Terobosan Baru “Sampah”

Terobosan Baru “Sampah”

Panasnya terik matahari tidak menyurutkan niat kami, anggota Pekka Banyumas untuk pergi mencari informasi terkait sampah. Dengan bermodalkan nomor HP dari Bapak Adi, tokoh masyarakat dari Desa Panimbun, Kecamatan Karanggayam, Kebumen, kami menelepon beliau untuk rencana silaturahmi dan mencari tahu lebih lanjut tentang sampah. Banyak kelompok Pekka Banyumas yang mati suri karena kegiatannya terhenti dengan berbagai sebab, sehingga kami harus mencari solusi terbaik untuk mengaktifkan kembali kelompok-kelompok tersebut. Kami ingin kelompok bisa berkegiatan yang menghasilkan, namun tidak perlu bermoddal materi, cukup bermodal niat dan usaha. Akhirnya tercetuslah ide untuk mengumpulkan sampah. Ada beberapa anggota yang semangat karena mereka ingin berdagang, ingin memproduksi sesuatu, namun tidak punya modal. 

Hari Rabu, 22 Maret 2023 sekitar pukul 09.30 WIB, saya (Yatimah), Bu Sugiyah, dan Mbak Ani berangkat dari Banyumas menuju Kecamatan Karang Anyar, Kabupaten Kebumen. Cuaca begitu panas, sehingga ketika di tengah perjalanan, kami berhenti di pinggir jalan untuk membeli es kelapa. Lalu kami melanjutkan perjalanan. Sebelumnya, kami juga menelepon Bu Nuraeni untuk memastikan lokasi rumahnya. Walaupun sempat tersesat, alhamdulillah akhirnya kami menemukan rumah Bu Nuraeni. Sesampainya di sana, sembari menggendong anaknya yang masih bayi, Bu Nuraeni menyambut dan mempersilakan kami masuk ke rumahnya. Ia juga menyiapkan minuman dan buah-buahan untuk kami. 

Kami kemudian membicarakan rencana kami, yakni membuat bank sampah. Namun kami belum tahu harus menjual sampahnya ke mana. Terkait sampah plastik, di Banyumas juga belum ada pengepul yang mau menerima sampah plastik. Bu Nuraeni membagikan ilmu yang ia miliki terkait bank sampah dan juga proses pemilahan sampah plastik. Ternyata, sampah plastik harus dipilah karena jenisnya berbeda-beda dan itu memengaruhi harga jualnya. Dulu, Bu Nuraeni sempat bekerja cukup lama di pabrik, sehingga ia sedikit paham mengenai sampah. 

Setelah mengobrol cukup panjang, kami diarahkan untuk mengunjungi pabrik limbah plastik. Melalu telepon, ia mengabari kenalannya yang bekerja di sana bahwa Pekka Banyumas akan berkunjung. Kami kemudian pamit untuk berkunjung ke pabrik limbah plastik tersebut. Tak lupa, Bu Nuraeni juga menelepon manajer di sana untuk memberitahukan rencana kunjungan kami. 

Sesampainya di pabrik limbah plastik, kami disambut dengan baik oleh Bu Sri selaku manajer pabrik. Kami diajak berkeliling gedung pabrik yang begitu luas, mulai dari tempat pemilahan sampah, lalu dilanjutkan ke mesin penggiling. Ada banyak mesin di sana. Ada mesin yang berfungsi untuk membersihkan sampah, ada pula mesin yang membuat biji plastik.

Keterangan Foto: Kunjungan ke Pabrik Limbah Plastik

Ketika lanjut berkeliling, kami melihat plastik yang awalnya kotor sudah menjadi barang daur ulang, seperti tali rafia, sedotan, dan juga cething (bahasa Jawa dari bakul nasi yang terbuat dari plastik). Setelah puas berkeliling, kami diajak Bu Sri ke kantor untuk berdiskusi lebih lanjut terkait kerja sama Pekka Banyumas dengan pabrik limbah plastik, di mana pabrik hanya akan menerima sampah plastik dalam skala besar. Pabrik juga akan memberikan harga yang berbeda sesuai dengan jenis plastiknya. Kami juga mendapatkan daftar harga plastiknya. Plastik-plastik tersebut dikategorikan berdasarkan warna dan tebal tipisnya. Harganya pun bisa naik atau turun. 

Tak terasa hari sudah semakin sore. Diskusi kami sudahi dan jika kami memiliki pertanyaan lanjutan, kami akan menghubungi Bu Sri melalui WhatsApp. Kami pulang dengan rasa bahagia. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk bisa membantu masyarakat dan kami bisa bergerak serta bekerja sama juga dengan pemerintah, baik di tingkat desa maupun kabupaten. Terlebih rencana pengorganisasian bank sampah ini juga sama dengan gerakan pemerintah yang sampai saat ini belum bisa diwujudkan. 

Tugas besar telah menanti. Kami harus bisa mengubah pola pikir masyarakat terkait sampah dan menghilangkan mindset bahwa mengumpulkan dan memilah sampah masih dianggap sebagai pekerjaan rendahan. Saya selalu meyakinkan para anggota kelompok bahwa mereka adalah pejuang kebersihan, sehingga mereka seharusnya merasa bangga dengan pekerjaan ini. Nantinya, sungai-sungai tidak lagi kotor dan sampah plastik tidak lagi berserakan di mana-mana. Kalau bukan kita, siapa lagi?

 

Penulis: Yatimah, Kader Pekka Banyumas

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *