daya dan sekitarnya. Di tempat tersebut, Pekka melakukan berbagai kegiatan seperti; siaran radio komunitas, pertemuan serikat Pekka tingkat desa dan kecamatan, pertemuan LKM, pelatihan, usaha kaos dan lain sebaginya. Anggota Pekka cukup bangga dengan adanya Center ini, mereka merasa memiliki kantor seperti organisasi lainnya. Sehingga mereka berharap suatu hari nanti agar Center tersebut berada di bangunan yang dimiliki sendiri, dan mereka tidak perlu berpindah-pindah tempat lagi.
Pertengahan tahun 2009, mulai mendiskusikan tentang pembangunan Center pada pertemuan perwakilan serikat di tingkat kecamatan. Motivasi membangun Center juga didorong oleh serikat Pekka di tiga kecamatan lain (Setia, Manggeng, dan Tangan-tangan) di Aceh Barat Daya yang telah terlebih dahulu membangun Center di Tangan-tangan. Selanjutnya ibu-ibu mulai mencari informasi tentang lokasi yang strategis untuk dijangkau oleh anggota serikat.
Jika dapat info tentang tanah dijual, ibu-ibu bilang tanah tersebut akan dipergunakan mereka pribadi. Jika masyarakat khususnya pemilik tanah tahu yang akan membeli adalah serikat Pekka, mereka akan menaikkan harga tanah. Masyarakat beranggapan Pekka memiliki uang banyak, karena bisa meminjami uang dan memiliki sarana seperti; radio komunitas, peralatan mesin jahit untuk produksi kaos dll.
Padahal dana tersebut selain berasal dari pihak lain juga sebagian berasal dari simpanan swadaya anggota yang harus diputarkan. Sebenarnya Serikat Pekka termasuk LKM Pekka tidak memiliki dana banyak di rekeningnya. Setiap bulan banyak anggota Pekka yang harus mengantre untuk mendapatkan pinjaman karena jumlah dana di LKM Khairatunnissa terbatas.