Saya Bisa Wisuda di Sekolah Akademi Paradigta

Saya Bisa Wisuda di Sekolah Akademi Paradigta

Dusun Sira Desa Sigar Penjalin kecamatan Tanjung, Kab. Lombok Utara (KLU), di situlah saya ( kalsum ) tinggal dan lahir di tahun  1969 yang lalu, pekerjaan sehari –hari  berjualan di sekolah SDN 4 Desa Sigar penjalin yang lokasinya berada di depan rumah saya.

Saya bergabung di Pekka Beriuq Maju tanggal 11 Juni 2014. Semakin hari semakin terasa betah dan senang bergabung di Pekka, banyak informasi, pengetahuan dan teman yang saya dapat dari Pekka, sehingga begitu mendengar adanya sekolah Akademi Paradigta yang mau di mulai di KLU  dan mendengar akan ada wisuda, saya semakin bergairah untuk ikut sekolah di akademi paradigta kader Pekka. walaupun belum begitu paham apa yang akan di laksanakan di sekolah tersebut.

Saya hanya tamat sekolah SD, dan pernah bermimpi ingin sekolah sampai perguruan tinggi/kuliah dan menjadi seorang guru, namun semua cita-cita kandas,  orang tua tidak ingin melihat saya untuk sekolah tinggi-tinggi,  seperti kata bapak saya tidak ada artinya sebuah ijazah itu adalah kertas, apalagi sudah ada presiden, menteri, guru semua sudah ada, siapa yang kamu ganti, paling kamu perempuan kerjanya hanya di dapur, yang akhirnya saya mengikuti kemauan orang tua dan tidak jadi melanjutkan sekolah.

Ternyata di balik saya di suruh berhenti sekolah sama orang tua, ternyata saya mau di jodohkan sama laki-laki yang belum saya kenal, iya berada di saudi arabia sebagai TKI dan masih ada hubungan keluarga, saya tau mau di jodohkan karena tidak sengaja saya ketemukan surat yang isinya pernikahan jangan di gagalkan, kemudian saya tanya kebapak bahwa yang mau di nikahkan itu siapa dan bapak saya jawab bahwa saya akan nikahkan kamu, makanya saya larang kamu lanjutkan sekolah karena mau saya jodohkan. Perjodohan tersebut saya tolak, saya tidak mau dan hanya ingin sekolah lanjut ke SMP, namun orang tua tetap tidak ingin saya lanjut sekolah.

Paman saya tidak ingin melihat saya menikah di usia muda kemudian saya di ajak ke Desa Gelogor, kec. Kediri  Lobar, dan disanakah saya tinggal sementara, sekitar 2 tahun, kemudian di sanalah saya ketemu dengan seorang guru (  Mantan suami ) dan melamar saya menjadi istri, yang akhirnya saya menikah dan di karuniai 3 orang anak dan yang paling kecil saat ini duduk di bangku SMKN 1 Pemenang, KLU. Yang tinggal sama saya dan 2 orang anak saya sudah menikah.

Setiap pertemuan kelas di sekolah akademi paradigta saya usahakan untuk hadir supaya tidak terlewati pelajaran, supaya lulus dan bisa mengikuti wisuda, sekitar 4 kali pertemuan kelas wilayah kami di landa gempa yang berkekuatan 7,0 sr yang menguncang bumi KLU dan kabupaten NTB lainnya, yang menyebabkan semua luluh lantah, terutama di desa saya 99% rumah roboh. Lingkungan Dusun saya di  kelilingi oleh banyak hotel yang ikut rusak juga, pantai sira berada sekitar 50 meter dari rumah saya, pada waktu itu ada isu akan sunami, saya bawa keluarga mengungsi ke Dusun rangsot yang sangat jauh dari rumah, lokasinya lebih tinggi,  tempat yang kami rasa aman. Setelah reda ada isu sunami saya mengungsi  tidak begitu jauh dari rumah yaitu di belakang kantor desa sekitar ± 2 km dari rumah supaya lebih mudah untuk kontrol rumah.  

Bulan Desember 2018 kami mulai belajar lagi dengan memakai alas dan atap seadanya namun kami tetap semangat untuk belajar, walaupun gempa belum selesai, namun kami tetap datang untuk belajar dengan tekad ingin selesai dan bisa wisuda dan juga ingin merasakan bagiamana rasanya di wisuda.

Sebelum wisuda Ada yang bilang ke saya, akan jadi apa jika sudah di wisuda, kemudian saya jawab  dengan senang dan baik, iya…saya akan tetap jadi kepala keluarga yang akan berjuang untuk keluarga. Selain itu juga dapat ilmu pengetahuan, Pekka  bisa mewujudkan impian saya bisa wisuda di Akademi paradigta Kader Pekka.

Dengan ucapan syukur saya bisa menyelesaikan karya tulis syarat untuk mengikuti wisuda dan  datanglah waktu yang saya tunggu –tungu selama ini,  senin 23 Oktober 2019  untuk wisuda telah tiba.    pada malamnya saya sempat tidak bisa tidur memikirkan bagimana rasanya di wisuda, di situ saya  merasa sedih, senang,  gembira tidak karuan rasanya.

Di pagi yang penuh dengan kegembiraan semua kita yang mau wisuda, acara wisuda di rangkai dengan acara Forum pemangku kepentingan ( FPK ), para narasumber  agak telat datang, bapak bupati juga kami harapkan untuk datang, sehingga saya yang memakai baju kebaya mau menjemput bapak bupati keruangannya nmaun beliau lagi rapat kata pihak protokol dan bapak bupati mohon maaf tidak bisa hadir karena lagi padat kegiatan.

Rasa lelah, tegang dalam persiapan wisuda teobati dengan melihat narasumber dari instansi yang kami undang semuanya hadir dan bapak bupati KLU di wakili bapak asisten 1 bupati KLU, kadis Dinsos, kabid PP+Kasi, sekban Bappeda, kabid Dikes,Kabid Dukcapil, camat2, kepala2 desa, istri bupati (ketua PKK), istri wakil bupati (Ketua GOW), KOMPAK, organisasi  dan intansi yang lainya, dan wisudawati 53 org akademi pardigta dan 3 orang mentor, faslap dan juga pendamping/keluarga,  sehingga suasana sangat ramai, namun tetap tenang, hidmat dan formal.  

Saking senang dan gembira bisa di wisuda, foto saya pada waktu acara wisuda saya kirimkan semua keluarga, terutama anak saya dan mereka  senang dan ikut bangga dengan saya yang sudah bisa mencapai impian saya, walaupun tidak wisuda sarjana, namun mereka tetap bangga. ()

Kontributor: Kalsum, kader Pekka KLU, NTB

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *