Saya Khotimatul Karimah Ketua Serikat sekaligus kader Pekka Kabupaten Pekalongan bersama Uripah pada bulan April 2019 melakukan pengembangan kegiatan serikat Pekka di Kecamatan Petungkriyono, sebuah kecamatan di puncak pegunungan sebelah selatan bagian timur Kabupaten Pekalongan. Kecamatan Petungkriyono berjarak 41 km dari kantor kabupaten di Kajen. Jalannya berliku, berkelok-kelok dan berhawa dingin.
Pada tanggal 2 Mei 2019, kami menuju desa Songgodadi, sebuah desa yang letaknya tinggi, dari kecamatan ke arah utara sekitar 10 km menggunakan kendaraan umum, untuk sosialisasi dan pembentukan kelompok serikat pekka dan program Kompak dalam meningkatkan pelayanan dasar pendidikan, kesehatan dan adminduk.
Proses sosialisasi dan pembentukan kelompok serikat berjalan dengan lancar dibantu penjelasan oleh Pak Kades menggunakan bahasa Jawa, yang hadirin bisa memahami. Setelah semua selesai, kamipun memberikan kesempatan untuk tanya jawab.
Pertanyaan cukup banyak dari Kadus, tim penggerak PKK desa, dan pak Kades, sedangkan ibu-ibu pekka hanya mendengar, mungkin tidak berani bertanya karena masih canggung dan malu. Pada tanya jawab itu, bisa terlihat bahwa ternyata permasalahan di desa terutama tentang pendidikan yang ingin segera teratasi. Masyarakat songgodadi sedikit sekali yang mau melanjutkan sekolah ke SMP atau SMA. Anak lulus SD tidak punya aktifitas dan menunggu usia 16 tahun untuk kemudian memenuhi syarat menikah. Memang terlihat disana, anak-anak usia tanggung, banyak bergelombol bermain-main. Kades ingin ada guru atau mentor sekolah yang bisa datang ke desanya untuk mengajar, walaupun bangunan sekolah satu atap SD dan SMP saja untuk memudahkan anak-anak bersekolah. Dulu pernah ada guru yang didatangkan dari daerah lain tapi tidak lama kemudian pergi karena muridnya sedikit. Hal ini pernah disampaikan ke Dinas Pendidikan, tapi tidak berhasil karena syaratnya jika akan mengadakan sekolah, muridnya minimal 40 orang perkelas, sedangkan desa songgodadi tidak ada anak sebanyak itu.
Sekolah satu atap terdekat adalah di Desa Tlogopakis, yang berjarak sekitar 10 km dari Desa Songgodadi arahnya turun memutar ke lembah. Cukup jauh bagi warga disitu, terutama yang tidak mempunyai alat transportasi dan sedikit anak yang berani menggunakan motor sendiri karena mempertimbangkan kondisi jalan. Warga pun jadi merasa berat menyekolahkan anak untuk mencukupi kebutuhan harian seperti transportasi dan uang jajan.
Pak kades dan masyarakat mengharapkan pemerintah segera membantu mengatasi permasalahan ini. Mereka juga berharap melalui pekka akan ada solusi. Ketika mendengarkan kisah ini, faslap berpikir ini saat yang tepat p ekka bisa berupaya membantu dengan kegiatan-kegiatan yang ada. Seperti KLIK Pekka untuk mendapatkan data, advokasi kebjakan ke pemerintah kabupaten, atau advokasi anggaran dana desa untuk transportasi anak sekolah misalnya berupa mobil sekolah, dan juga peran kader untuk melakukan parenting ke orangtua. Â
Kontributor: Karimah, kader Pekka Pekalongan