Namaku Laela Agustiah, lahir pada 17 Agustus 1969 dari Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak, Kab. Sukabumi. Pada 15 Mei 2020 saya ditunjuk oleh Yayasan PEKKA untuk mengikuti kegiatan pelatihan enumerator selama 2 hari mulai 18-19 Mei 2020 bersama Ibu Euis Ketua Serikat Pekka Sukabumi. Kami mewakili Sukabumi dan kebetulan saya juga selaku Dewan Pengawas Serikat Pekka Sukabumi juga sebagai Ketua Kelompok Pekka Kartini. Awalnya saya ragu dan tidak tahu apa itu enumerator, dan setelah dijelaskan oleh faslap Mbak Dian baru saya paham yaitu sebagai petugas pendataan. Dan saya pun mengikuti kegiatan pelatihan tersebut selama 2 hari di rumah Ibu Euis Haryati.
Berangkat dari rumah jam 06.30 WIB walaupun acara Zoom meeting akan dimulai jam 08.00 WIB, sebab perjalanan dari rumah saya ke rumah Bu Euis cukup jauh harus 2 kali naik kendaraan dan yang pertama saya naik mobil angkutan umum dan ternyata macet ketika mau melewati Pasar Cibadak hampir 1,5 jam lamanya jadi jam 08.00 WIB masih di mobil. setelah lewat pasar lalu saya naik motor ojeg menuju rumah Bu Euis berhubung saya belum pernah ke rumah Bu Euis akhirnya nyasar lewat hingga daerah Perkebunan Karet Malinggut.
Saya pun ragu kok jauh juga ya ini tukang ojeg membawa saya dan ternyata rumah Bu Euis yang dituju salah, ini mah ternyata rumah Bu Euis Guru Madrasah. Akhirnya balik lagi dan kebetulan bertemu dengan Bu Damaris Alumni Akademia Paradigta yang lagi nunggu tukang sayur lalu saya bertanya rumah Bu Euis di mana dan dikasih tahu dengan jelas posisi lokasinya akhirnya masuk gang dan sampai juga ke rumahnya sekitar jam 08.45 WIB dan langsung buka handphone dengan dibantu Ilham anaknya Bu Euis. Kita berdua memulai belajar bagaimana tata cara membuka aplikasi Zoom agar tidak gaptek.
Setelah lancar kemudian kita mengikuti pelatihan walaupun dalam kondisi puasa kita tetap semangat mengikuti arahan dari para narasumber hingga jam 15.15 WIB selesai hari pertama dan kami dibekali Kuesioner Data Pekka Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid – 19. Untuk bahan kami berlatih dan mencoba melakukan tugas awal sebagai Petugas Pendataan. Jam 15.30 saya pulang walau pun dalam cuaca hujan besar bahkan kadang ada petir kembali ke rumah dan ternyata waktu perjalanan pulang macet lebih parah dan jam 16.30 WIB saya baru sampai ke rumah dalam keadaan basah kuyup seluruh badanku agar tidak sakit lalu langsung mandi dengan air hangat shalat Asyar kemudian masak untuk makan berbuka puasa bersama suamiku.
Setelah Maghrib sekitar jam 18.30 WIB sambil santai istirahat ngobrol dengan suamiku karena bertanya sedang kegiatan apa hingga pulang dalam kondisi basah kuyup juga hingga sore, lalu saya jelaskan apa yang sedang dikerjakan dan sekaligus melakukan pendataan yang pertama dan suamiku pun paham dan mengerti serta mendukung kegiatan ini. Setelah selesai walaupun masih dalam kondisi cuaca hujan saya mendatangi rumah Ibu Mertua dan adik iparku karena kebetulan berdekatan hanya 2, 5 M berjarak dari rumahku.
Hari ke 2 saya mendapat surat dari Kepala Desa Batununggal untuk menghadiri kegiatan pembagian insentif dan tidak boleh diwakilkan lalu saya minta ijin ke faslap boleh tidak agak terlambat untuk mengikuti pelatihan tapi berhubung belum ada jawaban hingga jam 07.30, maka saya pun berangkat kembali ke rumah Bu Euis. Dan langsung mengikuti pelatihan tanpa dibantu oleh Ilham karena sudah lancar dan bisa membuka aplikasi Zoom Metting dengan lancar. Kegiatan hari ke 2 sampai jam 16.30. Baru selesai dan saya pun sampai ke rumah hingga jam 17.45 WIB.
Pada tanggal 22 Mei 2020 saya berangkat ke Kantor Desa Batununggal dengan tujuan untuk minta ijin pada Bapak Dudung Iskandar sebagai Kepala Desa guna melakukan Pemantauan Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid-19 pada warga masyarakat dan secara kebetulan ketemu juga dengan Ketua RT 06 Bapak Rahman Hermansyah juga Bapak RW 01 Bapak Babas Bastian serta Bapak Kadus Batununggul Bapak Solihin jadi lengkap, saya minta ijin pada mereka sebagai pemimpin lalu saya memberikan Surat Tugas dari Yayasan PEKKA untuk wilayah pemantauan. Secara kebetulan juga pada saat itu di Desa Batununggal sedang dilakukan pemberian bantuan sosial dana Covid-19 dari Kementrian Sosial yang dilaksanakan oleh Petugas Kantor Pos Kecamatan Cibadak pada warga dengan nilai uang sebesar Rp. 600.000,- /jiwa penerima bukan per KK ternyata karena saya merasa gayung bersambut pas sekali pertama kali awalnya hanya minta ijin ternyata bisa langsung melaksanakan tugas sebagai Pemantau dan Enumerator.
Dengan hasil pemantauan yang saya lakukan ternyata tidak semua warga yang dapat bantuan tersebut termasuk saya tidak mendapat bantuan apa pun padahal kalau dilihat dari kondisi riil suamiku sudah tidak bekerja sejak dari Tahun 2013 hanya dari Serikat Pekka. Alhamdulillah ada bantuan sembako dan masker, sedangkan dari Desa hanya dapat masker 2 buah saja. Setelah selesai melihat di Desa kemudian pulang dan Salat Dzuhur lalu langsung melaksanakan tugas pemantaun bertanya langsung pada warga masyarakat RT 06 RW 01 Desa Batununggal Dusun Batununggul Kampung Segog.
Dan ternyata waktu pertama kali datang ke rumah warga, saya disambut dengan berbagai ekpresi aneka ragam mimik muka yang ceria, bahagia, senang, bahkan ada juga yang marah – marah langsung protes ngadu ngeluh sama saya dan bertanya bertubi – tubi kenapa saya tidak dapat, mengapa satu keluarga ada yang dapat dobel bahkan sampai ada yang tidak dapat satu pun di keluarga. Mereka bertanya mau mendata apa lagi, kalau untuk dapat bantuan lagi boleh di data katanya apa yang harus diberikan fotocopy KTP atau KK agar saya bisa dapat bantuan, katanya.
Saya hanya bisa mendengarkan saja dulu semua unek – unek keluhan dari mereka tanpa berucap sepatah kata pun hingga emosi mereka mereda terutama yang tidak dapat bantuan apapun sama sekali sambil sekali – kali menghela napas dan dalam bathinku sedih menangis ternyata seperti ini gambaran penduduk Indonesia yang asli. Ketika di Desa mereka sampai mau antri berdesak – desakan demi mendapat bantuan dari Pemerintah bahkan berjam – jam malahan hingga larut malam jam 20.30 baru selesai tetap setia antri demi menerima sampai tidak ada jaga jarak walaupun memakai masker.
Setelah mendengar keluh kesah mereka bahkan ada yang lebih miris kasihan sudah antri berjam – jam ternyata namanya ada dan beda nomor NIKnya yang ada di petugas tetap tidak bisa mendapatkan untuk menerima bantuan di tolak dan di suruh pulang dalam perjalanan pulang si Ibu dan juga yang lainnya dengan kasus seperti itu ada yang menangis sambil menggendong anaknya dan ada yang marah – marah sumpah serapah ini tidak adil pilih kasih, katanya kenapa yang kaya yang punya sawah, rumah bagus, punya mobil bisa dapat.
Setelah semua amarah mereka mereda dan kelihatan mulai tenang maka barulah saya berbicara untuk menjelaskan pada mereka bahwa saya datang silaturahmi berkunjung ke rumah mereka selaku Pemanatau Bantuan Sosial Tanggap Darurat Covid – 19 bukan untuk mendata agar yang belum dapat bisa diajukan apalagi agar dapat bantuan jadi saya minta maaf sama mereka bahwa tugas saya hanya pemantau. Hingga jam 16.00 WIB baru selesai jadi hari pertama Jum’at tanggal 22 Mei 2020 saya lebih banyak memberikan penjelasan atau ceramah agar emosi mereka reda.
Hari Sabtu tanggal 23 Mei 2020 saya kembali melakukan pemantauan walaupun ada yang sambil memasak untuk persiapan menyambut Hari Raya Idul Fitri besok. Ternyata hasil temuan benar bahwa ada warga yang menerima dobel ada yang menerima uang juga sembako. Bahkan hingga pemantauan akhir tanggal 29 Mei 2020 kasus yang saya temui sama mendapat keluhan pengaduan dari yang menerima ternyata ada potongan dari RT yang nilai uang potongannya variasi ada yang 100rb, 200rb bahkan 400rb katanya sih untuk diberikan pada yang tidak menerima sama sekali tapi mereka ada yang tidak percaya dan curiga sama RT katanya benar dibagikan atau tidak waallahu a’lam dalam hal ini saya tidak tahu karena belum bertemu dengan RT untuk konfirmasi.
Dan pada tanggal 29 Mei 2020 asisten RT datang ke rumah mungkin ada rasa takut kalau saya laporkan dengan penemuan kasus seperti itu karena memang instruksi dari Presiden tidak boleh ada potongan serupiah pun tapi fakta di lapangan berbeda. Dan beliau menjelaskan bahwa uang potongan tersebut di berikan pada si ini, si anu katanya. Lalu saya pun memberi saran agar untuk tahap ke 2 jika mau memotong kembali kumpulkan semua di mushola agar jelas tranparan sehingga tidak ada suudon kembali.
Kendala yang saya hadapi selama melakukan tugas selaku enumerator faktor cuaca dan harus bolak balik karena penghuninya sedang mudik bahkan ada yang sudah meninggal dunia tetapi tidak ada satu pun keluarganya serta ternyata 5 rumah sudah kosong ditinggalkan tanpa jejak sama sekali dan yang ngontrak sudah pindah juga tidak tahu ke mana pindahnya. Demikian luka liku perjalanan kisahku Laela Agustiah walau dengan memiliki kekurangan dalam berjalan kaki karena fisik saya tidak sempurna selaku Enumerator Desa Batununggal Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi bisa dilaksanakan dengan baik dan selesai hingga entry data semua 46 KK tanggal 30 Mei 2020 hingga larut malam. Semoga apa yang saya kerjakan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi semua. Aamiin Yaarobalallaamin ?.
Penulis: Laela Agustiah, kader Pekka Sukabumi